Ketika Pidi Baiq Beralih Profesi Jadi Mangaka

Ketika Pidi Baiq Beralih Profesi Jadi Mangaka

Pidi Baiq terus-terusan menyangkal dan enggan mengakui bahwa sosok Dilan adalah dirinya. Padahal, bagi para pembaca bukunya yang lepas dari Trilogi Dilan, yakni Drunken Series, banyak kisah-kisahnya yang sama persis seperti apa yang ia tuturkan dalam penggambaran tokoh Dilan. Contohnya dalam buku Drunken Marmut, Pidi Baiq bercerita bahwa ia dihukum oleh gurunya yang bernama SRPT. Dan dalam novel Dilan, muncul lah Suripto yang galaknya menyamai Kanjeng Mami dalam sinetron Awas Ada Sule.

Juga dari gaya bercerita Milea di novelnya yang berjudul Dilan, pola bahasanya sama dengan Pidi Baiq ketika menggarap Drunken juga memiliki pola yang sama. Tapi, terlepas dari semua itu, biarlah Dilan menjadi misteri dunia. Yang jelas, saya jadi kepikiran bagaimana jika Pidi Baiq menggarap manga? Oke, gambarnya sudah khas, lalu bagaimana dengan gaya bahasa tokoh-tokohnya? Mungkin jadinya seperti ini, ya!

Satu: One Piece

Suatu ketika, Zoro yang gojak-gajek gabung kru topi jerami pun bertanya kepada Luffy, “Kenapa kita harus pergi ke Raftel dan mendukungmu menjadi raja bajak laut?”

Dengan senyuman lebarnya, Luffy pun menjawab, “Dan Raftel, bagiku, bukan cuma masalah geografis. Lebih jauh dari itu melibatkan kekuatan, yang bersamaku ketika badai.”

Dua: Haikyuu!

Ketika dalam pertandingan lomba voli, Hinata melompat dan Kageyama sebagai setter mengumpan bolan yang matang, pas dan mudah untuk di-smash. Dan secara reflek Hinata pun berkata seperti ini, “Kamu itu lahir di bumi untuk buat aku senang. Dengan cara mengumpan bola yang indah dan menciptakan poin kemenangan.”

Kemudian Kageyama membalasnya, “Tanganku seperti sengaja diciptakan hanya untuk mengumpan bola kepadamu. Aku betul-betul merasa tak perlu lagi berpikir, aku hanya ingin menikmati apa yang aku rasakan (mengumpan bola).”

Tiga: Captain Tsubasa

Ketika Nankatsu melawan Shutetsu dan Iszhizaki cidera, pemain pindahan dari Hokaido bernama Misaki masuk lapangan. “Siapa dia?” Tsubasa mbatin. “Apakah dia bisa bermain bola seperti aku?” ia mbatin lagi.

Misaki pun masuk ke lapangan, ia langsung menggiring bola. Melewati beberapa sleding tackle lawan dan mengumpan kepada Tsubasa. Ia pun mbatin lagi, “Umpannya sungguh indah. Jika menurutku tidak indah, pastinya aku salah memilih pasangan (bermain bola).”

Misaki pun membalas dengan cara yang serupa, mbatin, “Kalau kamu ragukan aku, itu hak kamu. Asal jangan aku yang ngecewain (memberikan umpan yang nggak enak) sama kamu. Aku takut kamu kecewa.”

Lho, kok mereka bisa saling balas padahal masing-masing lagi pada mbatin?

Empat: Doraemon

Ceritanya Nobita sedang kepoin ponselnya Sizuka pakai alat ajaibnya Doraemon. Ternyata, Sizuka suka WhatsApp-an sama Dekisugi. Dalam chatnya itu, Sizuka nanya, “Su, besok ada PR?”

Lalu Nobita membaca balasan Dekisugi. Ia menjawab, “Ada, Zu!!” pakai tanda seru dua.

“Apa?” balas Sizuka pakai emot kebingungan.

“PR nya adalah merindukanmu. Lebih kuat dari matematika. Lebih luas dari fisika. Lebih kerasa dari punya Nobita. Eh, maksudnya lebih kerasa dari Biologi.”

Lima: Attack on Titan

Ketika Eren dan Mikasa gelantungan di Wall Maria, mereka saling tatap dan mengingat masa lalunya. Eren dengan begitu heroik dan melakukan manuver dengan mengesankan pun berteriak, “Pergi, Mikasa! Aku akan lawan titan itu sendirian!”

Dengan mbrambangi, Mikasa pun bermanuver dan mengikuti Eren dari belakang. Ia berkata, “Aku nggak ingin mengekangmu. Terserah, bebas ke mana saja kamu pergi. Asal aku ikut.” Sambil melakukan hormat ala Pasukan Pengintai.

