Tanggapan Keturunan Gusti Ahmad: Kami Tidak Ingin Rebut Takhta Kraton

Tanggapan Keturunan Gusti Ahmad: Kami Tidak Ingin Rebut Takhta Kraton terminal mojok.co

Artikel saya tentang kisah hidup Gusti Ahmad ternyata melahirkan polemik. Bahkan setelah setahun lebih artikel ini terbit. Maklum sih, kisah beliau memang sarat dengan konspirasi. Banyak yang menanggapi kisah tragis beliau sebagai bagian dari noktah hitam sejarah Kraton Jogja. Bagaimana tidak? Anak satu-satunya Sri Sultan HB V malah diburu sampai harus wafat di pembuangan di Manado.

Tapi banyak juga yang berkomentar miring tentang kisah ini. Ada yang bilang saya mengarang kisah tentang beliau. Alasannya pun beragam: dari tuduhan ingin menjelek-jelekkan Kraton Jogja, sampai tuduhan saya antek warga Tionghoa yang sakit hati karena tidak punya hak untuk memiliki tanah di Jogja. Ah, betapa cocot warganet bebas berkoar tanpa berpikir.

Namun, yang jadi pertanyaan besar adalah tanggapan langsung dari keturunan Gusti Ahmad sendiri. Bagaimana mereka menanggapi keraguan warganet terhadap sosok leluhur mereka? Apakah mereka seperti “barisan sakit hati” yang susah move on? Apakah mereka meragukan legitimasi Kraton Jogja hari ini sebagai penerus Kasultanan Mataram?

Maka saya ingin menjadi jembatan untuk ini. Sebagai saudara jauh, tapi masih satu garis keturunan, saya ingin mewakili keturunan HB V untuk bersuara. Ya, semoga setelah ini cocot nyinyir warganet bisa lebih bijak bicara.

Beliau bernama Husein Syarief Suryengalogo. Sosok yang telah sepuh ini sangat bersemangat ketika berkisah tentang leluhurnya. Siapa sangka, beliau berkenan berkisah banyak kepada saya hanya karena nyinyiran warganet yang konon budiman.

Pertemuan kami benar-benar tidak terduga. Semua diawali dari artikel saya yang menimbulkan polemik itu.  Ternyata, semesta bekerja dengan cara yang ajaib. Artikel saya sampai pada keturunan Gusti Ahmad/Gusti Achmad (demikian Pak Husein menyebut nama keturunan HB V ini) sendiri. Banyak keturunan pangeran yang terbuang ini menghubungi saya. Dari memberi dukungan sampai berbagi kisah yang salah satunya Pak Husein ini. Saya merasa seperti bertemu keluarga yang lama berpisah.

Sayang sekali, pandemi menghalangi pertemuan tatap muka saya dengan Pak Husein. Padahal, kami sangat ingin berbagi kisah perihal ontran-ontran yang mengubah garis keturunan Kraton Jogja ini. Tapi tak apa, melalui aplikasi WhatsApp kami tetap berdiskusi. Diskusi ini sudah terjadi setahun lalu, seminggu setelah artikel saya terbit. Tapi isi diskusi kami memang tidak lekang oleh waktu.

Pak Husein merasa kisah yang saya tulis telah hampir sesuai dengan catatan beliau. Beliau juga menambahkan kisah yang saya lewatkan, terutama perkara penyebutan nama Gusti Ahmad. Tentu, ini berdasar catatan turun temurun keluarga trah HB V.

Saya pribadi menggunakan tesis dari Pak Roger Kembuan, alumnus S-2 Sejarah UGM. Ternyata, Pak Roger telah berdiskusi dengan Pak Husein demi materi tesisnya. Jadi kalau masih merasa kisah Gusti Ahmad hanyalah dongeng, tolong kecerdasannya dipakai. Pasalnya, tesis Pak Roger sendiri sudah dipertahankan di depan penguji dari kampus yang menduduki Sultan Ground itu.

Lebih jauh, saya ingin meminta tanggapan Pak Husein tentang komentar warganet yang nyelekitnya semena-mena ini. Jika dirangkum, mayoritas komentar ini lebih kepada keraguan serta penolakan terhadap fakta dalam artikel yang saya tulis.

