Kue Adrem, Kue Khas Bantul yang Tenggelam di Antara Camilan Kekinian 

Kue Adrem, Kue Khas Bantul yang Tenggelam di Antara Camilan Kekinian Mojok.co

Kue Adrem, Kue Khas Bantul yang Tenggelam di Antara Camilan Kekinian (wikipedia.org)

Di tengah banyaknya tulisan soal makanan khas suatu daerah di Terminal Mojok, ada satu camilan yang jarang disinggung, kue adrem. Kue yang terbuat dari tepung beras dan gula jawa merah ini berasal dari Bantul, Yogyakarta. Namanya mungkin terdengar asing saat ini, tapi dahulu kue ini cukup populer dan digemari. 

Perkenalan saya dengan kue adrem berkat ibu yang kerap mengajak saya belanja di pasar. Saya ingat betul, di tengah hiruk pikuk pedagang dan aroma jajanan tradisional yang semerbak, ibu selalu mampir ke satu penjual makanan. Penjual ini menjajakan kue bulat pipih berwarna cokelat. Ibu menjelaskan bahwa makanan itu adalah kue adrem yang berasal asli dari Bantul. Kenangan itu terpatri dalam ingatan saya. 

Kue sederhana yang kaya rasa dan kenangan

Adrem memang nggak kelihatan mewah. Bahannya pun sederhana: tepung beras, kelapa parut, dan gula jawa. Tapi, justru dari kesederhanaan itu lahir rasa yang unik. Begitu digigit, renyah di luar, lembut di dalam. Lalu manis gurihnya gula jawa bercampur dengan wangi kelapa. Rasanya bikin nagih, apalagi kalau dimakan sambil minum teh hangat di pagi hari.

Buatku, adrem bukan sekadar camilan pasar. Ada kenangan yang ikut menempel di setiap gigitannya. Aku masih ingat bagaimana ibu sering membelikan adrem sebagai “hadiah kecil” setelah aku sabar menunggu di pasar. Setiap kali melihat bungkus plastik berisi adrem, aku langsung merasa senang, seolah ada kebahagiaan sederhana yang nggak bisa dibeli dengan camilan modern sekalipun.

Kue Adrem satu hal yang selalu saya cari di Bantul

Setelah tumbuh dewasa, adrem selalu punya tempat khusus di hati ini. Itu mengapa, tiap kali ada kesempatan pulang ke Bantul, satu hal yang saya cari adalah kue ini. Saya tahu Bantul kini begitu menggeliat sehingga banyak tempat atau spot baru untuk dikulik. Namun, hati ini selalu mencari kue adrem terlebih dahulu. 

Bukan sekadar camilan. Bagi saya, kue adrem adalah nostalgia kebersamaan keluarga dan kehangatan kampung halaman. Kadang saya khawatir bagaimana kalau suatu saat jajanan ini punah. Bukan tidak mungkin lho, sebab semakin banyak warga lokal yang nggak kenal kue adrem. 

Melansir laman resmi Kabupaten Bantul, camilan yang begitu populer di era 80-an hingga 90-an ini tenggelam di antara kemunculan kue-kue dan camilan lain. Penjualnya pun kian sedikit. Saat ini kue adrem hanya bisa dijumpai di beberapa pasar tradisional di Kecamatan Sanden, Srandakan, Pandak, dan Kretek. 

Jangan sampai deh kue adrem benar-benar musnah. Semoga warlok dan pemerintah setempat punya cukup perhatian untuk camilan sederhana ini. Saya yakin, di luar sana banyak juga penyuka kue adrem seperti saya. Penggemar yang turut menyimpan banyak memori di baliknya. 

Penulis: Arnufan Deni
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 6 Dosa Penjual Gudeg Jogja yang Sulit Dimaafkan Pembeli.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version