Kota Lama Semarang vs Kota Tua Jakarta, Kawasan Wisata Bersejarah yang Serupa tapi Tak Sama

Kota Lama Semarang vs Kota Tua Jakarta, Serupa tapi Tak Sama Terminal Mojok

Kota Lama Semarang vs Kota Tua Jakarta, Serupa tapi Tak Sama (Unsplash.com)

Udah pernah berkunjung ke Kota Lama Semarang dan Kota Tua Jakarta belum?

Menjadi negara yang pernah disinggahi oleh Belanda, membuat Indonesia memiliki banyak lokasi bersejarah bekas peninggalan Belanda. Lokasi bersejarah itu dijadikan sebagai tempat wisata yang memberikan banyak pesan-pesan bersejarah bagi masyarakat Indonesia.

Biasanya di lokasi bersejarah tersebut terdapat bangunan dengan bentuk dan arsitektur yang unik sehingga mengundang banyak pengunjung untuk datang dan mengabadikannya dalam bentuk foto. Hadir di sana membuat pengunjung seolah berada di era kolonial. Beberapa lokasi bersejarah peninggalan Belanda yang amat populer di Indonesia antara lain Kota Lama Semarang, Kota Tua Jakarta, Jalan Asia-Afrika, Tugu Pahlawan, dan masih banyak lagi.

Dua nama pertama—Kota Lama Semarang dan Kota Tua Jakarta—menjadi objek wisata yang menurut saya paling ikonik karena menyimpan banyak keunikan. Selain itu, saking uniknya, Kota Lama dan Kota Tua sering dianggap sebagai satu destinasi wisata yang sama, padahal keduanya merupakan dua destinasi wisata dengan lokasi dan sejarah yang berbeda satu dengan lainnya.

Agar kalian juga nggak salah paham dengan kedua tempat wisata ini, saya akan uraikan keduanya sebagai referensi buat kalian yang belum pernah berkunjung ke sana.

#1 Kota Lama

”The Little Netherland” menjadi julukan dari Kota Lama karena menyuguhkan objek visual berupa bangunan bergaya khas arsitektur Belanda abad ke-16. Lokasi Kota lama berada di Kota Semarang  dengan jarak hanya 5 menit dari Stasiun Tawang, tepatnya di Jalan Letjen Suprapto, Tj. Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Kalian bisa menyusuri Kota Lama yang luasnya mencapai 30 hektare dengan lebih dari 50 bangunan tua. Tiap sudut Kota Lama menawarkan jejak-jejak sejarah yang sangat artistik sehingga cocok dijadikan sebagai objek foto atau video.

Ketika menyusuri Kota Lama dari arah barat melalui Jalan Pemuda, kalian akan melihat bangunan Kantor Pos yang merupakan tempat pengiriman surat tertua kedua yang ada sejak pemerintahan di Hindia Belanda. Di hadapannya persis ada monumen Titik Nol Kilometer versi Semarang. Berjalan terus ke timur, kalian akan melewati jembatan yang dikenal dengan sebutan Jembatan Mberok. Dahulu, jembatan ini merupakan satu-satunya penghubung untuk menuju ke Kota Lama.

Melalui Jembatan Mberok, kalian bisa melihat pemandangan gedung kantor khas Belanda yang dahulu dikenal sebagai Westenwal Straat. Di sepanjang jalan tersebut juga berdiri kantor tua dari Bank Mandiri, PT. Phapros, PT. Pelni, GKBI, dan bangunan bersejarah lainnya.

Jika kalian berjalan terus ke arah timur, maka kalian akan menemukan Gereja Protestan Indonesia Barat “Immanuel” atau Gereja Blenduk yang sudah berdiri sejak 1753. Di sebelah timurnya ada taman kota bernama Srigunting yang dahulu disebut Parade Plein. Taman ini menjadi oase di tengah panasnya Kota Semarang.

Sementara itu di belakang gereja ada bangunan dari PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia yang saat ini sudah diperbaiki dan diubah menjadi Galeri Industri Kecil Menengah atau Galeri Industri Kreatif dan sebagian digunakan untuk menampung PKL yang menjual barang-barang antik.

Dari aspek sejarah, kawasan Kota Lama—dalam hal ini Semarang—awalnya merupakan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Mataram Islam. Karena letaknya yang sangat strategis, Semarang menjadi incaran VOC untuk mempersingkat jalur perdagangan. Dalam pembangunannya pada masa kolonial, tata ruang kawasan Kota Lama sangat diperhatikan. Bangunan-bangunan di sana didesain dengan konsep yang sama seperti tata ruang kota di Eropa. Seiring dengan makin kuatnya pengaruh Belanda di Pulau Jawa, Kota Lama kemudian berkembang menjadi kawasan vital sebagai pusat pemerintahan, industri, serta perdagangan.

