‘Kulino Kuliner’, Konten Kuliner yang Antimainstream dan Nggak Ndakik-ndakik

kulino kuliner mukti entut yusril fahriza mojok

kulino kuliner mukti entut yusril fahriza mojok

Semesta Jogja selatan sedang ketimpa pulung dan durian runtuh. Dua orang komedian Jogja pemrakarsa channel YouTube Jiroluger, mulai menunjukkan kedigdayaannya. Lewat sebuah konten ala food vlogger yang dinamai Kulino Kuliner, mereka memberikan sesuatu yang berbeda dan tak ada duanya. Seolah mereka memberi oase di tengah padang planet mars yang gersang. Konten bikinan mereka, sangat layak disejajarkan dengan Gordon Ramsay dan Pak Bondan Winarno. Konten mereka muncul layaknya komet yang meluncur ke bumi, sangar dan indah di waktu yang bersamaan.

Mukti Entut dan Yusril Fahriza, memang sudah punya nama di blantika standup comedy Indonesia. Apalagi di Jogja, mereka sudah ndemes dan punya fans yang militan. Kanal YouTube mereka juga sangat menghibur dan lain daripada yang lain. Banyolan dan guyonan mereka punya persona tongkrongan pinggiran Jakal atau pojokan Sewon yang asri. Mengingatkan kita pada cara hidup kita yang begini ini dan apa adanya, nggak ndakik-ndakik dan tak penuh kontroversi seperti chanel lain.

Kulino Kuliner mungkin masih asing dan belum begitu dikenal khalayak ramai. Memang masih baru, saat saya menulis artikel ini, mereka baru punya dua video di playlist Kulino Kuliner. Dua video yang cukup untuk pamer taring ke para food vlogger besar macam, Nex Carlos, Ria SW, dan lain sebagainya. Kulino kuliner menyajikan food review yang adem ayem dan tak terlalu berlebihan. Memang kadar banyolan dan kekonyolan mereka ada di kisaran 80%, tapi memang itu yang dicari. Tak selamanya ngomongin makanan harus penuh dengan nama bumbu, eksplorasi indra pengecap, apalagi penuh ekspresi merem melek keenakan. Sesekali kita perlu food review yang apa adanya dengan balutan bumbu konyol dan nyebeli tipis-tipis.

Bayangkan, daripada mewawancarai yang punya warung, mereka lebih memilih mewawancarai tukang parkirnya. Sebuah pikiran yang out of the box sekaligus bikin kita tersentak. Mereka berkilah tengah menunjukkan bahwa tukang parkir itu juga punya andil besar dalam majunya sebuah tempat makan. Cerdas dan epic banget. Food vlogger lain, mungkin akan mencari tahu tentang seluk beluk dan sejarah, berikut filosofi dari warung tersebut. Tapi, mereka memang beda. Mereka memperlihatkan pada kita, bahwa hidup nggak harus filosofis. Terkadang hidup harus dibikin biasa saja dan nggak harus luar biasa. Alias konyol boleh, yang penting nggak jahat.

Cara mereka membedah makanan juga biasa saja, bahkan tak menggunakan kaidah kehidupan manusia pada umumnya. Mereka memang tak menjelaskan dengan detail soal makanan atau tambahan alias topping, tapi tetap saja konten mereka menarik dan bikin candu. Jokes om-om kerap meluncur, agak deras, namun masih enak untuk diikuti dan diesemi. Cara ngobrol mereka asyik, yang satu mancing ngasih umpan, yang satu eksekusi. Semua berjalan seolah natural dan sak penake dewe.

Pengambilan gambar yang sangat unik juga jadi kekuatan mereka. Beauty shoot yang lebih tepat jika disebut eww shoot, sudah pasti ampuh menambah gelak tawa dan nafsu makan kita. Slow-mo dan efek video yang digunakan mirip seperti food vlogger kebanyakan. Pun vibes makan cantik para food vlogger mereka terapkan. Meski tetap saja, mimik muka dan cara makan mereka yang berlebihan itu yang jadi daya jual (dibaca: nggilani). Nonton lama nggak kuat, nggak ditonton takut kehilangan momen.

Setelah kebosanan dan kejenuhan menonton food vlogger waras dan standar, saya sarankan untuk mulai beralih ke dua insan Jiroluger itu. Kulino Kuliner, sebuah anomali dalam dunia food vloging di semesta yang fana ini. Meski masih seumur jagung, saya rasa mereka bisa menggetarkan dan menggebrak semesta, minimal semesta Pogung atau Sewon dulu, lah.

Sumber gambar: YouTube JIROLUGER

BACA JUGA 5 Kelakuan Pembeli yang Bikin Kesal Pemilik Warung Makan atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version