Anak Bantul dan Kota Jogja kalau mau nongkrong ke Sleman mah gas aja. Lha, anak Kulon Progo gimana, dong?
Mendengar nama Kulon Progo, apa hal pertama yang terlintas di benak kalian? Saya tebak, pasti nggak jauh-jauh dari Bandara YIA. Semenjak dibangun Bandara YIA, nama Kulon Progo memang jadi ikut terangkat. Sebelumnya sih boro-boro.
Secara administratif, Kabupaten Kulon Progo masih masuk ke dalam wilayah Provinsi DIY. Namun, entah kenapa wilayah ini seolah terpinggirkan dan paling beda dari wilayah lain di Jogja.
Sebagai warga lokal yang lahir dan besar di Kulon Progo, sepertinya memang ada beberapa hal yang membuat kabupaten ini terasa berbeda dari kabupaten lain di DIY.
Daftar Isi
#1 Kulon Progo terasa jauh banget
Kulon Progo merupakan kabupaten yang berada di wilayah paling barat Provinsi DIY. Kabupaten ini dipisahkan oleh Sungai Progo dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul dan Sleman. Jarak Wates, ibu kota Kulon Progo, dari pusat kota Jogja kurang lebih sekitar 24 kilometer. Jarak ini bisa ditempuh dalam waktu satu jam.
Anak gaul Bantul bagian utara atau anak Kota kalau mau nongkrong di Sleman, dekat. Begitu pula sebaliknya. Lha, kalau anak Kulon Progo? Untuk nongkrong di sana perlu waktu 2 jam perjalanan PP. Udah keburu capek duluan di jalan. Hal ini juga yang membuat para pendatang dari kota enggan nongki ke kabupaten ini.
Oleh karena itu Kulon Progo seolah-olah menjadi daerah yang terisolasi dari hiruk pikuk Kota Jogja yang katanya romantis itu. Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul yang saling berbatasan memudahkan akses modernisasi untuk dapat menyebar. Lihat saja pertumbuhan kedai kopi di Jogja dari tahun ke tahun yang semakin menjamur. Letaknya strategis, banyak pendatang, banyak kampus, ke mana-mana dekat.
#2 Jangan cari Indomaret dan Alfamart, adanya Tomira!
Keberadaan minimarket seperti Alfamart dan Indomaret tentunya sudah menjadi hal yang biasa di nyaris semua daerah di Indonesia. Tapi, di Kulon Progo, kedua waralaba minimarket ini sedikit dimodifikasi dengan nama Tomira.
Tomira merupakan singkatan dari Toko Milik Rakyat. Munculnya label Tomira pada minimarket Alfamart dan Indomaret karena ada peraturan Pemda di mana toko modern yang berstatus waralaba dan/atau berstatus cabang tak boleh berjarak kurang dari 1.000 meter dengan pasar tradisional.
Oleh karena itu, biasanya Alfamart dan Indomaret yang cukup dekat dengan pasar akan dimitrakan dengan koperasi dan disebut Tomira. Isinya sih sama saja, hanya ditambah dengan produk lokal dari UMKM.
Baca halaman selanjutnya: Batik Geblek Renteng…
#3 Batik Geblek Renteng
Salah satu makanan khas Kulon Progo yang terkenal adalah geblek. Nah, saking melekatnya image geblek ini, ada motif batik khas yang dinamakan Batik Geblek Renteng.
Seperti namanya, motif batik satu ini cukup unik dengan bentuk geblek yang dirangkai atau direnteng berbentuk angka 8. Motif Batik Geblek Renteng merupakan hasil karya dari siswa SMAN 1 Wates, Ales Candra Wibawa, yang secara kebetulan ternyata anak dari guru IPA saya waktu SMP dulu. Motif batik ini menjadi juara di Lomba Desain Motif Batik Khas Kulon Progo, lho.
Sejak saat itu, motif batik ini digunakan sebagai seragam di sekolah mulai dari TK hingga SMA sederajat, serta seragam di berbagai instansi pemerintah di Kulon Progo. Jadi, kalau lihat ada orang yang memakai Batik Geblek Renteng, kemungkinan besar dia orang sini atau kerja di sini.
#4 Sekolah swasta terkenal sebagai gudangnya anak nakal
Beberapa waktu lalu sempat viral kepala sekolah di suatu SD yang menangis karena para orang tua lebih tertarik mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta karena dinilai memiliki mutu yang lebih baik. Di Kulon Progo, ini sulit terjadi.
Bisa bersekolah di sekolah negeri merupakan suatu privilese, apalagi untuk tingkat SMA dan SMK. Berbagai sekolah favorit juga kebanyakan adalah sekolah negeri. Di Kulon Progo, sekolah swasta juga terkenal dengan reputasinya sebagai gudangnya anak-anak nakal. Ini tentu berkebalikan dengan sekolah swasta berbasis agama di Jogja yang rata-rata juga tidak kalah favoritnya dari sekolah negeri.
#5 Ibu kota Kulon Progo sepi
Sebagai kota ibu kota kabupaten, Wates sebenarnya nggak jelek-jelek amat. Semenjak pembangunan kampus UNY di Wates semakin meluas, daerah ini perlahan berubah. Kota ini semakin padat dengan banyaknya warung makan dan kos-kosan yang dibangun.
Meski begitu kota kecil ini tetap terasa sepi. Nggak ada mal apalagi bioskop. Bagi yang mau berbelanja, pol mentok cuma bisa ke toserba. Pilihan kedai kopi juga terbatas. Di Kulon Progo nggak ada tuh franchise makanan terkenal yang buka seperti McD, Burger King, Starbucks, dan semacamnya.
Bagi yang suka nongkrong, main ke sini mungkin bakal terasa nggak seru karena jam 9 malam sudah terasa sepi. Bahkan ada beberapa warung yang tutup pukul 8 malam lho padahal itu di daerah yang masih padat penduduk. Beda banget sama atmosfer di Jogja yang jam 8 malam masih terasa ramai seperti sore hari.
Itulah beberapa hal aneh yang bisa kalian jumpai di Kulon Progo dan membuat kabupaten ini berbeda dari kabupaten lainnya di Jogja. Di daerah kalian ada hal-hal yang aneh juga nggak?
Penulis: Hangesti Arum Nuranisa
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kulon Progo: Permata Jawa yang Kalah Tenar dengan Bandara YIA.