Saat saya masih kuliah, ada satu tempat andalan yang jadi andalan teman-teman saya untuk mengerjakan tugas atau skripsian bareng-bareng. Tempat itu bernama Kineruku, yang terletak di Jalan Hegarmanah Kota Bandung. Kineruku sendiri adalah gabungan dari perpustakaan, toko buku, toko musik, dan toko film, yang dipadukan sedemikian rupa sehingga jadi tempat yang terasa begitu homey.
Perkenalan pertama saya dengan tempat ini terjadi saat saya masih sibuk nyusun skripsi pada 2017. Saat itu teman saya ngajakin saya ke sana. Kesan pertama saat saya berada di Kineruku ini adalah ambience-nya yang cozy dan homey banget, entah kenapa. Mungkin karena pemilihan warna cat tempat ini terasa hangat layaknya rumah sendiri. Berbagai koleksi buku yang ada di sini pun membuat saya tidak bosan untuk berada di sini lama-lama karena berasa di rumah sendiri.
Untuk yang belum pernah menginjakkan kaki di Kineruku, bentuknya malah bukan seperti kafe untuk skrispan anak muda seperti pada umumnya. Namun, ia betul-betul rumah dengan arsitektur yang bentuknya vintage banget karena ia merupakan rumah peninggalan kakek dari owner. Desain interiornya pun betul-betul ditata dengan apik dengan rak buku dan sejumlah lampu cantik yang menghias langit-langitnya. Kineruku dan segala unsur di dalamnya telah membuat saya seolah-olah berada di Kota Bandung pada era 80 atau 90-an.
Letak tempat ini agak tersembunyi, bukan di pinggir jalan yang berisik. Ia terletak di kawasan Hegarmanah, kawasan perbukitan yang penuh dengan pepohonan rindang berusia ratusan tahun. Teduh dan asri banget pokoknya. Hal yang pasti, tempat ini nggak berisik, soalnya nggak banyak kendaraan bermotor yang lewat.
Tentu, di Kota Bandung sendiri ada banyak tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas atau skripsian untuk mahasiswa. Namun, Kineruku adalah tempat yang sangat kondusif untuk pekerjaan yang menuntut kita untuk fokus dalam mengerjakannya. Pasalnya, suasana tempat ini betul-betul mendukung. Tempatnya hening, jauh dari hiruk pikuk kota karena rindangnya pepohonan dan kawasannya bukan berada di jalan raya yang berisik.
Sejujurnya, alih-alih mengerjakan skripsi, saat itu saya banyak terdistraksi karena gatal untuk melihat-lihat berbagai koleksi buku, CD musik, dan film yang ada di sini. Meskipun saya terdistraksi, saya merasa distraksi yang saya lakukan di sini adalah distraksi yang positif karena bukan scroll-scroll media sosial nggak jelas. Namun, saya jadi banyak ngeliatin koleksi buku, CD musik, film, atau sekadar mengagumi arsitektur Kineruku yang sedap untuk dipandang.
Sebagai pecinta buku, saya betul-betul suka berada di sini. Sekadar untuk baca koleksi bukunya dan melarikan diri dari penatnya kehidupan saya yang gitu-gitu aja. Daripada scroll media sosial berjam-jam, mendingan baca buku di sini selama berjam-jam. Vibes-nya beda banget soalnya. Playlist yang dirancang di sini pun betul-betul bikin saya betah. Kita juga boleh request playlist sendiri untuk meningkatkan mood, tinggal bilang aja ke karyawan Kineruku-nya.
Selain jadi surga tersendiri untuk pecinta buku seperti saya, ia juga jadi surga bagi pencinta musik dan pencinta film. Pasalnya, rak-rak di sana juga memajang koleksi CD musik dan berbagai koleksi film. Tidak saja dipajang, tapi berbagai buku, CD musik, dan film yang ada di sini pun ada yang bisa kita beli untuk kita koleksi di rumah. Sejumlah musisi asal Bandung yang tidak masuk dalam major label, banyak yang memasarkan musiknya secara di sini, dengan menaruh karya mereka di etalase musik Kineruku.
Tidak lupa, biar kita betah nongkrong di sana, mereka menyajikan berbagai makanan. Ada berbagai menu spesial ala Kineruku, yakni kudapan ringan seperti pisang goreng atau makanan berat seperti bihun tek-tek dan nasi goreng. Harganya pun cukup terjangkau bagi mahasiswa atau anak muda.
Buat kamu yang mau bawa pulang berbagai koleksi buku Kineruku pun bisa banget. Pasalnya, mereka mengizinkan kamu untuk membawa pulang sejumlah koleksi buku miliknya setelah kamu mendaftarkan diri jadi anggota perpustakaannya. Biaya pendaftarannya hanya Rp50 ribu yang berlaku seumur hidup. Murah banget, kan?
Sayangnya, saat pandemi ini, Kineruku tutup untuk meminimalisir angka penularan virus corona. Hampir setiap sore, selama PPKM Darurat saya melewati Kineruku, pagarnya terkunci dan lampunya padam. Padahal sebelum pandemi, tempat ini selalu ramai, tapi sepi. Ramai tapi sepi itu kayak gimana, sih? Banyak orang, tapi masing-masing orang di sana asyik dengan dirinya masing-masing.
Mudah-mudahan pandemi Covid-19 ini dapat segera berakhir biar saya bisa nyantai buat nulis depan laptop atau sekadar baca buku di Kineruku lagi. Ah, membayangkannya saja, bisa bikin perasaan saya membuncah.
Sumber Gambar: Akun Instagram Kineruku
BACA JUGA Toko Buku Online, Penyelamat di Tengah Mahalnya Toko Buku Offline dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.