Beberapa hari yang lalu saya membaca tulisannya Pak Rohmatul Izad, beliau bercerita tentang ketidaknyamanan hatinya terus mendapat gaji padahal merasa tidak bekerja maksimal sebagai dosen. Kalau begitu, boleh, Pak, gajinya disumbangkan untuk mahasiswa yang kesulitan beli kuota internet hehehe.
Saya mahasiswa semester empat, berkuliah di Universitas Diponegoro. Saya merasa bahwa kuliah online yang akan memasuki bulan kedua ini sangat menjemukan. Selain karena saya termasuk mahasiswa yang rajin, senang belajar dan mengikuti kegiatan kemahasiswaan di kampus (sok-sok-an doang sih), dampak-dampak yang dihasilkan dari kuliah online justru membuat saya malas kuliah.
Pertama dan yang paling utama adalah perihal kuota internet. Penggunaan platform media pembelajaran online seperti Microsoft Teams, Zoom, dan lain sebagainya membuat kuota cukup terkuras. Saya pakai provider “ekstra besar”, paket yang harusnya untuk satu bulan, sebesar sebelas giga dan seharga 65 ribu habis dalam waktu sepekan. Kalau dikalkulasikan, 65 ribu dikali 4 sama dengan 260 ribu. Dalam satu bulan, saya bisa menghabiskan 260 ribu hanya untuk membeli paket internet.
Apabila perkuliahan berjalan secara normal, 260 ribu itu bisa dipakai untuk makan selama satu minggu. Bisa dikatakan, dengan kuliah online, uang untuk membeli paket internet lebih besar dibanding uang untuk makan. Masa kuliah online seperti sekarang paket internet itu sendiri sudah seperti makan.
Saya bingung apabila keadaan ini terus berlangsung dalam waktu yang lama. Kalau terus-menerus harus membeli paket internet, bisa bangkrut. Malah bisa-bisa untuk bayar UKT dialihkan sementara untuk membeli paket internet. Hal ini harus dipikirkan dengan baik oleh bapak-ibu dosen, terlebih yang punya jabatan tinggi di kampus, agar bisa membuat kebijakan untuk menekan pengeluaran mahasiswa di masa kuliah online.
Saran saya, kepada bapak-ibu dosen, jangan terlalu sering pakai platform media yang menggunakan tampilan video, akan menguras banyak kuota. Kalaupun harus, waktunya dibatasi. Diskusi atau penyampaian materi bisa hanya disampaikan melalui fitur audio, tanpa visual.
Sementara kepada bapak-ibu dosen pemangku jabatan di kampus, tolong beri kebijakan seadil mungkin kepada seluruh mahasiswa kalau ada pemberian kuota internet gratis. Karena yang merasakan getirnya Covid-19 bukan hanya sebagian mahasiswa, melainkan seluruhnya. Semua merasakan kepahitan harus rajin membeli paket internet. Apabila bisa disalurkan kuota internet gratis kepada seluruh mahasiswa, ya silakan dilakukan, itulah harapan kami.
Urusan uang dan paket internet baru keluhan pertama dari adanya kuliah online.
Kedua, kualitas perkuliahan. Tidak bisa dinafikkan, bahwa perkuliahan secara online tidak dapat menggantikan kualitas perkuliahan secara tatap muka. Rasanya jauh berbeda. Coba bandingkan pacaran jarak jauh yang tiap hari modal video call dengan yang bisa ketemu dan jalan-jalan. Itulah rasanya, benar-benar berbeda.
Dengan kuliah online, mungkin karena sayanya yang malas sih, kuliah jadi nggak ngerti-ngerti amat. Teman-teman yang sedang presentasi saya tidak indahkan. Diskusi pun saya enggan. Bawaannya cukup hadir dalam kelas online, selanjutnya mau memerhatikan atau memilih tidur terserah saya.
Ketiga, memungkinkan kecurangan, kelalaian, dan segala bentuk ketidakjujuran dan kemalasan. Seperti misal ketika ada kuis atau tes, ya mahasiswa bisa dengan mudah saling chatting di grup WhatsApp untuk berbagi jawaban. Atau mencari jawaban ke internet. Dan itu sebenarnya satu-satunya hal yang nikmat dari kuliah online, silaturahmi kita sesama mahasiswa lebih terjaga.
Funfact-nya dari kuliah online adalah mahasiswa atau dosen bisa lebih mudah meninggalkan kelas. Dosen bisa sekadar memberikan materi ajar, seperti bahan bacaan atau file powerpoint. Mahasiswa bisa sekadar isi presensi, kemudian lanjut tidur (nikmatnyaaa~).
Seperti semua hal dalam hidup, kuliah online ya ada positf dan negatifnya, ada enak dan ada nggak enaknya. Mungkin dalam keadaan seperti ini, kami mahasiswa harus fokus pada hal yang enaknya saja dulu, sebelum nanti sambat lagi kalau misal kuliah sudah berjalan seperti biasa. Kapan lagi bisa memperpanjang durasi tidur? Hehehe. Sudahlah, tidak perlu spaneng-spaneng. Kita hanya bisa berharap baik semoga besok keadaan sudah lebih baik. Eaaa.
BACA JUGA Saya Dosen, Kuliah Online Bikin Saya Ngerasa Jadi Pengangguran yang Digaji atau tulisan Akbar Malik Adi Nugraha lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.