Beberapa hari yang lalu, ada yang datang ke apotek tempat saya bekerja. Orang ini ingin membeli Amoxicillin sejumlah 10 tablet (1 strip). Tapi masalahnya, orang ini nggak ngeluarin resep dokter sama sekali. Padahal beli antibiotik itu wajib pakai resep. Ketimbang geger geden, saya bilang aja kalau stoknya habis.
Kenapa saya harus bohong? Sebab kawan saya pernah kena marah ketika menolak pembelian semacam ini secara tegas. Saya memilih untuk menghilangkan risiko, meski saya tahu ini salah.
Setelah kejadian tersebut aku termenung sejenak dan mbatin, hari gini kok ya masih ada orang yang beli antibiotik tanpa resep? Jika pembelinya berumur dan jauh dari jangkauan informasi seperti sosial media, saya lumayan maklum. Tapi ini masih muda, dan googling sebentar pun keknya bisa. Lho he lho he.
Saya sempat berpikir, apa kami para nakes, kurang memberikan edukasi pada masyarakat. Sehingga kejadian seperti tadi penanda dan pengingat kalau masih ada masyarakat yang belum tahu informasi tentang obat. Harus disayangkan aku harus berbohong untuk melindungi pasien.
Bukan maksud membohongi, melainkan demi kebaikan bersama-sama. Untuk yang belum tahu Amoxicillin merupakan obat golongan antibiotik. Nah, obat ini sendiri digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Secara umum obat ini bekerja melalui dua cara, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri yang diperuntukan untuk mencegah infeksi terjadi. Penggunaan diperuntukkan untuk menekan berkembangnya bakteri yang masuk dalam tubuh.
Obat ini sebenarnya bukan obat yang sukar untuk dibeli ataupun dicari, namun perlu ketentuan khusus. Hal yang utama adalah menggunakan resep dokter. Kenapa harus pakai resep?
Antibiotik harus pakai resep
Melansir dari Kemkes Informasi Umum Tentang Penggunaan Obat Yang Aman tahun 2022, obat terbagi dalam beberapa golongan yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat Psikotropik/Narkotika. Semua obat-obat ini memiliki ketentuan tertentu salah satunya yakni pembelian menggunakan resep. Untuk obat bebas, dan obat bebas terbatas bisa dibeli langsung tanpa resep karena obat golongan ini memang diperuntukkan untuk menghilangkan gejala sakit ringan,
Sedangkan obat keras, dan obat golongan narkotika/psikotropika harus menggunakan resep dari dokter. Nah untuk golongan obat antibiotik masuk ke golongan obat keras yang perlu menggunakan resep dari dokter.
Risiko resistensi
Kenapa harus menggunakan resep dokter? Hal ini untuk menghindari namanya resistensi antibiotik. Ini merupakan hal yang berbahaya jika terjadi. Kondisi resistensi antibiotik ini memiliki risiko yang besar karena ancamannya gagal terapi dan membahayakan nyawa pasien. Baik akan saya jelaskan secara sederhana apa itu resistensi antibiotik.
Reni Widyastuti, Sp.FK – RSUP Persahabatan Jakarta menjelaskan resistensi antibiotik merupakan kondisi tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri setelah pemberian antibiotik baik itu pemberian secara oral (minum), ataupun melalui intravena (pembuluh darah). Kondisi resistensi ini bisa terjadi apabila bakteri mengalami perubahan genetic atau yang disebut dengan mutasi. Jika hal ini terjadi pemberian antibiotik pada pasien bisa menyebabkan hilangnya efektivitas antibiotik.
Mari kita ambil contoh jika ada pasien dengan kondisi TBC mengalami resistensi antibiotik tentu hal itu berbahaya. Kondisi pasien tidak membaik, bahkan mungkin tidak tertolong.
Untuk teman-teman yang ingin terhindar dari kondisi ini, sebaiknya hindari penggunaan antibiotik kecuali sudah berkonsultasi dengan dokter. Pemakaian obat ini pun tak bisa asal-asalan.
Era sudah maju, tolonglah kita saling bekerja sama dan saling memahami. Konsumen jangan marah kalau kami, para nakes, mengingatkan. Itu semua demi kebaikan kalian juga.
Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Antibiotik dan Probiotik: Apa Bedanya?