Kratos, Sebenar-benarnya Role Model dalam Urusan Parenting

Kratos, Sebenar-benarnya Role Model dalam Urusan Parenting

Kratos, Sebenar-benarnya Role Model dalam Urusan Parenting (Pixabay.com)

Penggemar setia game di Playstation tidak akan lupa dengan tokoh bernama Kratos, pria plontos yang dikenal dengan kebrutalannya demi balas dendam kepada dewa-dewi. Seri game God of War sempat dianggap selesai setelah Kratos berhasil mengalahkan Zeus. Akan tetapi, Studio Santa Monica melanjutkan kisah hidup Kratos yang sudah hijrah ke tanah Nordik. Di latar yang berbeda, God of War rilis dalam dua seri, yaitu God of War (2018) dan God of War: Ragnarok yang rilis tahun ini.

Meski bengis dan jago betul perkara bunuh-bunuhan, Kratos nyatanya adalah durian: keras dan tajam di luar, lembut di dalam. Bagi kalian yang berencana, sudah, atau malah bentar lagi mau jadi bapak, kalian bisa meneladani Kratos. Dia benar-benar bisa jadi role model agar kalian jadi bapak yang baik untuk anak kalian.

#1 Mengajarkan hal-hal yang baik, bahkan harus lebih baik

Sebagai seorang bapak, Kratos ingin anaknya mampu meneladani prinsipnya. Itulah sebabnya ia mengajak anaknya berlatih berburu, berpetualang, dan menceritakan kisah-kisah yang inspiratif. Ketika Atreus menyadari bahwa dia adalah keturunan dewa, sifat sombong mulai menyergap dalam karakternya.

Kratos pun menyadari hal tersebut dan mengingatkan Atreus bahwa setiap tindakan memiliki tanggung jawabnya, termasuk menjadi seorang dewa. Kratos menyadari dengan betul bahwa sebagian besar dewa yang ditemuinya terlalu merasa sombong hingga menuju kejatuhannya. Ketika Atreus mulai menyadari dan bertanya apakah dewa harus berujung saling membunuh keluarganya, Kratos pun menjawab bahwa mereka bisa dan harus menjadi dewa yang lebih baik.

#2 Anak nomor satu

Sikap Kratos yang protektif ke anaknya, bahkan bisa dibilang overprotective ini bukan tanpa sebab. Di Yunani, Kratos pernah memiliki anak perempuan bernama Calliope. Tipu daya para dewa menyebabkan anaknya tersebut meninggal di tangannya sendiri dan menjadi penyebab balas dendam Kratos.

Atreus juga berada dalam kebingungan sebelum mengetahui jati dirinya sebagai darah campuran. Kondisi fisiknya pun ikut terpengaruh hingga akhirnya ia sempat jatuh sakit. Kratos yang biasanya terlihat tegar menjadi sosok bapak yang tidak berdaya. Keselamatan anaknya tetap yang utama. Ia rela pergi ke neraka untuk mencari obat demi Atreus. Kratos juga lebih memilih untuk membuka masa lalunya secara perlahan agar Atreus menemukan jati dirinya.

#3 Meredam amarah

Cara Kratos berkomunikasi dengan sang anak memang terkesan kaku, bahkan cenderung keras. Pengalamannya sebagai prajurit Sparta nampaknya memengaruhi caranya membimbing sang anak. Ia juga sempat marah ketika Atreus melakukan kesalahan atau bersikap kurang baik. Akan tetapi, Kratos menyadari bahwa amarah hanya akan memperluas jarak dengan anaknya. Ia juga harus mendengarkan anaknya, mengetahui pikirannya, dan menggunakan pendekatan yang lebih tenang untuk memahami perasaannya.

Sebisa mungkin, kalau kalian marah sama anak, jangan langsung disampaikan. Menepi dulu, pikirkan kata-kata kalian, turunkan emosi kalian. Anak berhak, dan wajib mendengarkan yang baik-baik. Amarah, selalu bukanlah jalan.

#4 Jangan minta maaf, jadilah lebih baik

Atreus yang masih anak-anak tentu melakukan kesalahan. Sewaktu latihan berburu, ia tidak sabaran melepaskan anak panahnya hingga menyebabkan rusa incarannya melarikan diri. Kratos sempat marah karena Atreus tidak mendengarkannya. Alih-alih menuntut maaf, Kratos meminta anaknya untuk memperbaiki kesalahannya.

Kratos memberi petuah, tindakan yang sudah berlalu tidak dapat diulang, tetapi kesempatan yang akan datang dapat diusahakan supaya menjadi lebih baik. Kata-kata tersebut nyatanya manjur. Atreus menjadi pribadi yang semakin lihai tanpa terbebani dengan penyesalan akibat kesalahannya.

#5 Mengakui kekurangan

Tujuan Kratos ke tanah Nordik adalah mengubur masa lalunya yang kelam. Akan tetapi, ia akhirnya harus membuka masa lalunya kepada Atreus. Tiru saja yang baik, hindari yang buruk, begitu inginnya. Kratos menyadari bahwa ia bukan bapak yang sempurna, tidak pandai berbicara secara halus atau memberikan respons yang sesuai dengan perasaan anaknya.

Akan tetapi, menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang berbeda. Dunia dalam pengalamannya adalah tempat yang keras. Oleh karena itu, Kratos tidak hanya mengajarkan keahliannya sebagai mantan dewa perang, tetapi menunjukkan sikap tanggung jawab hingga prinsip untuk tidak menyerah.

Itulah nilai-nilai yang bisa diteladani dari Kratos, si Dewa Perang. Bagi kalian yang mau jadi bapak, sudah jadi bapak, atau masih berencana, bisa banget nilai-nilai ini dijadikan pegangan.

Penulis: Ahmad Sulton Ghozali
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Plankton dan Karen, Sebenar-benarnya Role Model dalam Urusan Percintaan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version