Baru-baru ini, film Indonesia kembali mendapat kabar yang mencengangkan. Permasalahannya kali ini tidak membahas soal pemilihan pemeran atau sutradaranya melainkan film yang sedang ramai diperbincangkan yaitu “Kucumbu Tubuh Indahku.” Film yang mengisahkan tentang perjuangan Rianto untuk menjadi penari Lengger mulai menuai reaksi positif dari kritikus film internasional. Keberhasilan menembus seleksi nominasi Piala Oscar diduga menjadi penyebab utama film tersebut semakin dilirik hingga Pasar Perfilman Internasional.
Seperti diketahui, belum pernah ada film Indonesia satupun yang mendapat penillaian positif di Piala Oscar sehingga kita harus iri dengan negara Asia lain yang telah menancapkan kuku di Piala Oscar. Mereka tidak hanya masuk nominasi saja tetapi membawa Piala Oscar sekaligus selama beberapa tahun terakhir sehingga prestasi mereka tidak diragukan lagi.
Sejatinya, dulu ada film Indonesia yang nyaris masuk Piala Oscar namun sayangnya harus berakhir sebagai korban pesakitan alias angan-angan. Sebagai harapan, saya berharap bahwa Kucumbu Tubuh Indahku bisa menjadi film Indonesia yang lolos seleksi di Piala Oscar dalam kategori Best International Feature Film sehingga layak mendapat tempat istimewa di panggung Hollywood meski harus menunggu sampai tahun depan.
Maka dari itu, kita harusnya bangga dan jangan main judge sembarangan hanya karena melihat judulnya saja dari luar tetapi dari dalam malah kurang diperhatikan isi ceritanya yang sebenarnya menjelaskan Kebudayaan Indonesia. Apalagi Ketua BEKRAF sampai para artis memuji habis-habisan Kucumbu Tubuh Indahku sampai-sampai mereka mendoakan semoga film itu kembali diizinkan tayang di Indonesia tapi dengan syarat menghapus adegan “aneh” di dalam ceritanya.
Mengenai Kucumbu Tubuh Indahku, saya pernah merinding pas melihat judulnya untuk pertama kalinya. Saat menemui kata “kucumbu” saja membuat saya terkejut dengan setengah hati karena kata tersebut kerapkali diasosiasikan sebagai bahasa rayuan untuk pasangan dengan konotasinya agak berbau seksual. Belum lagi ditambah kata “tubuh indahku” yang berarti orang yang memiliki fisik sempurna layaknya iklan-iklan obat langsing.
Namun setelah dipikir-pikir, Judulnya memang tidak seseram yang saya kira soalnya Film ini lebih berfokus pada Adegan tarian Lengger khas Banyumas yang tidak lupa juga ditampilkan di film tersebut karena tarian Lengger sudah jarang dimainkan oleh Generasi Zaman Now dan mulai terancam punah. Bagi kalian yang cinta budaya, mulai dari sekarang sadarlah bahwa Budaya Kita tidak kalah bagusnya dengan Luar Negeri dan lebih baik lestarikan Budaya sendiri demi Anak Cucu Kita.
Di balik kesuksesannya, tidak semua pihak mau menerima film tersebut di negeri sendiri. Sebagian penonton berpendapat bahwa Kucumbu Tubuh Indahku adalah Film yang terlalu memarjinalkan pria sehingga karakteristik pria yang biasanya gagah, tampan, dan pemberani malah diubah peranannya menjadi sedikit kemayu. Akibat persepsi yang salah, beberapa Ormas mulai menuding film ini sebagai film yang mengancam keselamatan bangsa dan negara karena dianggap menyebarkan virus LGBT di Indonesia padahal sebenarnya film ini diklaim sudah bebas dari hal berbau vulgar.
Tidak hanya itu, hampir semua provinsi se-Indonesia telah mengajukan petisi untuk menolak pemutaran film Kucumbu Tubuh Indahku kepada KPI. Penyebab utamanya adalah ditampilkannya adegan yang cukup vulgar yang diperlihatkan pada publik tanpa sensor serta penampilan penari pria yang berpakaian seperti wanita. Bagi mereka, film ini tidak layak untuk ditonton karena bertentangan dengan budaya ketimuran dan juga dikhawatirkan berpengaruh pada anak-anak dan para remaja yang sedang dalam proses jati diri apalagi mereka adalah generasi penerus bangsa yang sangat menentukan masa depan negeri ini.
Tidak mau terus-terusan dihujat, sang Sutradara Garin Nugroho mulai bereaksi keras dan menyebutkan bahwa Kucumbu Tubuh Indahku tidak ada unsur LGBT sama sekali apalagi penyimpangan hubungan seksual. Kalaupun ada, itu pun hanya sebuah ilustrasi saja sehingga tidak perlu diperagakan beneran. Jadi, lagipula siapa sih yang mau nonton Film dengan unsur-unsur aneh tanpa ada surat izin dari KPI ataupun Badan Sensor Film?
Mau bagaimana lagi, pada dasarnya film dibuat untuk menghibur penonton dengan tema yang variatif sekaligus menarik perhatian Penonton agar filmnya cepat laku di pasaran. Meski membutuhkan waktu yang panjang, setidaknya kita telah berusaha semaksimal mungkin dalam memenuhi target pangsa penonton. Mengenai perjuangan tentang film, saya semakin teringat dengan perkataan Alfred Hitchcock, “the only way to get rid of my fears is to make films about them.” Secara makna, kutipan tersebut berarti setiap film pasti ada risikonya apapun yang terjadi meski sudah diakui sempurna oleh penciptanya.
Bagi anda yang merasa peduli terhadap perfilman nasional, menonton Kucumbu Tubuh Indahku adalah film yang pantas untuk diapresiasi dan mudah dipelajari. Meskipun diwarnai kontroversi, Kucumbu Tubuh Indahku harus tetap didukung dan dijunjung tinggi supaya dapat mengharumkan Indonesia di mata dunia sekaligus membuktikan diri bahwa film Indonesia bukanlah spesialis horor garing atau drama percintaan saja. (*)
BACA JUGA Perempuan Cuman Jadi Kanca Wingking itu Gara-Gara Bangsa Eropa! atau tulisan Aditya Mahyudi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.