Air bersih yang layak dan mencukupi tidak hanya terbatas berfungsi menjamin kesehatan masyarakat dan lingkungan yang ideal, tetapi juga akan menjadi jaminan ketersediaan pangan dan energi terbarukan di masa mendatang.
Manusia normal umumnya membutuhkan air untuk minum rata-rata dua hingga tiga liter air per hari. Tak bisa dibayangkan bagaimana kita bisa bertahan hidup tanpa asupan air dalam beberapa hari. Berbeda dengan makanan, kita bahkan bisa hidup sampai beberapa minggu jika hanya mengkonsumsi air saja, itu artinya air merupakan kebutuhan paling penting dalam menopang kehidupan.
Tak hanya manusia, lingkungan yang bersih dan ideal juga ditentukan oleh ketersediaan air yang layak, sebab tumbuh-tumbuhan dan tanaman juga memerlukan air sebagai sarana penting kesuburannya. Tanpa air, lingkungan terlihat kering, tidak sehat dan umumnya lebih banyak diisi oleh polusi dan debu kotor.
Jika ditarik pada pemenuhan kebutuhan yang lebih luas, perkebunan dan pertanian merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan air. Tak dapat dipungkiri, hampir semua aktivitas pertanian membutuhkan air. Oleh karena itu, ketersediaan air yang minim akan berpengaruh terhadap sektor ini, yang pada gilirannya mengancam aspek ketahanan pangan.
Di lain hal, air juga sangat dibutuhkan dalam memproduksi berbagai jenis energi, mulai dari produksi minyak dan gas, penambangan batu bara hingga pembangkit tenaga listrik. Hal inilah yang kemudian menjadikan kita akan lebih mengagendakan pemberdayaan air bersih dan memadai agar menjamin pemasokan energi masa depan. Di mana antara keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan dapat mencapai taraf yang layak dan ideal.
Fakta menunjukkan bahwa di planet Bumi ini, ada tujuhpuluh persen kandungan air di mana tiga persennya hanya air tawar, sementara sisanya adalah air laut atau asin. Betapa sedikitnya kandungan air tawar yang umumnya justru dijadikan kebutuhan dasar manusia. Padahal, ketersediaan air tawar ini cenderung tetap dan kebutuhan akan air itu makin hari makin meningkat disebabkan lonjatan penduduk Bumi.
Yang paling memprihatinkan adalah, keberadaan sumber-sumber air tawar yang layak semakin langka akibat kian meningkatnya pencemaran. Pencemaran ini pada dasarnya adalah dampak dari banyaknya sektor industri yang kurang memperhatikan lingkungan. Air yang kiranya dapat menjadi penghubung kebersihan dan idealnya suatu lingkungan justru dihancurkan oleh sektor industri yang mengeksploitasi alam secara semena-mena.
Ini menjadi tantangan besar bagi hampir seluruh negara di dunia. Dalam konteks Indonesia, ketersediaan air bersih di kota-kota besar menjadi semakin sulit seiring dengan bertambahnya populasi warga kota. Sumber-sumber air pun mulai berkurang secara bertahap. Bukan hanya industri dan transportasi yang padat, adanya pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan juga menjadikan sumber air makin menyusut, hal ini terjadi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kita bisa melihat bagaimana kondisi sungai-sungai yang beralih fungsi menjadi tong sampah, danau, sendang, maupun rawa-rawa yang begitu gampangnya beralih fungsi. Semua itu makin hari makin tinggal namanya saja, ada yang berubah menjadi kawasan industri, permukiman, maupun kawasan komersial, kalau pun tak berubah, kondisinya makin tidak layak.
Bahkan belum lama ini, Kali Item, salah satu sungai tercemar dan begitu bau menyengat yang berada di Jakarta, baru diperbaiki hanya karena ada pagelaran Asian Games 2018, hal ini menandakan bahwa pemerintah kurang begitu memperhatikan aspek lingkungan yang layak, terlebih air bersih.
Menurut catatan Greenpeace Indonesia, berton-ton bahan kimia beracun dan berbahaya sengaja dibuang di sungai-sungai tiap tahunnya. Jika kondisi ini terus saja dibiarkan, bukan hanya membuat air sungai menjadi kotor dan tercemar, tetapi juga akan menimbulkan krisis ekologi atau lingkungan yang amat jauh lebih berbahaya.
Jika air merupakan sumber penting bagi kehidupan kita, maka sudah seharusnya kita semakin peduli terhadap kelestarian air dengan cara memberi perhatian lebih terhadap sumber-sumber air bersih yang tersedia di lingkungan kita. Hal ini pada gilirannya menjadikan lingkungan makin konsusif dan sehat.
Praktik konkritnya bisa dilakukan dengan menggunakan air secara bijak dan efesien untuk kebutuhan sehari-hari serta terus memelihara lingkungan di mana sumber-sumber air itu dapat terjaga kebersihannya. Sebab, dibanding air laut, ketersediaan air tawar sangatlah sedikit, sementara seluruh kebutuhan kita hanya bisa dipasok melalui air tawar yang bersih. Kita perlu memelihara lingkungan secara terus-menerus agar air bersih itu tetap dapat terjaga kemurniaannya dan sebisa mungkin menghindari pencemaran.
Kita hidup bukan hanya untuk kita dan generasi sekarang, tetapi juga generasi penerus akan bergantung sepenuhnya pada ketersediaan sumber air yang layak dan memadai, di mana kitalah yang sedari awal melestarikan dan menjaganya secara baik dan benar. Dengan demikian, lingkungan menjadi bersih, sehat dan layak untuk diwariskan pada generasi selanjutnya. (*)