Enam: Hero Academia

Ketika magang di kantor superhero Endeavor, Deku dan Kachan sedang saling kejar-kejaran dengan penjahat. Di dalam pengejarannya, Deku berkata kepada Kachan, “Sesungguhnya hidup ini adalah senda gurau, Kachan. SMA UA-lah yang telah menyebabkan kita jadi serius. Kalau kamu nggak setuju, aku bahkan ketawa.”

Kachan pun menjawab dengan gaya marah-marahnya, “HAAA KERASUKAN OPO KOWE??!

Sambil mengelurkan quirk-nya, Deku pun berkata, “Kalau hidup ini bukan permainan, kalau hidup ini bukan senda gurau, itu akan cepat membosankan. Kita semua membutuhkan hal-hal itu. Kukira.

“SAHAA MANEH???!!”

Tujuh: Seven Deadly Sins

Elizabeth yang sedang bucin-bucinnya dan menunggu Meliodas di perempatan jalan Kingdom of Camelot yang tak kunjung datang. Dengan menggunakan jaket baseball dan rambutnya yang digerai anggun, ia mbatin seperti Tsubasa, “Meliodas, aku rindu!”

Ternyata Elizabeth jatuh dari Boar Hat yang sedang berjalan karena ketiduran di pinggir bar.

Delapan: Kingdom

Di tengah-tengah pengejaran menuju Negara Zhao, Shin berhenti sejenak menghadap seribu pasukan kavaleri yang mulai kelelahan. Kyokai yang sudah mengelurkan segenap kemampuannya juga menunjukkan kelelahan yang teramat sangat. Shin dengan gelora di dada, membakar semangat pasukannya, “Jika Pasukan Zhao merasa hebat dengan mengaku Pasukan Berani Mati. Maka kita (Pasukan Xin) merasa hebat dengan menjadi Pasukan Berani Hidup!”

Sembilan: Domestic Girlfriend

Kali ini cerita kasih sayang Natsuo dan adik ketemu gede, Rui Tachibana. Tidak pernah tahu sang adik ini betapa sayangnya si kakak kepadanya. Hingga suatu saat, sedang ada acara kerja bakti di pekarangan kompleksnya, Rui menemukan puisi dari sang kakak. Puisi itu berbunyi, “Dik, jangan pergi jauh-jauh, kan ada darahku di tubuhmu.”

Sepuluh: Vinland Saga

Kala itu Canute sedang bangkit-bangkitnya karena diselamatkan oleh Thorfin dan Askelad dari kejaran Pasukan Thorkell. Dalam kering kerontang tanah Wales, Askelad berkata kepada Pangeran Canute, “Ambil tahta itu dan jadilan raja di seluruh dunia, Pangeran!”

Pangeran Canute pun menjawab, “Kalau aku jadi raja dunia yang harus mencintai seluruh rakyatnya, aduh, maaf, aku pasti tidak bisa karena aku cuma bangga dengan Britannia.”

Sebelas: Naruto

Ibu Negara Konoha itu pernah bucin kala memperlihatkan dirinya itu sungguh-sungguh mencintai Naruto. Ketika dalam duel sengit melawan Pein Akatsuki (bukan penerjemah subtitle film, ya!), Hinata dengan gigihnya berusaha membantu mas crush-nya yang sedang mode biju. Ia kemudian berkata, “Malam ini, kalau mau tidur, jangan ingat aku, ya!” sambil senyum-senyum berharap mas crush nimpali. “Tapi kalau mau, silakan.”

Kemudian Naruto yang sudah mulai sadar dan Kurama mengendurkan dirinya dalam tubuh Naruto pun berkata, “Jika kamu dihajar Pain Akatsuki, aku tak akan menolongmu. Sebab jika aku terluka, lalu siapa yang akan menjaga Sakura?”

Ambyar!

Dua Belas: Boruto, Naruto Next Generation

Sekarang anaknya Naruto sama Hinata, Buruto. Ia sedang berwisata masa lalu di Kuil Ryozenji dengan Sarada, anaknya Sasuke dan Sakura. Di tengah-tengah perbincangan, Boruto menegaskan bahwa ia ingin seperti Sasuke ketimbang Naruto. “Menjadi Hokage itu sibuk seperti ayah. Aku nggak mau, ah, mending mengembara sunyi di sudut-sudut sepi Konoha.”

Sarada pun tersenyum, di tengah doa yang khusyuk, ia membalas ucapan Boruto, “Jangan jadi Hokage. Berat. Kamu nggak akan kuat, biar aku saja.”

BACA JUGA Hubungan Dilan dan Milea Itu Bukan Relationship Goal tapi Toxic Relationship atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.

Exit mobile version