Bandara YIA Nggak Bikin Wisata Kulon Progo Melesat, Daerah Ini Masih Gitu-gitu Aja Kalah sama Kabupaten Lainnya

Bandara YIA Nggak Bikin Wisata Kulon Progo Melesat, Daerah Ini Masih Gitu-gitu Aja Kalah sama Kabupaten Lainnya

Bandara YIA Nggak Bikin Wisata Kulon Progo Melesat, Daerah Ini Masih Gitu-gitu Aja Kalah sama Kabupaten Lainnya (unsplash.com)

Sejak sebelum dibangun, Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) sudah diproyeksikan akan membawa keuntungan buat masyarakat sekitar di Kulon Progo, khususnya bagi mereka yang rumahnya ikut kena gusur. Katanya, dari selentingan kabar yang saya dengar, pemuda daerah bakal ditawari pekerjaan di bandara. Lalu, disebutkan juga bahwa nanti ekonomi masyarakat akan ikut naik melalui sektor wisata dan kuliner.

Bandara YIA diresmikan pada Agustus 2020, setelah kurang lebih dua tahun melalui proses pembangunan. Beberapa tahun setelah diresmikan, apakah ekspektasi akan dibangunnya YIA, khususnya di bagian wisata, sudah terwujud?

Sayangnya belum.

Padahal di sekitar Bandara YIA ada banyak sekali wisata yang menarik buat dikunjungi. Salah satunya, saya sebutkan yang paling dekat, ada Pantai Glagah. Kalau kamu take off atau landing di Bandara YIA, kamu pasti akan melihat Pantai Glagah dari jendela pesawatmu.

Akan tetapi bukannya menjadi wisata baru bagi para pengunjung yang baru sampai di Bandara YIA, Pantai Glagah justru menjadi wisata bagi keluarga penumpang pesawat. Biasanya, sekalian mengantar keluarga ke bandara, mereka akan mampir ke pantai Glagah. Jadi ya sama saja, wisatawannya masih yang lokal. Lokalnya pun masih sekitaran Jogja dan sekitarnya.

Kalau dilihat-lihat, ada beberapa alasan yang mendasari mandeknya perkembangan wisata Kulon Progo, meskipun kabupaten tersebut sudah punya bandara YIA. Seperti ini terkaan saya.

Kulon Progo cuma dianggap sebagai tempat mampir

Penumpang pesawat yang datang ke Jogja via Bandara YIA, sebagian besar menganggap Kulon Progo hanya sebagai tempat mampir. Setelah sampai, mereka buru-buru naik kereta bandara atau kendaraan feeder lainnya ke Kota Jogja. Mereka cenderung nggak menyisihkan waktu untuk menikmati alam Kulon Progo dulu.

Itu karena masih banyak yang meyakini kalau wisata yang wajib dikunjungi hanya ada di Kota Jogja. Kalau orang main ke Jogja, tentu Malioboro, Kraton, Tugu, dan Taman Sari selalu ada di bucket list mereka. Tapi pernah nggak kamu melihat orang menulis Waduk Sermo atau Pantai Trisik di itinerary mereka sebelum menginjakkan kaki di Bandara YIA?

Informasi yang tersedia tentang wisata di Kulon Progo juga masih minim. Coba saja kalau ada help desk yang membantu para penumpang pesawat yang baru saja tiba di Bandara YIA untuk main-main sebentar di sekitar Kulon Progo. Kalaupun sudah ada, fasilitas ini harus benar-benar di-maintain biar nggak cuma jadi pajangan semata.

Baca halaman selanjutnya: Nggak ada branding yang kuat maupun paket wisata terintegrasi…

Nggak ada branding yang kuat maupun paket wisata terintegrasi

Kota Jogja sudah punya branding sebagai tempat wisata sejarah dan kuliner. Gunungkidul juga sudah terkenal akan pantai-pantai pasir putihnya yang ciamik. Tapi apa kabar dengan Kulon Progo? Apa branding yang sudah disiapkan untuk menyambut para calon wisatawan?

Memang betul di Kulon Progo ada banyak wisata alam yang cantik. Tapi sudah seberapa banyakkah tempat-tempat wisata tersebut dipromosikan oleh pemerintah dan masyarakat luas? Narasi dan promosi tempat wisata yang nggak kuat akan membuat Kulon Progo nggak punya branding semenonjol Kota Jogja atau Gunungkidul. Akibatnya tentu saja nggak ada yang tertarik untuk mengunjunginya.

Dan kalaupun nanti branding-nya sudah kuat, perlu ada lagi fasilitas yang harus dipersiapkan buat ditawarkan ke calon wisatawan, salah satunya dengan paket wisata terintegrasi. Ketika ada penumpang yang baru turun dari pesawat, pengin main ke tempat wisata di Kulon Progo, seharusnya ada paket wisata terintegrasi yang mencakup itinerary, penginapan, dan pengalaman wisata.

Di Istanbul, ada paket wisata gratis dari Turkish Airlines untuk penumpang yang transit di Bandara Istanbul (IST). Paket wisata ini mengajak kita keliling Istanbul dengan mengunjungi ikon-ikon kotanya. Ide ini bisa lho diamati, ditiru, dan dimodifikasi.

Sekarang PR-nya adalah mengintegrasikan tempat wisata di Kulon Progo yang sejauh ini masih dikelola secara mandiri oleh masing-masing kelompok sadar wisata (darwis) dari masyarakat sekitar. Biar wisatawan nggak bingung sekaligus meningkatkan keuntungan buat semua pihak yang terlibat, tiap-tiap darwis bisa bekerja sama.

Akses transportasi sekunder masih terbatas

Di Bandara YIA kita memang bisa dengan mudah menemukan kereta bandara, bus DAMRI, dan angkutan penghubung lainnya. Tapi, kebanyakan kendaraan tersebut tujuannya langsung ke Kota Jogja. Dengan kata lain, akses dari bandara ke destinasi wisata di Kulon Progo masih kurang banget.

Padahal Kulon Progo termasuk daerah yang masih asri. Jalan menuju lokasi-lokasi wisata cenderung masih sulit aksesibilitasnya kalau cuma mengandalkan taksi online. Coba saja ada angkutan yang membawa penumpang pesawat yang baru sampai ke Kalibiru, Air Terjun Kedung Pedut, atau Taman Sungai Mudal, pasti wisatanya akan ikut berkembang pesat.

Sebagai warga Jogja yang cukup sering main ke Kulon Progo, saya pun mendukung anggapan bahwa tempat-tempat wisata di Kulon Progo wajib banget dikunjungi. Tapi kalau keberadaan tempat wisata yang elok belum didukung sama fasilitas yang memadai seperti yang saya sebutkan di atas, wisata Kulon Progo tetap akan gitu-gitu saja meskipun sudah punya Bandara YIA.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Puncak Moyeng Kulon Progo Hidden Gem yang Bikin Motor Saya Tersiksa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version