Kopi Tuku, Kedai Kopi yang Biasa Aja tapi Jadi Idola

Kopi Tuku, Kedai Kopi yang Biasa Aja tapi Jadi Idola

Kopi Tuku, Kedai Kopi yang Biasa Aja tapi Jadi Idola (Unsplash.com)

Tuku Kopi beda dari kedai kopi kekinian lainnya. Kehadirannya begitu dinantikan.

Saat ini, saya merasa jenuh dengan bisnis kedai kopi di Indonesia. Ada beberapa hal yang membuat saya bahkan nggak tertarik berkunjung ke kedai kopi, di antaranya menu yang gitu-gitu aja, bahkan rasa minuman yang zonk kayak minuman sachet. Selain itu, konsep kedai kopi masa kini hingga strategi marketing-nya terlampau biasa.

Akan tetapi semua berubah saat saya diajak seorang teman berkunjung ke Toko Kopi Tuku di Surabaya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di kedai kopi dengan konsep to-go coffee di daerah Gubeng itu, saya cukup kaget karena kedai kopi kecil itu cukup ramai. Saya takjub dengan para pengunjung yang ada di sana. Walaupun minim tempat duduk, mereka tetap santuy nyangkruk.

Pada kunjungan pertama tersebut saya belum memesan apa pun, hanya minum air mineral dengan potongan jeruk sunkist refill yang disediakan secara gratis. Hingga akhirnya pada kunjungan selanjutnya, saya memesan menu Kopi Susu Tetangga dan donat kampung. Setelah mencicipi menu yang dijual di Kopi Tuku saya jadi paham mengapa kedai kopi satu ini begitu dikagumi, bahkan kehadirannya dinanti-nanti di berbagai daerah.  

Nggak ada menu dengan nama aneh di Kopi Tuku

Di Kopi Tuku, kita nggak akan menemukan nama menu yang terlampau aneh. Jadi, kita nggak bakal terlalu lama mikir bahkan ragu untuk memesan menu di sini. Semua menu sudah dideskripsikan dengan jelas walaupun ada beberapa menu yang bermain kata seperti Es Go-Es (air kelapa+madu+jeruk nipis+soda). 

Salah satu menu yang paling direkomendasikan dan jadi favorit banyak pengunjung yang datang adalah Kopi Susu Tetangga. Rasa kopinya terasa, tapi nggak terlalu asam. Kopinya juga creamy dan nggak terlalu manis, sehingga bikin siapa pun yang mencicipi ketagihan. Mulut dan lambung saya yang sudah bosan diterjang pahitnya kehidupan pun bisa menolerir menu satu ini.

Menu makanan di Kopi Tuku pun nggak bikin pelanggan pusing. Di sini tersedia donat kampung alias donat yang diselimuti gula halus, risoles, hingga croffle sugar mix. Saya yang biasanya cuma mampu membeli minuman saat berada di kedai kopi merasa lega. Akhirnya saya bisa memesan snack dengan harga yang ramah di saldo e-money saya. 

Memberi pengalaman ngopi yang berbeda

Pernah denger nggak kalau konsep bisnis saat ini bukan cuma soal menjual produk, tapi juga pengalaman? Nah, Kopi Tuku berhasil mempraktikkan ini.

Kedai kopi ini sebenarnya nggak muluk-muluk dalam hal menyajikan fasilitas kekinian pada pengunjungnya. Fasilitas di kedai Kopi Tuku cukup sederhana dan detail, membuat pengunjung yang datang serasa berada di rumah yang sederhana, nyaman, dan hangat.

Penggunaan interior kayu, foto-foto pengunjung yang dipajang layaknya foto keluarga, hingga bau kopi yang tercium saat pertama kali membuka pintu mengingatkan saya pada rumah. Selain itu, tempat duduk yang rapat di dalam kedai kopi ini juga membuat pengunjung merasa dekat satu sama lain. Sungguh menciptakan pengalaman ngopi yang berbeda.

