Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kucing Jalanan dan Kucing Ras Nggak Ada Bedanya kalau Memang Beneran Cinta

Muhaimin Nurrizqy oleh Muhaimin Nurrizqy
16 Juni 2020
A A
kucing jalanan mojok.co

kucing jalanan mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Apakah kalian pecinta kucing, atau kalian hanya pecinta kucing ras? Persia, Bengal, Siam, Ragdoll, Munchkin, atau Angora? Ingat kawan-kawan, kucing itu adalah binatang, sama juga dengan kita. Jika kau memang mencintai kucing, semua ras adalah sama, bahkan kucing jalanan sekali pun.

Saya jadi teringat pada suatu masa, ketika secara tidak sengaja saya ikut nimbrung di acara cat lovers di Padang. Semua anggota atau para pecinta kucing itu membawa kucing-kucingnya lengkap dengan kandang dan aksesoris lainnya. Mereka mengadakan semacam lomba dan para kucing itu diajak bermain di arena yang telah dibuat oleh panitia.

Tidak dimungkiri jika kelakuan kucing-kucing itu begitu lucu. Kelakuan kucing itu membuat saya sejenak merasa berada di surga. Hati saya luluh, tubuh saya dipenuhi kegemasan yang membuat masalah-masalah saya selama ini hilang dalam sekejap.

Tapi kebahagiaan itu tiba-tiba berubah menjadi kemarahan ketika ada seekor kocheng oyen masuk ke dalam gelanggang dan mencoba ikut bermain. Kucing itu entah dari mana datangnya, namanya juga kucing jalanan, bebas berkeliaran sebab dunia ini adalah miliknya.

Yang membuat saya kesal bukanlah karena kocheng oyen itu masuk begitu saja, tapi cara para peserta yang katanya pecinta kucing itu, mengusir si kocheng oyen. Dari raut wajah mereka menyiratkan kejijikan, karena kucing jalanan itu tidak terawat dan ada beberapa koreng di kepalanya. Mereka bahkan mengusir kucing itu menggunakan sapu. Aduh!

Melihat sikap mereka, saya jadi bertanya-tanya, apakah mereka masih pantas disebut sebagai pecinta kucing? Pecinta kucing dari Planet Mars mungkin seperti itu. Tapi ini kan Bumi, semestinya malu menyandang status pecinta kucing jika kucing yang dicintai itu harus bersih, jinak, dan menggemaskan.

Sekarang saya tanya deh, memangnya siapa sih yang tahu kalau kucing itu lucu atau tidaknya? Atau kucing ras ini lebih menggemaskan dari ras lain? Ya jawabannya ada pada kita sebagai manusia. Kita lah yang mengatakan kucing ini lebih lucu, motif bulunya lebih langka, matanya lebih menggemaskan. Padahal si kucing itu sendiri tidak pernah tahu apakah dia itu lucu atau tidak. Yang mereka tahu ya makan agar tidak mati, dan beranak untuk memperbanyak keturunan.

Apakah mungking tiba-tiba kucing jalanan jantan melihat kucing Persia betina, seperti kita lelaki jelata kerempeng ini melihat Anya Geraldine? Tidak mungkin. Kucing tidak sama dengan kita para manusia ini. Begitu pun sebaliknya, mereka tidak akan pilih-pilih teman dari ras apapun, bahkan pertemanan mereka bisa melampaui ke jenis yang berbeda, baik itu anjing, burung, hamster, dan kuda. Terus kita sebagai pemilik kucing ras yang mahal-mahal itu merasa kucing Angora kita tidak pantas berteman dengan kucing jalanan atau kucing kampung?

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Saya juga pernah mengalami kejadian yang membuat hati saya tidak enak. Pernah pada suatu hari, ketika alhamdulillah saya mendapat rejeki berlebih, saya pergi ke pet shop untuk membeli makanan kucing. Saya berencana membeli makanan itu untuk kucing jalanan, atau yang berkeliaran di dekat kosan saya.

Nah, karena pengalaman kucing lebih suka makanan yang basah dari pada kering, dan katanya pula makanan basah itu mahal dan terasa mewah untuk hewan peliharaan, saya belilah sekotak besar makanan basah itu.

Abang si penjaga toko itu lalu menawari saya makanan kering, “Kok makanan basah saja yang dibeli, Bang? Makanan keringnya tidak? Harus di selang selingkan pemberian makanan basah dan kering, biar kucingnya nggak kebiasaan makanan basah, mahal loh.”

Terus saya jawab, “Nggak apa-apa, kucing lebih suka makanan basah.”

Ditanya lagi, “Emang biasanya itu dicampur sama apa?”

Karena pada waktu itu saya lagi malas mengobrol, saya jawab saja, “Pake nasi.”

Si Abang dan beberapa rekannya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban saya. “Kok pake nasi, nanti sakit loh kucingnya.”

Mungkin mereka menyangka saya ini pecinta kucing baru yang tidak tahu apa-apa mengenai dunia perkucingan. Dengan suara agak keras dan tegas saya jawab, “Ini bukan untuk kucing peliharaan. Ini untuk kucing jalanan!”

Mereka terdiam. Tapi dari wajahnya tersirat sebuah ungkapan yang jika diartikan menjadi kalimat seperti ini, “Untuk kucing jalanan, kok belinya yang mahal, ya!” Setelah hari itu, saya tidak pernah lagi berbelanja di kedainya.

Bagi saya, melihat kucing memakan apa yang saya berikan itu sudah sangat cukup. Apalagi makanan yang saya berikan adalah makanan yang jarang mereka dapat. Bukankah kita sebagai manusia merasa hidup jika kita juga memberi kehidupan kepada makhluk lain. Ya, salah satunya memberi makan binatang, mau kucing, anjing, atau apapun. Jika Tuhan memberi rezeki lebih ke kita, bukankah itu berarti Tuhan mempercayakan kita untuk membaginya sedikit kepada yang lain?

Jadi bagi para orang-orang di luar sana yang memiliki gelar sebagai pecinta kucing, bahkan untuk mendapatkan gelar itu harus bergabung dengan komunitas pecinta kucing pula, saya sarankan untuk mempertayakan ulang makna dari gelar pecinta kucing tersebut. Apakah Anda mencintai kucing dari bentuk fisiknya saja, atau mencintai kucing sebagai binatang dan mahkluk yang sama seperti kita?

Dengan semakin panasnya isu rasis hari ini, mungkin kita bisa memulai untuk belajar memandang semua setara lewat mencintai kucing dengan setara. Kucing jalanan, kucing ras, harus dibelai dan dicintai dengan kadar yang sama.

BACA JUGA Surat untuk Teman-teman yang Masih Berpikir kalau Padang Itu Adalah Keseluruhan Provinsi Sumatera Barat atau tulisan Muhaimin Nurrizqy lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Juni 2020 oleh

Tags: kucing jalanan. kucing ras
Muhaimin Nurrizqy

Muhaimin Nurrizqy

Lahir dan besar di Padang kota tercinta!

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.