Sebagai seorang introvert, saya memerlukan banyak energi ketika harus berinteraksi dengan orang asing yang belum dikenal. Oleh karena itu, jika bepergian jauh dengan kereta api, saya sering memesan kursi jomblo. Kursi ini adalah kursi single pada baris pertama dan terakhir kereta kelas eksekutif (nomor 1C atau 13B), walau tidak semua kereta memilikinya.
Meskipun saya meyakini bahwa alasan sebenarnya KAI menyediakan kursi ini bukanlah untuk mewadahi kebutuhan para introvert (sepertinya sih karena layout bordes yang asimetris sehingga pintu kabin tidak tepat di tengah), namun saya tetap mengapresiasi adanya kursi ini.
Sayangnya, privasi di kursi single kereta api ini harus dibayar dengan beberapa kekurangan. Setidaknya ada 4 kekurangan berikut yang saya amati:
Daftar Isi
Kursi single menghadap dinding dan tanpa footrest
Ini berlaku untuk kursi jomblo di bagian depan kereta. Berbeda dengan bus yang punya pandangan luas ke depan, kursi jomblo baris depan kereta langsung menghadap dinding. Ya, dinding tersebut memang bukanlah tanpa hiburan—ada TV yang bisa anda tonton (itupun jika menyala). Namun saya tidak menyarankan anda menontonnya demi kesehatan leher anda, karena TV ini terlalu tinggi untuk baris pertama dan hanya nyaman dilihat dari baris kedua hingga keenam (sebaiknya sih KAI menggunakan TV ini untuk display informasi rute dan stasiun saja).
Kursi single kereta api paling depan juga tidak punya footrest yang terdapat di baris lainnya. Plus, Anda akan terekspos dan bertatapan langsung dengan siapapun yang berlalu-lalang di pintu kabin. Ironis sih, sebab ini seakan jadi antitesis dari alasan utama kursi ini dipilih oleh penumpangnya.
Kursi jomblo bagian belakang aman dari kelemahan ini. Namun, berhasil tidaknya Anda mendapatkan kursi ini tergantung keberuntungan Anda. Nomor 13 bisa saja jadi paling depan, bergantung pada langsiran kereta yang tidak bisa ditebak.
Kaca yang gelap, plus tanpa tirai
Berbeda dengan kaca jendela di baris lain, kaca jendela pada kedua ujung kereta dilengkapi bagian kaca yang dapat dibuka (sebagai fitur keselamatan). Akibatnya, jendela tidak memiliki tirai, agar tidak terhalang di saat darurat. Kompensasinya, jendela ini diberi kaca film yang lebih gelap untuk menangkal panas.
Masalahnya, salah satu selling point perjalanan kereta api adalah pemandangannya. Jika jendelanya gelap, pengalaman jadi tidak maksimal. Kursi single kereta api jadi terasa nggak worth kalau emang ini yang dicari.
Jadi tukang buka tutup pintu
Duduk di kursi single kereta api, artinya Anda akan merasakan dorongan untuk menjadi tukang tutup pintu. Pintu di kedua ujung gerbong biasanya pintu geser manual, yang sayangnya tidak semua penumpang punya rasa tanggung jawab untuk menutupnya kembali. Kalaupun ditutup, seringkali tidak sempurna.
Jika pintu terbuka, suara gesekan dan sambungan rel yang berisik itu akan masuk ke dalam kabin. Dan sebagai penumpang yang duduk paling dekat pintu, Andalah yang paling menderita. Si pembuka pintu yang tidak bertanggung jawab seringkali duduk di seat nomor tengah, sehingga ia tidak terlalu terganggu.
Sialnya, jika tidak terkunci sempurna saat kereta berbelok, pintu tersebut bisa terbuka atau tertutup. Nah, sekarang bayangkan jika kereta tengah melalui medan dengan banyak kelokan (misalnya dari Bandung ke arah Timur), maka pintu geser itu bisa terbuka dan tertutup berkali-kali dengan sendirinya. Plus suara keras yang bergantung pada besarnya gravitasi. Kesel.
Jika masih semangat, saya dengan sukarela menutupnya kembali. Namun setelah 2-3 kali rasanya lelah juga. Alhasil saya mencoba tidur atau diam saja dan berharap ada tikungan tajam yang bisa menutup pintu dengan sendirinya.
Selain itu, Anda juga akan terdorong untuk menjadi tukang buka pintu. Baik karena gravitasi ke arah berlawanan, atau memang sudah seret, seringkali pintu geser ini berat untuk dibuka-tutup. Ketika ada penumpang ibu-ibu atau lansia yang tidak sanggup membuka pintu, sebagai warga negara yang baik dan sehat, tentu saya tergerak untuk membukakan pintu.
Kursi single kereta api itu berisik!
Secara alami, kursi di baris ujung kereta akan lebih berisik dan bergetar dibandingkan baris tengah, meski pintu kabin tertutup rapat. Ini karena bogie (susunan roda) ada di kedua ujung kereta, sehingga selain berisik, segala kontur gronjalan yang ada pada rel akan lebih terasa di pantat Anda. Terlebih dengan material kursi eksekutif yang sekarang beralaskan busa keras, tidak seempuk di era sebelumnya dengan kursi berpegas.
Bagi saya, setidaknya kelemahan utama kursi jomblo bisa berkurang signifikan andaikan KAI memasang pintu kabin otomatis. Dulu pernah ada, tapi kini hilang entah mengapa. Soal kaca gelap, jika demi keselamatan, tentu para penumpang lebih bisa menerima.
Nah, kabar baiknya, PT KAI tengah mempersiapkan kereta eksekutif generasi terbaru, yang kelihatannya akan punya pintu otomatis. Tidak hanya di kabin, tapi juga pintu sisi luar kereta. Mirip dengan kereta di negara maju. Semoga pintunya kini lebih awet, dan kursi jomblo tetap dipertahankan!
Penulis: Yoval Julianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Memilih Kursi Kereta Api Ekonomi Premium Itu Nggak Perlu Pakai Rumus, Ini Hanya Perkara Hoki!