Tuduhan tersebut juga menyasar keturunan Gusti Ahmad yang masih hidup. Apalagi dibilang keturunan Tionghoa yang sakit hati. Saya bertanya pada Pak Husein perihal tanggapan beliau. Dan tidak diduga, tanggapan beliau sangat menyejukkan hati. Hampir tidak menunjukkan rasa sakit hati. Malah saya yang terkesan uring-uringan.

Pak Husein menanggapi komentar yang mempertanyakan eksistensi Gusti Ahmad. Pak Husein memaklumi jika kisah beliau tidak banyak diketahui. Saat Pak Husein berkesempatan menemui beberapa penghageng Kraton Jogja, beliau juga terkejut karena kisah beliau ini tidak banyak diketahui internal Kraton.

Namun, bukan berarti Gusti Ahmad hanyalah dongeng. Makam di Manado adalah salah satu bukti konkret eksistensi putra semata wayang HB V ini. Pak Husein juga punya bukti yang tervalidasi: Serat Kekancingan Tepas Darah Dalem. Sertifikat yang menjadi bukti garis keturunan Kraton Jogja ini telah dikantongi beliau. Tentu surat ini adalah bukti bahwa Gusti Ahmad benar-benar ada. Kraton saja mengakui, kok warganet yang embuh dari mana malah berkonspirasi? Kan, ndlogok!

Pak Husein juga menanggapi tuduhan perihal antek aseng serta pengganggu. Beliau menyatakan dengan tegas bahwa keturunan Gusti Ahmad tidak pernah berniat mengganggu Kraton, apalagi sampai melakukan framing dengan menjelek-jelekkan Kraton dengan mengarang kisah.

Bagi Pak Husein, apa yang dilakukan keturunan Gusti Ahmad adalah sekadar menulis dan melestarikan sejarah leluhur mereka. Tidak ada agenda besar dan konspiratif, selain mengenang leluhur. Pak Husein juga menyatakan bahwa beliau siap berdiskusi dengan warganet perihal Gusti Ahmad.

Pak Husein juga menyatakan ketidaksetujuan tentang versi lain dari kisah Gusti Ahmad. Salah satunya teori konspiratif yang mengatakan Gusti Ahmad ini bukanlah keturunan asli HB V. Detail teorinya sangat njelimet dan tidak masuk akal, jadi saya juga enggan menuliskan disini.

Namun, bukan berarti Pak Husein menolak catatan sejarah lain. Hanya saja Pak Husein tidak setuju jika Gusti Ahmad dianggap bukan keturunan HB V. Toh, Kraton Jogja telah menyatakan keabsahan garis keturunan ini melalui Serat Kekancingan Darah Dalem tadi. Apa lagi yang mau diperdebatkan?

Pak Husein juga menjawab pertanyaan tentang kondisi makam Gusti Ahmad dan sang ibu, Sekar Kedathon. Beliau telah bertemu dengan dinas terkait di Manado pada 2012 untuk pelestarian makam Gusti Ahmad. Tapi, tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Memang, Dinas PDK Balai Pelestarian Sejarah mengucurkan dana untuk biaya perawatan lokasi makam. Namun, pada saat pandemi, sudah berbulan-bulan makam Gusti Ahmad terbengkalai.

Demikian tanggapan Pak Husein selaku perwakilan Paguyuban Trah Sri Sultan HB V, dan juga keturunan Gusti Ahmad. Saya angkat topi pada kesediaan beliau dalam menanggapi nyinyiran kalian para warganet nggatheli. Dan saya juga salut pada usaha beliau beserta keturunan Gusti Ahmad untuk melestarikan sejarah keturunan mereka. Rahayu sagung dumadi.

Jika Pak Husein memberikan tanggapan yang adem seperti di atas, izinkan saya memberikan tanggapan pula. Jadi begini, Anda para warganet yang meragukan kisah Gusti Ahmad memang patut untuk malu dan hidup di goa. Pasalnya, keraguan dan hujatan Anda sudah dibantah tidak hanya dengan argumen, tapi tesis ilmiah.

Sumber Gambar: Unsplash.com

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version