Kue padamaran, kue manis gurih khas Jambi yang endeus mantulita fantastica
Berada di Jambi itu sebuah anugerah. Tidak terlalu ramai, harga makanan masih terjangkau, cuacanya segar. Perkara daerah ini tak terlalu dikenal oleh orang luar sana, tak mengapa. Sebab, begitu banyak hal yang bisa disyukuri dari hidup di kota ini. Salah satunya adalah—yak bisa kalian tebak—makanan yang unik dan nikmat.
Hampir tiap daerah punya makanan unik yang hanya ditemui di daerah tersebut. Jambi pun sama, mereka punya kue padamaran, sebuah mahakarya yang muncul dari tangan masyarakat Jambi.
Sebenarnya kue seperti kue pada umumnya. Manis, praktis, dan cocok untuk semua kalangan. Jika mendengar namanya, mungkin hal pertama yang terlintas di kepala Anda adalah nama kapal, nama pesawat, dan sebuah istilah.
Jujur hingga artikel ini dimuat saya tak tahu apa itu arti pamadaran. Dan saran saya daripada Anda cari arti namanya, mending langsung dimakan saja. Tak perlu ditanyakan artinya kepada penjualnya, yang menjual juga pasti susah menerangkannya.
Kue basah satu ini berbahan dasar dari tepung beras. Kue ini bertekstur lembut-lembut kenyal. Beberapa menyebutkan bahwa kue ini mirip dengan kue talam. Kemiripan itu mungkin karena warna hijau muda yang lumayan ngejreng. Warna hijau ini didapatkan dari pandan ya, bukan sirup Ma*j*n rasa melon. Tapi, kalau Anda mau berkreasi juga nggak apa-apa sih.
Hal unik selanjutnya adalah pada kemasannya, atau bahasa kerennya, packaging. Kue padamaran dibungkus dengan sebuah daun pisang yang dibuat menyerupai kapal. Namun meskipun berbentuk kapal, jangan coba-coba untuk menaikinya. Nanti bisa rubuh seperti kinerja wakil rakyat kita yang meresahkan publik. Wadah ini berbentuk persegi panjang dan setiap sisinya diberikan kunci steples agar kuat dan tidak lepas. Wadah daun pisang disebut dengan nama takir.
Cara makan kue padamaran ini unik. Bagian bawah kue, akan dituangi gula merah cair. Lalu, ditutup kuenya yang berwarna hijau terang. Kadang, setelah itu, masih ditambah gula merah cair lagi. Setelah itu, kue ini dimakan dengan disendok bersama gula merah cair tersebut. Perpaduan manis dan gurih akan bergoyang rusuh di lidah Anda.
Rasanya tidak berlebihan jika kue satu ini disebut sebagai pancake-nya orang Jambi. Bedanya, kalau pancake ditumpuk jadi satu dan dituang saus, kue padamaran meletakkan sausnya di permukaan. Lebih praktis bukan? Seandainya menu ini ada di restoran, Anda tinggal duduk dan langsung melahap tanpa harus mengeluarkan tenaga banyak untuk menuangkan saus lagi. Memang, kue ini adalah perwujudan sahih kata “waktu adalah uang”.
Menurut sejarah, kue ini dulunya merupakan sajian mewah yang dapat ditemui di acara-acara besar. Misalnya seperti pesta perayaan atau pesta pernikahan. Tapi, kini kue padamaran bisa anda temukan di setiap outlet yang menjual kue di penjuru kota Jambi.
Nah, kala Ramadan tiba, kue ini jadi makanan wajib untuk berbuka bagi orang Jambi. Pokoknya, mendekati jam-jam berbuka puasa, orang-orang pasti berbondong-bondong memburu kuliner satu ini. Wajar saja, rasa dan tekstur makanan amat ramah orang berbuka puasa.
Orang Indonesia aja buka puasa pake nasi padang, apalagi pake kue ginian, aman. Otot kawat lambung besi.
Jadi, bagi kalian yang penasaran sama kue ini, baiknya lho ya, segera booking tiket ke Jambi, terus sikat makanan ini. Suer, rasanya enak, kalian bakal ngerasa upaya kalian ke Jambi itu worth batzzz.
Udah, nggak usah mikir kelamaan, sana gas!
Penulis: M. Guntur Rahardjo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jika Saya Jadi Gubernur DIY, Saya Siap Dimarah-marahi oleh Sultan