Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Keumalahayati, Inong Balee, dan Akhir Tragis Cornelis de Houtman

Annisa Herawati oleh Annisa Herawati
1 Oktober 2020
A A
keumalahayati inong balee aceh mojok

keumalahayati inong balee aceh mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Armada dagang Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlabuh di Aceh pada 1599. Saat itu kedatangan pemburu rempah-rempah tersebut disambut dengan baik oleh Kesultanan Aceh. Mereka dijamu di istana layaknya tamu agung dari negeri sahabat. Kedatangan mereka dimanfaatkan oleh para saudagar Aceh dengan menyewa kapal-kapal milik Belanda untuk digunakan berdagang ke Malaka.

Namun, seiring berjalannya waktu, watak asli para pendatang dari Belanda pun mulai terlihat. Sikap mereka yang pongah dan kasar membuat rakyat Aceh jengah. Ditambah lagi dengan pegingkaran akad perjanjian sewa kapal yang dilakukan pihak Belanda membuat raja Aceh saat itu, Sultan Alaudin Riayat Syah naik pitam. Oleh karena itu, Sultan memerintahkan pengiriman pasukan untuk mengusir Belanda dari tanah rencong.

Sultan mengerahkan dua ribu pasukan Inong Balee, satuan militer Aceh yang beranggotakan barisan janda siap mati, berperang di kapal-kapal dan benteng yang didirikan Belanda di Aceh. Pasukan Belanda merasa kewalahan. Mereka tak menyangka bahwa kekuatan para prajurit wanita Aceh sangat tangguh. Hingga pada akhirnya terjadi duel yang terjadi di geladak kapal antara Cornelis de Houtman dan panglima pasukan Aceh, Keumalahayati. Pedang di tangan Cornelis, rencong di tangan Keumalahayati. Duel berlangsung sengit dan terjadi saling jual beli serangan. Di tengah duel, ketika Cornelis sedikit lengah, Keumalahayati berhasil menikam pemimpin pasukan Belanda tersebut hingga tewas.

Pertarungan berakhir dengan kemenangan milik Aceh. Kapal-kapal milik Belanda dirampas dan pasukan Belanda yang selamat ditawan, termasuk Frederick de Houtman, yang tak lain merupakan adik dari Cornelis de Houtman. Peristiwa heroik tersebut terjadi 421 tahun silam, tepatnya pada 11 September 1599 ketika usia Keumalahayati belum genap 20 tahun.

Masa kecil Keumalahayati dan Ma’had Baitul Maqdis

Keumalahayati diperkirakan lahir di Aceh pada 1550. Ia merupakan putri dari Mahmud Syah, seorang perwira tinggi angkatan laut Aceh. Sang kakek dari garis ayah bernama Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah. Sama seperti putranya, Muhammad Said Syah juga seorag perwira angkatan laut yang mendarmakan dirinya untuk negara. Darah pejuang inilah yang nantinya juga mengalir dalam diri Keumalahayati.

Tak seperti wanita pada umumnya, sejak kecil Keumalahayati lebih tertarik pada dunia bela diri dibandingkan bersolek. Ketertarikan inilah yang mengantarkan Keumalahayati masuk ke akademi militer Aceh, Ma’had Baitul Maqdis, tempat yang sama di mana sang ayah dan kakek juga pernah menimba ilmu di akademi ini. Selama masa belajarnya, keterampilan Keumalahayati semakin terasah berkat didikan dan ajaran dari para guru yang didatangkan langsung dari Turki Ottoman. Tak perlu waktu yang lama, nama Keumalahayati segera tersohor di seluruh kalangan Ma’had Baitul Maqdis berkat kecerdasan dan kemampuannya yang melampaui teman-temannya yang didominasi oleh kaum pria.

Di Ma’had Baitul Maqdis Keumalahayati akhirnya menemukan jodohnya. Kawan sesama kadet yang juga memiliki darah pejuang anti-penjajahan. Setelah mereka sama-sama lulus dari Ma’had Baitul Maqdis, hubungan keduanya pun diresmikan dalam sebuah ikatan pernikahan yang suci.

