Knalpot Brong di Magelang: Jadi Tradisi dan Peluang Usaha

Knalpot Brong di Magelang: Jadi Tradisi dan Peluang Usaha

Knalpot Brong di Magelang: Jadi Tradisi dan Peluang Usaha (Unsplash.com)

Di daerah kalian ada tradisi konvoi pakai motor dengan knalpot brong nggak?

Siapa yang nggak kesal kalau bertemu dengan motor modif khususnya di bagian knalpot di jalanan? Knalpot motor itu dimodifikasi supaya berbunyi nyaring. Dan saya sejujurnya nggak suka jenis motor ini.

Bayangkan, produsen motor sudah capek-capek membuat inovasi supaya suara kendaraan makin senyap, eh di luar sana malah tak sedikit orang yang menyukai suara kendaraannya bisa terdengar bahkan dari radius 300 meter. Entah terbuat dari apa kuping orang-orang itu.

Belum lagi kalau naik motor dengan knalpot berbunyi nyaring itu yang susah bukan cuma orang sekitar yang mendengar suaranya, tapi juga penumpang motor. Kalau mau ngomong kan jadi susah banget, harus pakai urat biar kedengeran sama driver-nya.

Motor yang saya maksud ini di sebagian wilayah di Pulau Jawa lazim disebut motor dengan knalpot brong.

Knalpot brong dan Magelang

Tahun 2016, ketika saya menjalani KKN di kaki Gunung Sumbing, saya berkenalan dengan motor knalpot brong. Ada puluhan pengendara motor melakukan konvoi menggunakan atribut tertentu. Mereka berpawai dan dengan sengaja membuat harmonisasi dengan knalpot brong ini.

Efeknya tentu saja suaranya memekakkan telinga dan asapnya mengepul di udara. Rasanya seperti sedang ada fogging pembasmian nyamuk Aedes aegypti.

Saya yang saat itu sedang dalam posisi sebagai tamu tentu nggak bisa mengatakan apa-apa selain berusaha kabur dari tepi jalan. Kemudian saya berdoa semoga itu adalah kali terakhir saya bertemu konvoi motor semacam itu.

Ternyata saya salah. Tuhan menyuruh saya melihat dan bahkan hampir menjadi salah satu partisipan kegiatan. Ya, tersebutlah suatu ketika di kampung suami saya di Magelang mepet Purworejo sana, ada acara halalbihalal, pengajian, dan khataman.

Acara ini begitu meriah hingga mendatangkan dai dari luar daerah. Acara diawali dengan tahlil di pagi hari, dilanjutkan dengan pawai, dan terakhir halalbihalal. Ternyata pawai yang dimaksud ya pawai dengan motor knalpot brong yang pernah saya saksikan beberapa tahun sebelumnya.

Demi menyukseskan acara tersebut, adik ipar saya sampai menyewa motor knalpot brong. Nggak tanggung-tanggung, dia menyewa motor 2 tak dengan harga 175 ribu rupiah. Akhirnya di pagi itu, sekali lagi saya harus mendengarkan suara yang menggelegar dan bikin kepala nyut-nyutan.

Motor brong, kebanggaan lokal, dan peluang usaha

“Apik to Mbak, ada iring-iringan motor kayak ngono,” kata ibu mertua saya sambil tersenyum.

Saya hanya bisa tersenyum kecut, kecut sekali. Sesekali saya juga mengelus kepala dan telinga saya. “Gimana bagusnya, Bu?” gumam saya di dalam hati.

Di tengah-tengah keinginan saya untuk lari dari acara tersebut, saya tertahan lantaran cerita ibu mertua. Menurut blio, adalah sebuah kebanggaan bisa menyewa motor brong, motor yang meramaikan acara.

Ya bener juga, sih. Dengan kehadiran motor itu, nggak perlu ada sound system saat iring-iringan pawai berjalan. Cukup mengiring pawai menggunakan motor tersebut sambil digeber agar keluar suara khasnya.

Usut punya usut, ternyata uang yang dikeluarkan untuk menyewa motor dengan knalpot brong itu nggak murah. Harga sewa per event mulai dari 90 ribu hingga 500 ribu rupiah. Sungguh harga yang menurut saya nggak masuk akal. Buat apa menyewa motor begitu? Tapi kehadiran motor ini seolah sudah menjadi tradisi acara khusus.

Harga sewa motor tersebut biasanya ditentukan dari spek kendaraan yang akan disewa. Untuk motor bebek biasa berkisar 90 ribu sampai 200 ribuan, sementara untuk motor sport harganya bisa lebih mahal. Biasanya penyewa cukup menelepon pihak penyedia untuk memesan, motor pun akan diantar ke rumah.

Kalau dipikir-pikir lumayan juga bisnis motor seperti itu. Apalagi jenis motor yang digunakan biasanya motor lawas yang bodong, alias mati pajaknya. Motor mati pajak biasanya harganya murah. Apa ya nggak untung banyak kalau bisa disewa seminggu tiga kali?

Apalagi penyuka motor brong ini nggak pandang bulu. Mereka bahkan kadang sengaja memilih untuk menyewa motor 2 tak. Motor yang jenis bensin dan olinya harus dituang bersamaan. Kata adik saya, mereka bahkan punya racikan khusus agar aroma knalpotnya wangi.

Akhir dari keluh kesah

Pada akhirnya dengan alasan harus siap-siap makeup, saya bisa aman nggak perlu ikut konvoi. Selain saya takut tiba-tiba marah karena dari awal sudah pengin marah, kuping saya pun jadi aman.

Ketika suami saya kembali dari konvoi, beberapa kali saya memanggil dia. Satu kali, dua kali, sampai tiga kali panggilan saya nggak didengar. Ketika saya colek, barulah suami saya melepas sumpelan kapas di telinganya.

Wooo, lha pantes iso anteng. Dia bisa tenang ikut pawai karena kupingnya terlindungi. Saya kira kan karena suka sama motor itu makanya harus dinikmati suaranya. Ya ternyata sama aja. Tau gitu daripada saya marah-marah dalam hati kan berarti halal untuk saya memakai penutup telinga. Hehehe…

Penulis: Anisa Fitrianingtyas
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Knalpot Brong: yang Pakai Sumringah, yang Dengar Sengsaraaargh.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version