Saya tinggal di Turki. Ya iyalah orang kuliah di sini. Dan tinggal di negara empat musim cukup menuntut diri untuk melakukan banyak cara dalam perihal bertahan hidup. Apalagi jika berhadapan dengan musim dingin. Sesederhana mau beli jajan ke luar saja harus pakai pakaian yang layak dari ujung rambut hingga ujung kaki. Nggak bisa tuh asal pake celana pendek, kaos oblong, dan sandal jepit. Bisa-bisa mati kedinginan di jalan, kan nggak lucu.
Meskipun saya ini mahasiswi yang biasa-biasa saja, namun dalam soal bertahan hidup saya tak biasa. Saya punya cara-cara bertahan saat Turki sedang didera musim dingin.
#1 Jemur baju di penghangat ruangan
Tinggal di Turki atau negara-negara empat musim lainnya, hampir dipastikan di setiap sudut tempat bisa kita dapati penghangat. Di Turki kami menyebutnya kalorifer. Di musim dingin bagi saya masalah utamanya adalah bagaimana cara mengeringkan baju setelah dicuci. Rasa-rasanya agak percuma kalau dijemur di luar. Bukannya kering, malah tersapu salju…
Maka dari itu, biasanya saya dan teman-teman jemur pakaian di atas pemanas ruangan secara bergantian. Mungkin kedengarannya agak gimana gitu ya, tapi pada kenyataannya nggak gimana-gimana banget kok. Bajunya, pemanas ruangannya, pun sama-sama bersih atau lebih tepatnya nggak kotor-kotor amat. Kalau bagi kami sih, soal kebersihan adalah nomor sekian yang terpenting baju kering dan hati pun kembali riang.
#2 Mampir ke restoran yang menyediakan çay dan çorba gratis
Sebagai perantau jauh dan mahasiswa yang hidup pas-pasan saya cukup pemilih kalau nyari rumah makan. Pasalnya, mencari street food yang harga dan rasanya pas itu susah. Nggak semudah Indonesia.
Oleh karena Turki dikenal dengan negara yang jiwa sosialnya tinggi, beberapa rumah makan menyediakan makanan atau minuman gratis. Kami menyebutnya ikram. Makanan dan minuman yang dijadikan ikram biasanya çay atau teh dalam bahasa Turki, dan çorba, sejenis sop ala Turki gitu.
Nah, untungnya rumah makan yang menyediakan gratisan tersebut itu banyak. Nggak jarang saat musim dingin dan bokek, saya berkunjung ke rumah makan tersebut. Pesen makanan yang paling murah, nanti masih ditambah gratisan tersebut. Perut kenyang, dompet senang.
3# Menjaga wudhu
Kalau lagi hangout atau hanya sekadar jalan-jalan melepas penat saya selalu pastikan sudah shalat terlebih dahulu. Bukan semata-mata karena saya orang yang sangat religius tapi lebih karena enggan shalat di luar rumah. Musim dingin dengan suhu yang tak menentu membuat saya jadi malas sering-sering bersentuhan dengan air. Sebisa mungkin saya menjaga wudhu dari satu waktu shalat ke waktu berikutnya. Oleh karena itu juga, kalau saya terpaksa pergi di jam-jam tertentu seperti ke kampus, biasanya saya sudah wudhu dari rumah, walaupun agak susah mempertahankannya sih. Paling tidak saya sudah berusaha.
Nah, seperti itulah cara bertahan hidup saat musim dingin di Turki. Hidup di negara empat musim memang menyenangkan, tapi ada kalanya juga menyedihkan. Terlebih buat orang yang terlahir di negara dengan dua musim seperti Indonesia. Pintar-pintarnya saja kita beradaptasi.
Nyatanya musim dingin yang muskil malah membuat saya jadi lebih menghargai hal-hal kecil. Kalau ketiga kiat-kiat di atas tadi cukup bisa membuat saya bertahan hidup, segelas teh hangat yang bersanding dengan roti dan obrolan larut malam bersama kawan juga kerap menghiasi hari-hari dingin saya yang dinamis.
Penulis: Salsabila Amalia
Editor: Rizky Prasetya