Konser tunggal bagi sebagian besar musisi adalah impian yang selalu disemogakan. Sebuah pencapaian yang tentunya melewati proses yang tidak singkat. Konser bertajuk Tunggu Aku di menjadi konser tunggal Sheila On 7 (SO 7) di lima kota besar (Samarinda, Makassar, Pekanbaru, Medan, dan Bandung) yang lagi-lagi menghebohkan para penggemarnya.
Tak hanya menjadi mimpi bagi musisinya, konser Tunggu Aku di juga menjadi mimpi yang ingin disaksikan oleh ribuan atau bahkan jutaan pecinta band asal Jogja ini. Antusias penggemar yang luar biasa, tidak mengherankan penjualan tiket di tiap kotanya berjalan terlalu singkat alias ludes dalam sekejap.
Bisa jadi para penggemar Sheila On 7 memang sudah masuk ke tahapan Bucin alias Buta Cinta. Seseorang yang sudah berada di tingkatan ini biasanya menjadi sedikit batu, tidak lagi memikirkan akal sehat. Namanya sudah cinta, apapun bisa dilakukan dengan motto hidup “Cinta harus diperjuangkan!”. Tulisan ini mencoba untuk mengulik sisi bucin para penggemar atau penonton Konser Tunggu Aku di Bandung. Kota yang menjadi penutup rangkaian Konser Tunggu Aku di, tapi justru yang terasa lebih banyak dramanya.
Daftar Isi
Tuhan yang Maha membolak-balikkan hati promotor konser
Perubahan venue Konser Tunggu Aku di Bandung menjadi isu yang paling banyak menarik perhatian. Mengapa? Venue berganti sebanyak 2 kali dengan jarak lokasi yang cukup jauh. Hal ini justru menjadi ide penonton kreatif yang mungkin saja mengekspresikan rasa kesalnya dengan menyablon kaos dengan tulisan “Boarding: Siliwangi, Transit: GBLA, Landing: Si Jalak Harupat”. Kalau dalam kehidupan sehari-hari, perubahan venue SO7 ini ibarat deketnya sama siapa, nikahnya sama siapa.
Perubahan tempat konser jelas membuat geger dan greget para penonton. Mungkin karena sudah dijanjikan di Siliwangi, eh dipindah. Sudah berdamai dipindah ke Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), eh dipindah lagi. Pemberitahuan perubahan lokasi di akun promotor pun disampaikan H-4 dan sukses meraup 7.594 cacian penggemar. Stadion Si Jalak Harupat yang jauh dari pusat kota, sudah masuk wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. Terpantau rata-rata perlu minimal 1-2 jam untuk bisa sampai ke lokasi. Akses yang jauh membuat penonton harus rela berangkat lebih awal menghindari macet. Sudah berangkat awal saja tetap kena macet. Kapasitas Si Jalak Harupat yang lebih kecil dari Stadion GBLA juga membuat was-was, apakah mampu menampung ribuan cinta dari penggemar Sheila On 7 yang marah-marah, tapi juga enggan refund. Opsi refund dari penyelenggara sama saja menyarankan putus ke temen yang terlanjur bucin. Ya nggak mempan!
Jarak sudah tidak lagi punya harga diri
Konser Sheila On 7 di Bandung akhir pekan lalu menjadi ajang pertemuan seluruh SheilaGank (SG) yang ada di Indonesia. Pak Duta pun tampaknya cukup engap membacakan spanduk SheilaGank per wilayah, mulai dari SG Pati, SG Bali, SG Manado, SG Gorontalo, SG Jogja, SG Jabodetabek, dan masih banyak lagi.
“Sudah mule ke?” tanya seseorang yang baru saya tahu berasal dari Brunei Darussalam saat opener Good Morning Everyone mulai tampil. Tak hanya dari Brunei, beberapa penonton juga datang dari Malaysia dan Singapura. Kerinduan yang lama terpendam akhirnya menemui ujungnya. Konser di Bandung kemarin benar-benar ibarat pasangan yang menjalani Long Distance Relationship (LDR), bisa dibayangkan jarak dan waktu tiada berarti hanya untuk sekadar bertemu. Jangan lupa biaya akomodasi yang perlu dirogoh tentu lebih mahal dari harga tiket.
Banyak calon konser Sheila On 7
Bentuk bucin lain yang mewarnai Konser Tunggu Aku di Bandung adalah puluhan penggemar duduk berjejer di luar stadion, mereka adalah korban calo. Antusias yang tinggi menjadi peluang bagi para penipu yang menjanjikan tiket dengan sistem membayar di awal.
