Kalau kamu masih baca “Erdoğan” dengan pelafalan bahasa Indonesia “Erdo-gan”, berarti saya benar-benar harus memberikan les bahasa Turki secara singkat. Tujuannya agar terlihat seperti mempunyai kemampuan linguistik yang mumpuni dan bisa humble brag dengan berkata “Ummm, wait, it”s not Erdogan, it”s Erdoğan~” saat berbincang tentang berita terkini dari Turki dengan sahabat-sahabatnya Hermione Granger.
Hampir 3 tahun tinggal di Turki membuat saya merasa kredibel men-judge bahasa Turki dengan segala keunikannya, walaupun saya bukan anak bahasa apa lagi sastra, wong bales chat di WhatsApp saja masih sering remedi.
Tapi gapapa ya, hitung-hitung sekalian belajar online bersama dan mungkin nanti bisa berkesempatan belajar langsung ke sini. Di Turki sendiri, alfabetnya menggunakan alfabet (latin) yang seperti sudah kita pelajari di sekolah dasar, hanya saja uniknya ada penghilangan alfabet q, w, dan x pada percakapan sehari-hari, dan penambahan aksara ı, ü, ö dan ç, ş, ğ.
Yuk, kita simak satu-satu pembahasannya:
I atau ı (i tanpa tanda titik di atasnya)
“ı” dibaca seperti pada huruf “e” atau ditulis dengan diakritik (ê) yang dilafalkan [ə] misalnya pada kata “keluar” dalam logat bahasa Indonesia standar nasional pada umumnya. Sementara huruf “e” biasa, dibaca sama seperti ketika melafalkan “e” atau berdiakritik (é) yang dilafalkan [e] pada kata “enak” seperti pada kalimat “Kok enak, kok nyaman, kok ditinggal~”.
Ü atau ü
Huruf ini tidak akan ditemukan penggunaannya pada kata di bahasa Indonesia. Cara pengucapan “ü” adalah dengan membaca huruf latin “u” dengan bibir kebih bulat dan dengan lidah bagian depan menempel pada gigi bagian bawah dan lidah bagian tengah menempel di langit-langit atas rongga mulut. Gampangnya, bayangkan ketika kalian melafalkan bunyi “yu” bulat namun tertahan lidah seperti saat mau muntah mendengar “Cuma kamu satu-satunya…,” satu dari beberapa gombalan mas-mas fakboi, hehe. Silakan coba tutorial ini di rumah dan pastikan sewajarnya saja karena pasti kalian tidak mau dikira sedang gimmick muntah untuk batal puasa.
Ö atau ö
Siap lagi ya? Sip, tarik nafas dulu. “Ö” atau “ö” dibaca dengan mulut yang juga lebih bulat daripada melafalkan huruf “o” dan diucapkan dengan ujung lidah menyentuh langit langit. Nah, “Ö” juga tidak akan ditemukan pada kosakata bahasa indonesia. “Ö” bisa dibaca seperti saat kamu melafalkan “o” bulat bercampur dengan “u” bulat.
Pasti kalian bertanya-tanya apa kalau mau ngomong satu kalimat yang ada kata-kata mengandung “ü” atau “ö” nya harus dibaca secara sempurna? Jawabannya ada di ujung langit sana. Hah jayus. Menurut saya, bahasa apa pun akan lebih gampang dimengerti saat ada konteks dan kalimatnya. Seperti saat kamu berbicara menggunakan bahasa Inggris, asal orang paham dengan apa yang dibicarakan ya pasti sama-sama ada mutual understanding. Tapi tidak semudah itu, Ferguso, hehehe. Sebuah plot twist seperti di drama-drama Korea yang ada pelakor-pelakornya memang. Masyarakat asli sini nggak akan mengerti kalau kamu salah mengucapkan ü dan u atau o dan ö.
Di samping betah karena tinggal di negaranya yang sangat indah ini, masyarakat Turki juga sangat mencintai identitas dan atribut negara, termasuk bahasanya. Tidak banyak yang mau dan bisa belajar bahasa lain, termasuk bahasa Inggris yang kita gadang-gadang sebagai bahasa interasional dan bisa dipakai di mana saja.
Selain karena pengucapan dan struktur atau SPOK-nya bahasa Turki agak ribet dan literally benar-benar terbalik dengan SPOK-nya bahasa Inggris, menurut pengamatan saya—yang lagi-lagi merasa kredibel men-judge cara hidup orang lain—masyarakat Turki tidak punya banyak pilihan untuk meng-explore keberagaman bahasa baik melalui media massa, pendidikan formal atau kegiatan hiburan seperti lagu-lagu dan acara televisi dalam bahasa lain. Mungkin nanti saya akan mencoba menjadi pribadi julid dan menulis artikel lain tentang ini.
Lanjut.
C atau c, dan Ç atau ç
Ada yang unik dari huruf “C/c” dan “Ç/ç” di Turki. Di sini, “c” akan dibaca sebagai “j”. Ya benar, misal kata “cendol dawet” akan dilafalkan menjadi “jendol dawet”, sementara huruf “ç” akan dibaca sebagai “c” pada huruf latin pada umumnya di bahasa Indonesia.
Bahasa Turki sebenarnya berakar dari serapan bahasa Arab, jadi tidak heran banyak teman-teman yang pernah belajar atau yang berasal dari negara berbahasa arab akan lebih sedikit familier saat belajar bahasa Turki. “Ş/ş” bisa dilafalkan sebagai “sye” seperti melafalkan huruf shad (ص) atau “s” dengan ekstra s dan y dibelakangnya dan dibaca dengan tebal.
Ğ atau ğ, seperti dalam nama “Erdoğan”
Buat yang sudah penasaran, “Erdoğan” akan dibaca “Erdoan” (g-nya tidak dibaca atau hilang).
“Ğ/ğ” dalam “Ğ/ğ” ini bernama yumuşak g, atau g yang lembut/lemah dan umumnya tidak terbaca. Mungkin ini bisa buat topik sambat ke doi buat jadi kode, kamu bisa bilang “Apa sih arti dari hadirnya huruf ğ yang nyatanya tak terlihat dan tak dianggap ini, Beb?” (Beb dari kata: beb-as aja karena belum ada apa-apa.)
Info tambahan
Huruf “v” pada lafal orang Turki akan dibaca seperti huruf “w” pada alfabet latin. “Vakıt” (artinya: ‘waktu’) akan dibaca “waket”, tentu dengan “ı” yang dibaca seperti huruf “e” tadi. Hmmm, masak iya harus diulang lagi? Tolong, jangan bikin puasa saya batal.
Sebaliknya, saya kasih PR saja untuk bisa baca dua kata ini, biar bisa pamer kalau sudah pernah belajar bahasa Turki, atau bisa untuk penutup obrolan sama bule Turki sambil saya pamit undur diri. Teşekkürler (artinya: terima kasih) dan görüşürüz (artinya: sampai bertemu kembali).
BACA JUGA Do’s and Don’ts Ketika Belajar Bahasa Inggris
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.