Kobe Nasi Kuning, Bikin Tumpeng Nasi Kuning Nggak Pernah Semudah Ini

7 Nasi Kuning Lezat dalam Khazanah Kuliner Nusantara Terminal Mojok kobe nasi kuning

7 Nasi Kuning Lezat dalam Khazanah Kuliner Nusantara (Yuki Gauri via Wikimedia Commons)

Sebagai anak pantura yang lama kuliah di Solo dan Jogja, hadirnya bumbu instan Kobe Nasi Uduk sungguh menjawab doa yang setiap sepertiga malam selalu saya panjatkan perkara ketidakcocokan saya dengan kuliner Jakarta. Bagaimana tidak? Nasi liwet Solo dan Jogja yang telah memanjakan lidah saya kurang lebih sepuluh tahun lamanya bisa dengan mudah saya buat sendiri versi lite selama saya tinggal di Jakarta pada tahun-tahun ke depan.

Kobe benar-benar bikin inovasi yang tepat, menjawab kebutuhan tipikal orang Indonesia di tanah perantauan, yang ingin masakan kaya rasa dan bumbu khas Indonesia, dan pastinya praktis. Sampai pada titik di mana bumbunya bisa dibawa ke luar negeri segala.

Lantas ketika saya mendapati Kobe mengeluarkan “varian baru” yang dengan mudah saya dapatkan di supermarket tempo hari, impresi saya cuma satu, well done Kobe, standing ovation for you! Yak, tidak lain dan tidak bukan, ialah Kobe Nasi Kuning, bumbu nasi aduk yang baru saja diperkenalkan ke publik sejak akhir Juni lalu.

Ulasan Kobe Nasi Kuning

Saya telah mencoba Kobe Nasi Kuning selama beberapa hari terakhir ini. Ada beberapa poin khusus yang akan saya bahas terutama dalam kaitannya dengan pendahulunya, Kobe Nasi Uduk. Nah, sebelum menginjak acara utama tentang ulasan rasa dan hasil akhir nasi kuning aduk instan khas Kobe, saya akan sedikit membandingkan kemasannya terlebih dahulu.

Kemasan Kobe Nasi Kuning sangat to the point. Menembak segmen konsumen yang baru dengan menampilkan gambar tumpeng nasi kuning besar-besar di bagian depan. Meskipun kontras warna kemasan dominan ungu yang kurang ngejreng bikin saya sempat harus melihat dua kali untuk memahami bahwa bumbu aduk ini adalah produk yang sama sekali berbeda dari Kobe Nasi Uduk.

Isi bersih Kobe Nasi Kuning sama dengan Kobe Nasi Uduk, 15 gram bumbu aduk. Dikemas dalam kemasan multipack bening berisi tiga produk Kobe Bumbu Aduk.  Harganya pun sama persis Rp7350, bukanlah banderol yang berlebihan. Kalian mungkin awalnya akan berpikir itu harga yang bisa dibilang mahal untuk bumbu dengan netto total 45 gram. Tapi, percayalah, itu nggak mahal sama sekali.

Bisa buat porsi kuli

Begini penjelasannya. Satu kemasan Kobe Nasi Kuning dianjurkan sebagai bumbu aduk untuk empat porsi nasi, dan saya telah mencobanya bahkan untuk lima atau enam porsi pun bisa. Kayaknya Kobe ngerti benget kalo porsi nasi orang Indonesia itu mayoritas porsi nasi kuli semua. Mau orang kantoran yang seharian kerja di office juga tetep aja nasinya porsi kuli.

Jadi kalau kalian bikin Kobe Nasi Kuning atau Kobe Nasi Uduk untuk empat porsi biasa yang udah pasti bakal keasinan. Saya terbiasa membuat Kobe Nasi Kuning dengan nasi secentong penuh dengan takaran bumbu aduk Kobe sebanyak satu sendok teh kurang dikit. Kayak berasa ulang tahun aja terus tiap hari makan nasi kuning.

Kalau dibandingkan dengan Kobe Nasi Uduk, rasa micin Kobe Nasi Kuning memang kalah. Tapi warna kuningnya itu lho, paripurna. Nggak kayak Kobe Nasi Uduk yang kadang terlalu gelap warnanya. Masih belum bisa menandingi putihnya nasi uduk atau nasi liwet Solo dan Jogja.

Terima kasih, Kobe

Selain itu, saran saya buat kalian yang masih pemula dalam dunia bumbu nasi aduk, ingat hal ini. Aturan pertama yang harus selalu ditaati adalah mencampurkan bumbu aduk Kobe dengan nasi yang masih panas dan tanak sempurna. Lebih baik lagi kalau nasinya bisa menyamai tekstur nasi panas warung padang yang bulir nasinya nggak saling menempel.

Terima kasih Kobe, kini saya bisa bikin nasi kuning dengan sangat mudah. Kapan pun saya ingin, saya bisa buat. Besok-besok bisa kali bikin bumbu aduk nasi daun jeruk kayak di resto sei sapi.

Penulis: Adi Sutakwa
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kobe Jiwa Pagi, Mi Instan Nanggung yang Asal Ikutan Tren Mengandung Sayur

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version