Titik balik kehidupan Keumalahayati

Kehidupan Keumalahayati begitu sempurna seusai menikah. Memiliki suami seorang pejuang yang begitu mencintainya dan seorang putri kecil yang menggemaskan, rasanya hidupnya sebagai seorang wanita sudah lengkap tak kekurangan satu apapun. Namun, kehidupan sempurnanya hanya berlangsung sebentar. Sang suami yang amat dicintainya harus gugur dalam peperangan melawan Portugis.

Baca Juga:

Takengon Aceh yang Serba Lambat Bikin Kaget Orang Medan yang Terbiasa “Barbar”

Madura Kitchen, Warung Madura yang sukses Menginvasi Kota London Malah Kena Nyinyir Orang Indonesia Sendiri

Kepergian sang suami sempat membuat gelap dunia Keumalahayati. Namun, ia segera bangkit dan bertekad melanjutkan perjuangan mendiang suami untuk melawan para penjajah. Karena itulah ia memohon izin kepada Sultan al-Mukammil untuk membentuk resimen prajurit yang beranggotakan para janda yang ditinggal suami syahid di medan perang. Permintaannya disetujui kemudian resimen tersebut diberi nama Laskar Inong Balee yang beranggotakan dua ribu prajurit.

Perlahan Laskar Inong Balee semakin kuat. Markasnya yang terletak di Teluk Lamreh Kreung Raya membuat gentar armada asing yang melewati Selat Malaka. Laskar Inong Balee lah yang berhasil mengalahkan armada pimpinan Cornelis de Houtman. Setelah peristiwa tersebut, karir Keumalahayati semakin melesat. Ia pun diangkat sebagai laksamana wanita pertama di dunia.

Perjuangan Keumalahayati tetap berlanjut. Ia terus berjibaku melawan pihak asing yang berupaya merampas tanah Aceh. Pada 1600, Belanda berulah lagi dengan merampas kapal-kapal yang bermuatan rempah-rempah di pantai Aceh. Keumalahayati menjawab gertakan dari Belanda tersebut dengan menangkap Jacob Van Neck, laksamana Belanda yang sedang berlayar di Laut Aceh.

Insiden tersebut memaksa Belanda untuk meminta maaf secara langsung kepada sultan Aceh dengan mengirimkan utusan bernama Maurits van Oranjesent. Permintaan maaf tersebut berlanjut dalam sebuah perundingan yang mana Keumalahayati menjadi wakil dari Kesultanan Aceh. Perundingan tersebut berakhir dengan perjanjian gencatan senjata dan memaksa Belanda untuk membayar 50.000 gulden sebagai ganti rugi penyerangan yang telah dilakukan oleh Belanda.

Kegarangan Keumalahayati terdengar sampai ke telinga Ratu Elizabeth I, penguasa Inggris saat itu. Tak mau bernasib sama seperti Belanda, ia memilih jalan damai dengan mengirimkan James Lancaster untuk meminta izin kepada sultan Aceh agar saudagar Inggris diberikan akses melewati Selat Malaka tanpa harus menumpahkan darah.

Sumber gambar: Akun Twitter @JrRezvani

BACA JUGA Ketika Raffles Merampas Harta Pusaka Keraton Yogyakarta dan tulisan Annisa Herawati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 Oktober 2020 oleh

Tags: acehbelandainggrisinong baleekeumalahayatiportugis
Annisa Herawati

Annisa Herawati

Cah asli Blitar

ArtikelTerkait

nasi goreng di jogja pakem wonosari tegal jawa timur ciri khas mojok.co

Sejarah di Balik Cita Rasa Manis Makanan Jawa

18 September 2020
11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda Mojok.co

11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda

20 Desember 2023
5 Alasan Pakai Payung di Belanda Itu Unfaedah terminal mojok

5 Alasan Pakai Payung di Belanda Itu Unfaedah

21 September 2021
ereveld makam korban perang belanda jogja sulitnya cari makam kuburan mojok

Mengenal Ereveld, Area Pemakaman Orang Belanda yang Jadi Korban Perang di Indonesia

29 Mei 2021
ratu kalinyamat jepara perang portugis mojok

Ratu Kalinyamat, Sosok Pemberani dari Jepara

21 September 2020
aceh kopi sanger kopi susu mojok

Sanger, Kopi Susu Khas Aceh yang Tak Kalah Nikmat dengan Kopi Susu Kekinian

23 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.