Janda di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, nyaris mencapai 700 orang. Sementara itu, duda berjumlah 2.181 orang. Apa yang salah dengan pernikahan mereka? Tidak saling cinta? Efek nikah muda?
Setelah menelaah semampunya terhadap fenomena perceraian di Kalsel, terbitlah sebuah kesimpulan. Penelitian saya menemukan bukti yang kerap diabaikan, yaitu deretan lagu dangdut di resepsi perkawinan.
Daftar Isi
Bagaimana bisa lagu dangdut menjadi penyebab bermunculannya janda dan duda?
Kata-kata adalah doa. Barangkali. Lirik lagu pun seperti itu, sehingga tiap bait syair yang dinyanyikan dan didengarkan dengan penuh perasaan bisa begitu meresap hingga menjelma jadi doa.
Di Kalimantan Selatan, lagu dangdut kerap dibawakan di acara resepsi perkawinan. Tentu tidak bisa dimungkiri bahwa lagu dangdut itu punya aura mistisnya tersendiri.
Ketika musik dangdut didendangkan, sulit bagi pendengarnya untuk tidak sekadar menggoyangkan badan. Dan, ketika lagu dangdut mulai dinyanyikan di atas panggung, sangat sulit bagi pendengarnya untuk tidak ikut bergabung.
Kemeriahan resepsi perkawinan mungkin menjadi suatu standar bahwa acara hajatan itu sukses. Yang juga kelak diharapkan berimplikasi kepada hubungan suami dan istri. Maka, dengan pilihan itulah lagu dangdut dihadirkan.
Musik dan lagu dangdut memiliki cara untuk membuatnya penikmatnya hanyut bergoyang atau sekadar menggoyangkan kaki secara diam-diam. Namun, banyak yang tidak sadar bahwa ada beberapa judul lagu yang seharusnya tidak dibawakan.
Lagu “Melanggar Hukum”
Apakah aku telah melanggar hukum bila mencintai suami orang lain?
Adakah undang-undang yang melarangnya?
Katakanlah aku melanggar pasal berapa?
Begitulah lirik pertama lagu dangdut yang berjudul “Melanggar Hukum” yang dibawakan Siti Badriah. Sebuah lirik yang terkesan nakal dan banal, apalagi jika harus dibawakan di sebuah acara resepsi perkawinan.
Lirik dalam syair tersebut seolah-olah ingin mempertanyakan ulang bahwa jatuh cinta terhadap suami wanita lain itu bukanlah “kesalahan”. Dan itu dibuktikan dengan lirik berikutnya yang terkesan menggugat yaitu, “Katakanlah aku melanggar pasal berapa?”
Kemudian, kejutan tiba di lirik berikutnya dan lagu dangdut ini pun menjadi semakin nakal dan tidak elok untuk dimainkan di resepsi. Bahwa si aku ternyata bukan hanya sekadar jatuh cinta, tetapi juga ingin memiliki suami dari wanita lain.
“Tapi harus bagaimana? Aku terlanjur cinta, sehingga aku rela menjadi madunya, andai nanti aku ketahuan istrinya.”
Bayangkan jika ada tamu, mantan si suami yang belum move on, atau teman kerja si suami yang ternyata diam-diam menyimpan perasaan datang ke resepsi. Bisa saja dia seperti merasa mendapat sebuah pembenaran.
Maka, perkawinan yang tidak sampai seumur jagung itu pun akan memasuki zona bahaya. Karena sosok perempuan lain yang tidak merasa bersalah jika harus merebut suami orang lain.
Baca halaman selanjutnya
Lagu “Arjunanya Buaya”
“Katanya ke kantor, alasannya lembur, tapi kau happy.”
“Bicaramu banyak, suka pura-pura, aku tertipu.”
“Selingkuh kau anggap biasa, wanita mana yang tak kecewa? Arjunanya buaya.”
Begitulah isi penggalan reff dari lagu dangdut “Arjunanya Buaya” milik Inul Daratista. Dalam reff lagu tersebut dijelaskan bahwa aku lirik merasakan kekecewaan yang mendalam kepada sosok suami yang digambarkan sebagai sosok Arjuna dari wiracarita Mahabharata.
Sosok suami yang diharapkan dan digambarkan sebagai Arjuna, yang harusnya pengasih dan setia, ternyata tukang serong. Hingga kecewalah si istri, meski sesungguhnya dalam wiracarita Mahabharata sosok Arjuna adalah memang hidung belang dan memiliki banyak istri dan setia kepada banyak wanita.
Lagi-lagi, sebuah lagu dangdut dengan lirik yang tidak elok. Eh, malah menjadi semacam lagu wajib yang harus ada di setiap resepsi perkawinan di Kalsel.
#3 Lagu dangdut dengan judul “Mandul”
Lirik lagu dangdut milik Rhoma Irama ini terkesan memiliki kesan positif. Namun, tetap saja vibes lagu ini menggambarkan keresahan yang mendalam serta guratan kekecewaan seorang istri yang belum hamil juga meski sudah masuk tahun ke-10.
Sebagai seorang istri ku merasa sedih
Ku takut dirimu kecewa padaku
Pernikahan bukan hanya tentang bersatunya laki-laki dan perempuan dalam ikatan yang halal. Menikah adalah upaya untuk meneruskan garis keturunan. Pula, kehadiran anak yang dianggap sebagai pelengkap, mampu mempererat hubungan suami dan istri.
Lestarinya keturunan sering dianggap sebagai puncak dari pernikahan. Oleh sebab itu, ketika suatu pernikahan tidak bermuara kepada hadirnya keturunan, rasa kecewalah yang akhirnya singgah.
Hal inilah yang sering menyebabkan seorang laki-laki melakukan pembenaran dan memutuskan untuk menikah lagi. Meski terkadang juga penyebab tidak hamilnya si istri ada di pihak suami.
Tentu tidak bisa dimungkiri kalau lagu dangdut memiliki semacam “sihir”. Makanya, musik dangdut sering menjadi semacam senjata andalan agar sebuah resepsi perkawinan menjadi “pecah” dan tak terlupakan.
Namun, seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya. Boleh jadi bukan hanya kata-kata yang merupakan doa, lagu pun demikian juga. Maka, seperti kata-kata bahwa ada yang baik untuk diucapkan ada yang tidak, lagu dangdut demikian adanya. Ada yang baik dibawakan di acara perkawinan, ada yang tidak.
Penulis: Zulfan Fauzi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Alasan Orang Benci Musik Dangdut