Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Kita Selalu Bisa Memilih, Termasuk Tontonan YouTube

Muhammad Ikhdat Sakti Arief oleh Muhammad Ikhdat Sakti Arief
18 Juni 2019
A A
tontonan youtube

tontonan youtube

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seorang yang masih konsisten dengan menjadi seorang pengangguran, liburan tidak saya habiskan dengan melakukan banyak hal. Yah standar pengangguran pada umumnya, rebahan sambil main hp. Tentu saja selain menulis artikel-artikel random yang menurut saya cukup layak untuk ditulis.

Ketika saya sedang buka YouTube, video-video yang ada di timeline saya itu video-video yang sudah lama di upload. Kebanyakan sih sudah saya tonton. Entah kenapa algoritma YouTube memunculkan kembali video-video itu di timeline YouTube saya. Mungkin YouTube sedang mengajarkan kalau terkadang bisa saja masa lalu datang lagi ke hidup kita kapan saja. Kita menontonnya dengan perasaan yang sama atau bahkan sudah dengan perasaan yang berbeda. Kalau kata penulis-penulis mah, bisa berdamai dengan masa lalu. Amboi. Sepertinya kejauhan.

Saat saya melihat video-video lama itu di timeline YouTube saya, saya memilih untuk menontonnya kembali. Vidonya masih sama seperti saat pertama kali saya tonton. Tidak ada yang berubah karena memang video yang sama kecuali endingnya yang sudah pasti saya tau. Seperti kebanyakan penonton YouTubepada umumnya, kolom komen pasti tempat wajib buat diintip. Tentu untuk melihat komen-komen yang terkadang kelewat bar-bar dari netizen.

Komen-komennya biasa saja—standar. Komentar-komentar pujian karena memang videonya cukup bagus. Karena videonya sudah lama di upload, pasti ada saja netizen caper yang komen, “2019 siapa yang masih nonton? Like kalau sama”.

“Zaman di mana YouTubemasih dipenuhi konten kreator yang benar-benar berkarya. Nggak kayak sekarang, isinya cuman drama, video klarifikasi, sama video delapan bit”.

Komen-komen seperti itu juga banyak saya temui. Coba saja tonton video-video  lama para YouTuber kalau tidak percaya.

Nyatanya memang seperti itu. Tidak bisa kita pungkiri, kebanyakan konten YouTubesekarang memang tentang drama dan sensasi dan video-video klarifikasi. Tapi terlepas dari itu semua, kita—penonton YouTube—tetaplah yang memegang kendali.

Tidak ada yang memaksa kita untuk menonton video-video drama dan klarifikasi itu. Kita selalu bisa memilih dalam hidup. Termasuk konten-konten video apa yang mau kita tonton.

Baca Juga:

7 Rekomendasi Channel YouTube untuk Belajar Materi SKD CPNS secara Gratis

Bayar UKT Mahal, tapi Dosen Nyuruh Mahasiswa Belajar dari YouTube, Logikanya di Mana sih?

Bagaimanapun, hal-hal seperti ini memang sudah tidak bisa dihindarkan. Pasti akan selalu ada. Karena mungkin memang tidak ada cara lain untuk agar konten YouTubenya di-notice sama orang. Yah akhirnya isinya cuman kata-kata toxic dan sensasi basi.

Tanpa kita sadari, bisa jadi kitalah yang mem-blow up konten-konten ini sampai bisa jadi berada di tab trending YouTube dan menjadi perbincangan banyak orang. Kita perlu tau bahwa mereka melakukan itu semua dengan kesadaran penuh. Dan tujuannya agar ditonton banyak orang. Seberapa bencipun kita sama videonya, dengan komen-komen bar-bar yang kita kasih, jumlah dislike yang lebih banyak dari likenya, tujuan mereka tetap tercapai—yaitu mendapatkan banyak views. Mereka tetap mendapatkan uang dari “benci” kita.

