Kita Semua Ingin Maroko Menang, dan Itu Semua karena Cinta

Kita Semua Ingin Maroko Menang, dan Itu Semua karena Cinta

Kita Semua Ingin Maroko Menang, dan Itu Semua karena Cinta (Akun Instagram @equipedumaroc)

Akui saja, meski terlihat berat, tapi kalian ingin Maroko menggilas Prancis dan melenggang ke final.

Seperti Kroasia, kita semua cinta Maroko secara tiba-tiba. Tim yang dipandang sebelah mata, bisa menggilas Spanyol (yang mainnya jelek betul itu) dan Portugal, tim yang dianggap jauh lebih superior. Maroko seakan-akan memberi kita harapan, bahwa kita-kita yang medioker ini, punya kesempatan untuk meruntuhkan langit.

Maroko adalah suara orang biasa. Maroko adalah kita.

Achraf Hakimi dkk menunjukkan, tak ada yang tak mungkin. Negara-negara raksasa tak melulu bisa melaju dengan mulus. Masih ada negara-negara yang tak terlihat dari pandangan kita, tapi bisa meruntuhkan hegemoni negara-negara super di dunia sepak bola.

Meski Spanyol jelek betul mainnya pada pertandingan tersebut, tapi tetap saja kita takjub, tim bertabur bintang bisa dibikin tak efektif oleh Sofyan Amrabat seorang. Kita tak boleh memungkiri fakta kalau lini tengah Spanyol adalah salah satu yang terbaik. Dan mereka semua, terlihat tak becus di hadapan Amrabat.

Portugal lebih gila lagi. Mereka punya deretan lini serang yang begitu mengilap. Melihat daftar penyerang dan lini tengah Portugal, kita seakan sedang berada di pameran mobil mewah. Mereka semua dibikin frustrasi oleh Bounou. Swiss yang terlihat begitu perkasa saja digilas habis oleh Portugal, tapi Maroko mengajari kita semua: percuma punya mobil mewah jika kau ketemu jalan buntu.

Ah, jangan bahas Belgia. Saya tak tega membahas Courtois yang harus melihat kawannya makan gaji buta.

Semua hal-hal yang kita anggap sulit terjadi, terjadi. Segala keyakinan kita akan keperkasaan tim-tim besar dipatahkan oleh Maroko. Dan kita mudah betul jatuh cinta dengan hal-hal model begitu: yang mematahkan logika, yang mematahkan dominasi.

Maka wajar jika dalam hati kalian paling dalam, kalian ingin Mbappe menangis malam ini. Kalian ingin melihat keperkasaan Prancis dicabik-cabik begitu saja oleh Hakim Ziyech dkk. Kalian ingin betul melihat tim yang seluruh skuatnya tak ada satu pun pemain jelek angkat kaki dari Qatar. Oke, kalian pasti ingin protes perkara Rabiot, tapi, dia lumayan kali ini.

Padahal kalian tahu, secara skuat, Maroko tentu tak bisa dibandingkan dengan Prancis. Prancis bukanlah tim yang buruk. Setidaknya, mereka sama atau sedikit lebih bagus ketimbang Spanyol dan Portugal. Mereka juara Piala Dunia edisi lalu. Mereka diisi pemain-pemain top yang berasal dari klub-klub mentereng. Bahkan mereka berani mencadangkan Eduardo Camavinga, pemain muda bertalenta yang sudah mengantongi piala Liga Champions di musim pertamanya.

Tapi, karena cinta yang muncul, perasaan terwakili, kita ingin melihat Hakimi dkk melaju ke final. Digilas Argentina atau tidak, tak jadi soal, yang jelas kita tahu, bahwa dengan usaha dan determinasi, langit pun bisa kita runtuhkan.

Andai Maroko benar-benar melaju ke final, itu adalah kemenangan rakyat. Kemenangan umat manusia medioker yang merasa tertekan oleh nama-nama besar. Kemenangan orang-orang yang percaya di dunia ini tak mungkin.

Andai gagal pun, tak jadi soal. Prancis bukanlah raksasa yang mudah tumbang hanya karena serangan senjata. Mereka datang sebagai juara, dan mereka jelas punya modal lebih kuat. Tapi, kita sudah bahagia, melihat mereka berjuang.

Jadi, berdoalah. Karena kita semua ingin Maroko menang, meski berat.

Sumber gambar: Akun Instagram @equipedumaroc

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kutukan yang Membayangi Prancis di Piala Dunia 2022

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version