Barangkali saya harus minta maaf kepada Slank karena tahun lalu pernah menulis artikel di Terminal Mojok soal Slank yang terlalu dekat dengan pemerintah. Sehingga dari situ membuat saya memiliki kesimpulan bahwa mereka tidak kritis lagi. Sudah terjebak oleh iming-iming rezim.
Padahal fakta mutakhirnya, Slank ternyata masih bisa kritis lho, walau mereka dekat dengan pemerintah. Masih bisa menyuarakan apa yang menjadi keresahan masyarakat. Suara orang-orang yang termarjinalkan. Cuma mereka tidak meledak-ledak, dan segamblang dulu lagi. Tapi lebih ke arah satire. Suer. Buktinya ada pada lagu ciptaan terbarunya yang berjudul “Polisi yang Baik Hati”, lagu ciptaan Bang Bimbim.
Itu lagu yang saya percaya kaya sekali akan majas satire yang bukan kaleng-kaleng. Tidak mungkin Slank lupa dengan lagu-lagu di album Reformasi yang di situ ada lagu judulnya “Bela Diri (Polisi Pasti Telat)”. Bahkan album itu juga masih didengarkan oleh banyak orang hingga kini.
Mengubah sistem dari dalam
Intinya mustahil band kawakan ini menutup mata dengan tingkah pola aparat kepolisian yang selalu membuat kesal dan muak masyarakat. Eh, bentar, oknum. Cuman banyak, banyak banget. Tidak usah saya sebut satu persatu kelakuan aparat itu, karena kita semua tahu bahwa kepercayaan publik kepada kepolisian sangatlah minim. Makanya ada hashtag #PercumaLaporPolisi.
Asumsi saya, karena Slank sudah dekat dengan pemerintah, mereka ingin menunjukan aksi nyata kepada masyarakat khususnya Slankers ingin mengubah sistem dari dalam. Itu adalah jalan ninja Slank!
Oleh karenanya, wujud konkret adalah dengan dibuatkan lagu “Polisi yang Baik Hati” dan dinyanyikan di depan polisi saat HUT Bhayangkara ke-77 yang kebetulan mereka diundang main. Barangkali Slank menciptakan lagu itu ada harapan supaya lembaga kepolisian bisa berkaca apakah mereka sudah baik dan bijak belum dalam menjalankan tugasnya. Karena sudah jelas lirik lagu itu bertolak belakang dengan kinerja kepolisian.
Slank masih kritis, caranya aja yang beda
Polisi yang baik hati/ sahabat yang dicintai/ Teman yang menyemangati/ Kehadiranmu selalu dinanti/ Polisi yang baik hati/ Senyum ramah manusiawi/ Pembela rakyat sejati/ Suka rela mengayomi/
Nggak ada kan yang bener-bener fakta? Bahkan saya pas dengerin lagu itu, hentakan drum dari Bang Bimbim di awal itu keliatan banget kayak penuh dengan nuansa sindiran. Ini pendengaran saya lho, ya.
Makanya itu satire, dah percaya sama saya. Kalau ada yang bilang kenapa nggak kritik secara terang-terangan, ya tolong banget. Mereka tuh tahu kalau kritik langsung itu nggak ngefek. Instansi mana yang menerima dikritik terang-terangan? Nggak ada. malah pakai UU ITE ntar. Jadi, jalan satire ini adalah cara paling elegan yang bisa diambil.
Jadi berhenti bilang Slank sudah mati, tak kritis, dan menjilat. Mereka itu masih vokal, cuman caranya aja yang berbeda. Strategi mereka berubah menyesuaikan zaman dan kemampuan. Pancen hidup harus kayak gitu, bisa beradaptasi.
Jadi, tak perlulah kita menghujat Slank. Justru kita harus dukung upaya mereka mengubah sistem dari dalam. Toh, nyinyiran kalian tak ada efeknya juga. Kalau ada efeknya mah, nggak bakal ada hashtag #PercumaLaporPolisi.
Penulis: Khoirul Atfifudin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kenapa Slank Dipaksa untuk Mengkritik Jokowi?