Mereka tidak perduli dengan kita yang tidak suka dengan apa yang mereka buat. Mungkin bahkan menikmatinya karena itu yang mereka cari. Paling mereka bilang “balas pake karya”.

Tanpa kita sadari, kitalah yang membuat konten-konten seperti ini terus ada. Mereka terus membuatnya, kita yang terus membencinya tapi tetap nonton. Yah pada akhirnya semua hanya akan berputar disitu-situ saja. Satu video bodoh diikuti dengan video klarifikasi.

Anehnya, kita yang memilih untuk nonton, kita juga yang jengkel nggak jelas. Padahalkan kita bisa memilih untuk mengabaikan konten-konten seperti itu. Kita bisa memilih tontonan yang memang kita anggap bagus.

Sama halnya dengan memilih jurusan di perkuliahan. Kita tidak suka dengan matematika tapi kita malah memilih kuliah di jurusan Akutansi yang memang tidak bisa lepas dari angka-angka. Bodohnya lagi, kita malah marah-marah nggak jelas. Ngata-ngatain matematika itu pelajaran konyol. Padahal kan kita bisa memilih masuk jurusan Bahasa Indonesia yang nggak ada matematikanya.

Kita ini suka mencari sesuatu hal yang kita tidak sukai hanya untuk ngebacot. Saya jadi teringat salah seorang yang selalu ngatain orang lain dungu. Diakan memang sudah tugasnya seperti itu. Kalian malah sibuk stalking semua cuitan dia di twitter. Kalian sakit hati dan komen—ngebacot nggak jelas. Tujuannya memang membuat kalian untuk jengkel dan marah-marah. Padahalkan kita bisa memilih untuk mengabaikan. Lagian ngapain coba kalian sampai tersinggung. Kecuali kalian memang ngerasa dungu. Mending stalking twitter-nya Mojok(dot)co. Bisa nambah ilmu pengetahuan, penghasilan dan cara nyindir orang dengan satire.

Sekali lagi saya tegaskan. Jangan buang-buang energi kita untuk untuk sesuatu yang nggak penting. Ingat, kita selalu bisa memilih. Cara terbaik mengehentikan cancer internet semacam itu yaitu dengan cara mengabaikannya. Mereka bakal “mati” kalau sudah tidak ada yang memperhatikan.

Kalau kata orang mah don’t make stupid people famous.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: Memilih tontonanYoutube
Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Nama saya Ikhdat, seorang pengangguran (semoga cepat dapat kerja) pecinta senja, penikmat kopi (biar dibilang anak indie) yang suka nulis.

ArtikelTerkait

Rekomendasi 4 Kanal YouTube buat Belajar British Accent

Rekomendasi 4 Kanal YouTube buat Belajar British Accent

10 Juni 2023
radio mabuk kendaraan mojok.co

Kenapa sih Kita Nggak Pernah Bosen Denger Lagu di Radio Meski Ada Spotify dan YouTube?

16 Juni 2020
Relasi Bunyi, Sebuah Usaha Merawat Interaksi Seni di Yogyakarta terminal mojok.co

4 Channel YouTube Main Gitar Nonmusisi Terbaik di Indonesia

9 Agustus 2020
4 Alasan Tutorial Masak di YouTube Terlihat Menyenangkan terminal mojok.co

4 Alasan Tutorial Masak di YouTube Terlihat Menyenangkan

14 Januari 2021
Gaes, Berprofesi Jadi Beauty Vlogger Nggak Ujuk-ujuk Bikin Kamu Kaya Instan terminal mojok.co

Gaes, Berprofesi Jadi Beauty Vlogger Nggak Ujuk-ujuk Bikin Kamu Kaya Instan

31 Januari 2021
Saya Menyayangkan Video Reaksi Gus Miftah yang Menegur Ustaz Maheer di YouTube terminal mojok.co

Beban Moral Content Creator YouTube alias YouTuber

25 Mei 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.