Kimetsu no Yaiba, Anime Terbaik Sepanjang Masa berkat Ufotable

Kimetsu no Yaiba, Anime Terbaik Sepanjang Masa berkat Ufotable

Kimetsu no Yaiba, Anime Terbaik Sepanjang Masa berkat Ufotable (unsplash.com)

Ufotable punya peran yang amat besar dalam kesuksesan Kimetsu no Yaiba.

Biasanya, sebuah anime akan mengalami penurunan kualitas animasi dan popularitas ketika musim baru telah diadaptasi. Contoh saja seperti Boku no Hero Academia yang mulai menunjukkan penurunan setelah season 3. Atau mau contoh lain seperti One Punch Man yang tidak diapresiasi sama sekali di musim barunya. Hal ini bisa terjadi karena dua faktor, jika tidak karena masalah studio, ya cerita yang harus diadaptasi biasa-biasa saja.

Beruntung, semua ini tidak dialami oleh Kimetsu no Yaiba selama season 2 mengudara. Dari awal hingga episode terakhirnya kemarin, animasi yang diperlihatkan tidak mengecewakan dan justru melebihi ekspektasi penonton. Pertanyaannya adalah, bagaimana sih mereka masih bisa eksis dan selalu ditunggu oleh penonton? Apa saja yang membuat Kimetsu no Yaiba patut dijadikan salah satu adaptasi shounen terbaik di masa sekarang?

Sudah bukan rahasia umum jika anime bagus tidak bisa lepas dari keberadaan studio. Namun, studio juga berhak menyeleksi manga apa saja yang layak diadaptasi. Dari kasus Kimetsu no Yaiba sendiri, saya menduga alasan Ufotable memilihnya berdasarkan dari tema cerita. Ada nilai jual lain selain adu mekanik antara iblis melawan manusia.

Nilai jual yang dimaksud adalah dari tema cerita yang menyangkut kebudayaan Jepang. Memang hanya opini belaka, namun jika melihat dari kasus anime lain, saya rasa ini patut untuk dibahas. Contoh saja seperti Jujutsu Kaisen yang memadukan cerita dari masa Heian dengan latar waktu cerita kontemporer. Hal ini juga dilakukan oleh Kimetsu no Yaiba dimana mereka mengadaptasi cerita berlatar pada era Taisho.

Tentu ada tujuan dari nilai jual tersebut di balik inti cerita. Di antaranya adalah memperlihatkan kebudayaan Jepang sehingga memberikan wawasan baru bagi penonton awam. Lalu yang kedua, memperlihatkan bahwa suasana Jepang pada masa lalu tidak kalah menarik dengan sekarang. Dan yang terakhir, akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Jepang ketika kebudayaan mereka disorot.

Dari nilai jual tersebut membuat studio berlomba-lomba untuk mendapatkan lisensi. Sebuah keuntungan bagi Kimetsu no Yaiba untuk bekerja sama dengan Ufotable dan melahirkan sebuah simbiosis mutualisme. CV dari Ufotable sendiri tidak perlu diragukan. Sebelum mereka mengadaptasi Kimetsu no Yaiba,  mereka terkenal lebih dahulu melalui Fate Series berdasarkan review positif dari penonton.

Kunci Ufotable dalam pengerjaan hanya dua, yakni stabil dan totalitas. Sadar bahwa mereka mengadaptasi tentang cerita negaranya sendiri membuat pengerjaan tidak boleh semrawut. Mereka sadar bahwa dengan memberikan visual yang memukau, akan membuat anime masih tetap eksis walau harus menunggu lama. Dan hal ini terbukti mulai dari Season 1-Movie-Season 2 yang makin baru makin bagus.

Kita sudah melihat bahwa Ufotable mampu memberikan visualisasi dan animasi yang memukau. Namun, di Season 2 kali ini justru makin lebih gila dari segi mana pun. Bayangkan saja, sebuah anime dengan tayangan untuk TV punya kualitas animasi melebihi movie! Puncaknya ada di episode 10 saat iblis bulan Upper Six dikalahkan. Kalau kalian nonton episode itu, pasti setuju bahwa animasinya benar-benar bagus.

Jika kalian menonton sampai akhir, ada credit title untuk para staf yang berpartisipasi dalam menyukseskan adaptasi milik Koyoharu Gotouge. Hal tersebut merupakan bentuk apresiasi dan membuktikan bahwa sebuah karya yang totalitas harus memperhatikan kualitas dan kuantitas. Walaupun menelan biaya yang lebih dalam, setidaknya ada hasil yang mengiringi.

Jadi, pelajaran apa yang bisa diambil dari Kimetsu no Yaiba Season 2?

Dari yang sudah saya tulis, terlihat bahwa studio punya peranan penting dalam menghidupkan sebuah. Terutama, bagian menerjemahkan cerita yang selama ini hidup di dalam kepala jadi kenyataan—dalam bentuk sinema. Serta, konsisten dalam membawakan kualitas. Kimetsu no Yaiba adalah contoh sahihnya. Ketika anime lain kena hujat karena mulai menurun dan tak konsisten, Inosuke dkk tetap sanggup menghibur karena ya konsistensi itu tadi.

Rasanya, tak berlebihan jika menobatkan Kimetsu no Yaiba sebagai anime terbaik hingga saat ini. Kita tak lagi menonton gambar yang digerakkan, tapi cerita yang hidup. Ya pokoknya itulah.

Dan jujur saja, saya tak bisa sabar menunggu kelanjutan anime ini. Kalau Red District arc saja bisa dibikin sebagus ini, bayangkan nanti kalau udah ketemu Muzan Kibutsuji.

Ketika saat itu tiba, saya yakin, kita nggak akan debat lagi tentang anime apa yang pantas menyandang gelar terbaik. Sebab, kita udah tau jawabannya. 

Penulis: Muhammad Haekal Ali Mahjumi

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version