Terkesan dengan pelayanan Kopi Tuku yang ramah dan sat set

Saya harus bilang kalau kedai kopi satu ini ramah bagi siapa pun, nggak cuma bagi anak-anak muda yang hobi nongkrong. Apa pun outfit yang kita kenakan, kita bisa nyangkruk di sini. Saya sering melihat anak kecil diajak ke sini oleh orang tuanya, hingga bapak-bapak bersarung dengan modal sandal Swallow ke sini.

Kita juga nggak harus bawa pasangan ke Kopi Tuku. Sendirian pun bakal aman dan nggak akan merasa terintimidasi. Nggak usah malu kalau nggak naik mobil, naik sepeda United pun nggak masalah, kok. Cuma ikut teman dan nggak jajan pun nggak jadi alasan yang melarang kita datang ke sini.

Semua ini karena Kopi Tuku menyediakan fasilitas yang cukup detail dan pelayanan ramah. Misalnya, di kedai yang saya datangi ada beberapa poster kartun anak seperti tokoh film Toy Story, Buzz dan Woody, yang bikin anak-anak langsung berteriak, “Ma, ada Buzz!” Setiap pegawai di sini pun selalu memastikan keinginan pengunjung tersampaikan dengan jelas. Mereka sat set dan nggak ragu menghampiri pengunjung agar nggak terlalu lama menunggu antrean

Alon-alon kelakon karena nggak franchise

Setelah saya cari tahu, Toko Kopi Tuku memang lebih banyak buka di Jakarta dan sekitarnya. Walaupun banyak yang mengagumi, kedai kopi ini nggak jumawa. Mereka nggak langsung membuka cabang di sana sini dan mendominasi. Bahkan di Jogja yang cukup potensial untuk membuka bisnis kopi kekinian aja belum ada cabangnya. Mungkin pihak manajemen butuh riset lebih dalam ya sebelum memutuskan buka cabang.

Walaupun sudah berdiri sejak tahun 2015 silam, Kopi Tuku baru membuka gerai di luar Jakarta, salah satunya di Surabaya, pada tahun 2021. Dilansir dari laman Bisnis.com, founder Kopi Tuku, Andanu Prasetyo, menjelaskan bahwa strategi bisnisnya memang bukan kemitraan. Mereka ingin fokus untuk memenuhi harapan dan ekspektasi para pelanggan, sehingga perlu melakukan riset untuk menyesuaikan nilai dan kultur suatu daerah sebelum membuka cabang.

Strategi pemasaran yang nggak muluk-muluk

Di era serba digital sekarang ini, digital marketing menjadi salah satu kunci pemasaran. Alih-alih dikit-dikit promo, dikit-dikit bikin jingle, atau mengerahkan influencer dan buzzer, strategi pemasaran Kopi Tuku justru sederhana. Mereka menggunakan strategi dari mulut ke mulut atau yang dalam dunia marketing dikenal dengan word of mouth.

Teknik pemasaran satu ini memang terkenal manjur. Identitas Kopi Tuku yang kuat dikombinasikan dengan kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan kedai kopi ini membuat para pelanggan nggak ragu membagikan pengalaman mereka baik secara langsung maupun melalui status media sosial.

Hampir semua teman yang update status soal Kopi Tuku nggak cuma nge-share lokasi dan posting foto gelas kopi, mereka juga menceritakan pengalaman mereka. Saat mampir ke media sosial Kopi Tuku, tim media sosial mereka dengan apik menyusun kalimat dengan teknik storytelling yang menggugah pembaca untuk merasakan pengalaman-pengalaman yang mereka tawarkan. Belum lagi kata “tetangga” dan “toko” yang terkesan sederhana tapi powerful ini berhasil merangkul pelanggan.

Saya jadi kepikiran, kadang yang sederhana dan terlihat biasa-biasa saja seperti Kopi Tuku ini justru jadi idola banyak orang. Dengan kesederhanaannya, kedai kopi ini justru diminati. Nggak semua yang sederhana itu Pak Jokowi, ada Kopi Tuku juga, kok. Hehehe. 

Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Rasanya Gitu Aja, kok Bisa Janji Jiwa dan Kopi Kenangan pada Suka?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version