Beberapa hal yang menurut saya patut dipuji dari Kota Lama Semarang adalah penataannya yang sangat rapi, nyaman, dan indah. Di sepanjang jalan, terutama jalan utama, di pinggirnya sudah disediakan tempat duduk dengan lampu-lampu bulat yang berjajar. Sangat asyik menikmati sore hari sambil duduk ngobrol atau berjalan kaki di kawasan ini. Dan satu lagi, di kawasan ini kalian nggak akan menjumpai pengamen layaknya tempat wisata lainnya

.

#2 Kota Tua Jakarta

Beralih ke tempat wisata sejarah yang dijuluki Oud Batavia atau Kota Tua. Seperti julukannya, Kota Tua berada di Jakarta, tepatnya di Taman Fatahillah, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. Dari Stasiun Jakarta Kota, jaraknya hanya 3 menit dengan berjalan kaki.

Dibandingkan dengan Kota Lama Semarang, kawasan Kota Tua memiliki luas jauh lebih kecil, yaitu sekitar 15 hektare yang melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Dahulu, kawasan ini dijuluki sebagai “Permata Asia” dan “Ratu dari Timur” pada abad ke-16 oleh para pelayar dari Eropa. Hal ini dikarenakan Kota Tua Jakarta menjadi pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan memiliki sumber daya yang melimpah.

Sama halnya dengan Kota Lama Semarang, di kawasan ini juga terdapat ragam bangunan tua yang masing-masing memiliki sejarah yang sarat dengan nilai-nilai edukasi bagi para pengunjungnya.

Nah, kalau di Kota Lama Semarang ada Kantor Pos tertua kedua di Indonesia, di Kota Tua Jakarta ada Kantor Pos Tertua di Indonesia. Kantor Pos ini berada di sekitaran Taman Fatahillah dan berhadapan dengan Museum Sejarah Jakarta (atau yang biasa disebut orang sebagai Museum Fatahillah).

Hingga kini, Kantor Pos Kota Tua ini masih berfungsi sebagai kantor pos. Di dalam Kantor Pos, pengunjung juga dapat menikmati galeri seni kontemporer pada bagian gedung lain yang biasa disebut Galeri Fatahillah. Selain itu, ada juga Tokoh Merah, peninggalan langka dari era kolonial Belanda ini terdiri dari tiga gedung yang menyatu dan menjadi gedung serbaguna yang berfungsi sebagai tempat konferensi dan pameran.

Belakangan, Kota Tua mulai mengalami revitalisasi secara berkala. Saat ini mulai dihadirkan spot foto berupa Gedung Museum 3D Kota Tua Jakarta yang di dalamnya penuh dengan gambar-gambar berefek 3 dimensi.

Dari 30 lebih lokasi dan gedung bersejarah di Kota Tua, saya merasa Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi yang paling istimewa. Pelabuhan ini menjadi saksi bisu kedatangan para penjelajah lautan dari seluruh penjuru dunia, salah satunya VOC (Belanda). Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi pijakan pertama VOC di Indonesia. Meski tersiksa hingga ratusan tahun oleh praktik kolonialisme, tapi dalam perkembangannya, banyak peninggalan Belanda yang dapat menjadi referensi dalam membangun peradaban Indonesia hingga seperti saat ini.

Beberapa hal yang membuat saya kurang nyaman di Kota Tua adalah banyaknya pengamen yang bebas berkeliaran dan PKL yang dibiarkan menjamah sudut-sudut Kota Tua, sehingga membuat kawasan ini tampak kurang tertata. Selain itu, masih banyak gedung-gedung tua yang dibiarkan kosong tanpa peremajaan secara berkala, sehingga terkesan menyeramkan.

Terlepas dari kekurangannya, akses transportasi umum yang mudah menjadi pendukung para pengunjung yang ingin berwisata ke kawasan Kota Tua.

Itulah beberapa uraian mengenai Kota Lama Semarang dan Kota Tua Jakarta yang sering dianggap sama. Semoga bisa menjadi referensi awal bagi kalian yang kebetulan ingin berkunjung ke dua kawasan wisata bersejarah tersebut weekend ini. Selamat berwisata sambil belajar sejarah!

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Dusun Semilir: Alternatif Tempat Wisata di Semarang yang Family Friendly.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version