Fasilitas kesehatan masih bisa dikembangkan
Penghargaan UHC yang dikantongi kota ini saya rasa berlebihan. Menurut saya, akses kesehatan di sini masih tergolong sulit, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan miskin. Dengan mengantongi penghargaan ini, seharusnya pemkot memperbaiki fasilitas puskesmas yang merupakan garda terdepan dalam pelayanan kesehatan supaya merata. Sebuah upaya yang sejauh ini tidak jelas tanda-tandanya.
Selain itu, perlu diingat bahwa kesehatan tidak hanya berkutat pada kesehatan jasmani semata, melainkan juga rohani. Sudah bukan rahasia bahwa Kota Depok tengah menghadapi krisis kesehatan mental yang umumnya menyasar kelas bawah. Hingga 2023, Polres Metro Depok mengungkapkan bahwa ada tiga kasus bunuh diri akibat depresi. Dan ironisnya, itu adalah data yang tercatat, hanya puncak gunung es dari permasalahan ini.
Kota Depok masih macet!
Kota Depok diganjar Penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) adalah hal paling ironis. Semakin banyak simpul-simpul kemacetan yang menguras kesabaran. Sejauh pengamatan saya yang sudah bertahun-tahun hidup di kota ini, transportasi publik yang belum memadai adalah biang kerok utama kemacetan. Transportasi publik yang bobrok membuat orang-orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Kemacetan pun sulit terhindarkan.
Kemacetan di kota ini seakan-akan sudah tidak lagi memiliki “jadwal” seperti di daerah-daerah lain. Percayalah, Kota Depok yang macet benar-benar menguras energi. Itu mengapa beberapa teman saya semakin ogah mengunjungi kota ini.
Saya berharap pemkot benar-benar menyelesaikan masalah yang ada di Kota Depok daripada menyabet penghargaan-penghargaan prestisius itu. Sebagai kota satelit yang menopang Jakarta, daerah ini memang perlu penanganan dan perhatian ekstra.
Penulis: Muhammad Faisal Akbar
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.