Ada juga SA (36) saking bucinnya, tiket belum di tangan dengan bermodal nekat dia tetap pergi ke Bandung. Datang dari Bumi Lancang Kuning alias Pekanbaru, dia dan beberapa temannya keliling stadion untuk mencari tiket. Akhirnya dia berhasil membeli tiket dan baru menikmati di lima lagu terakhir.
Tentu saja harga yang ditawarkan calo sudah tidak masuk di akal, untuk satu tiket festival akun resmi menjual dengan harga Rp475.000 (belum termasuk pajak). Calo menjual dengan harga Rp1-1,4 juta. Penyelenggara sebetulnya juga sudah mewanti-wanti untuk tidak membeli di luar akun resmi. Tapi, namanya sudah bucin, tak hanya akal, dompet nggak sehat pun tak jadi soal.
Konser Sheila On 7 sudah mirip konser K-pop
Baru saja menginjakkan kaki di Stadion Si Jalak Harupat, penonton yang bucin ini sudah disuguhi beragam merchandise Sheila On 7. Ternyata, puluhan pedagang jeli melihat potensi cuan dari kebucinan SheilaGank.
Ini menjadi fenomena yang menarik, beragam jenis merchandise ditawarkan sebagai kenang-kenangan yang akan menjadi kisah klasik untuk masa depan. Mulai dari kipas, bando Pak Duta dengan beragam pose, totebag, photocard, kaos, bucket hat, dan masih banyak lagi. Para penonton bisa mendapatkan merchandise unofficial ini dari harga Rp5.000 hingga ratusan ribu. Official merchandise Tunggu Aku di sebenarnya juga ada, tapi harganya memang sedikit lebih mahal. Sheila On 7 termasuk band yang agak jarang menjual official merchandise, jadi wajar banyak penggemar yang keranjingan memborong beragam barang bernuansa Sheila On 7.
Sedikit kecewa karena lagu-lagu yang dibawakan
Bagi yang sudah sering menonton Sheila On 7 di konser-konser lain, muncul sedikit rasa kecewa di hari saya. Pemilihan lagu yang dinyanyikan terkesan umum aka itu-itu saja. Saya berharap bisa mengulang kembali pengalaman menonton konser tunggal Sheila On 7 bersamaan dengan Anniversary SO7 ke-16 yang digelar di Grand Pacific Jogja kala itu. Lagu-lagu underrated yang sangat jarang dibawakan, nyatanya memang tidak banyak dibawakan saat Tunggu Aku di Bandung.
Berdasarkan catatan saya, dari 20 lagu hanya ada 2 lagu, Pagi Yang Menakjubkan sebagai lagu pembuka dan Temani Aku yang dibawakan bersama dengan Sakti ex-gitaris SO7. Padahal saya juga ingin mendengar Hingga Ujung Waktu, Ingin Pulang, Sekali Lagi, Seandainya, Last Pretence, dan masih banyak lagi. Jelas, lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu familiar yang mungkin saja ditujukan untuk penggemar yang sudah lama tidak menonton mereka . Bagi YTTA (Yang Tau-Tau Aja) menjadi momen untuk menikmati penampilan tanpa banyak merekam, karena tak banyak yang berubah.
Tunggulah aku…
Konser bertajuk Tunggu Aku di Bandung benar-benar sangat tepat sebagai sebuah kompilasi kebucinan dari penggemar Sheila On 7. Di tengah banyak drama venue dan tiket, mereka masih setia menonton. Belum lagi kemacetan sebelum konser dan pulang konser yang parah, sangat parah malah. Kemacetan yang perlu 3 jam baru terurai, ada banyak penonton yang baru berhasil pulang mendekati subuh.
Perjuangan untuk bisa menikmati Tunggu Aku di Bandung juga disadari oleh seluruh personel. Salah satunya Sakti yang mengawali konser dengan pertanyaan:
“Mahal mana gitar saya atau ini (menunjuk Gitar Eross)?”
“Mahal kalian semua, pindah venue tetep dateng Bro rameee.”
Serasa lagi digombalin sih, jadi jangan salahkan SheilaGank kalau malah semakin bucin sama Sheila On 7 ya.
Penulis: Mozara Kartika Putri
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Lagu Sheila On 7 Nggak Semuanya Bagus, Ada Juga yang Cringe
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.