Kesawan, Malioboro Medan yang Penuh Sejarah dan Bikin Jatuh Cinta

Kesawan, Malioboro Medan yang Penuh Sejarah dan Bikin Jatuh Cinta

Kesawan, Malioboro Medan yang Penuh Sejarah dan Bikin Jatuh Cinta (unsplash.com)

Setiap kota besar di Indonesia kayaknya punya satu tempat yang bisa dibilang “ikon pusatnya kehidupan”. Kalau Jogja punya Malioboro, jalan yang selalu hidup dengan lampu, angkringan, dan suasana romantis, maka Medan punya Kesawan, kawasan bersejarah yang juga nggak kalah hidup dan penuh cerita.

Bedanya, kalau Malioboro itu lembut dan hangat kayak suasana sore di Jogja, Kesawan lebih tegas, rame, tapi punya pesona klasik yang elegan. Ibarat kata, vibes Malioboro kayak lagu akustik di angkringan, Kesawan seperti band rock lama yang masih legendaris: keras, tapi punya jiwa.

Kesawan, nadi sejarah dan kuliner Kota Medan

Kawasan Kesawan terletak di Jalan Ahmad Yani, tepat di jantung Kota Medan. Bagi warga lokal, nama ini bukan sekadar jalan, tapi pusat kehidupan klasik yang udah ada sejak masa kolonial Belanda.

Di sini berdiri gedung-gedung tua yang sampai sekarang masih gagah. Misalnya saja gedung London Sumatera. Gedung ini merupakan bangunan bergaya Eropa yang dulunya menjadi kantor perdagangan. Ada juga Tjong A Fie Mansion, sebuah rumah megah milik saudagar Tionghoa dermawan yang terkenal di masa lalu. Hingga restoran legendaris yang sudah eksis sejak zaman Belanda dan ramai sampai sekarang, Tip Top Restaurant.

Jadi jangan heran kalau kamu jalan di Kesawan Medan, suasananya kayak mesin waktu. Dari satu sisi kamu lihat bangunan kolonial klasik, tapi dari sisi lain ada kedai kopi modern dan mural warna-warni. Kesawan adalah tempat di mana masa lalu dan masa kini bertemu tanpa saling tabrakan.

Kalau Malioboro untuk jalan santai, Kesawan untuk nongkrong asyik

Beda suasana, tapi sama-sama hidup. Di Jogja, orang datang ke Malioboro untuk jalan santai sambil berbelanja batik dan menikmati angin malam. Sementara di Medan, orang datang ke Kesawan buat nongkrong, kulineran, dan menikmati suasana kota tua yang bertransformasi jadi pusat kreativitas anak muda.

Salah satu spot paling hits adalah Kesawan City Walk, area pedestrian yang dipenuhi deretan kuliner khas Medan. Mulai dari soto Medan, mie rebus, martabak Piring, sampai jajanan modern yang kekinian, semua bisa kamu temukan di sini. Malam-malam di Kesawan itu ramai, tapi bukan yang bikin sumpek. Ramai yang hidup dengan tawa, aroma makanan, dan musik jalanan.

Kuliner Kesawan, dari Tip Top sampai kaki lima

Kalau Malioboro punya gudeg dan angkringan Jogja, Kesawan Medan punya Tip Top Restaurant yang legendaris. Restoran ini udah berdiri sejak tahun 1929, dan sampai sekarang masih mempertahankan resep lama. Rotinya lembut, es krimnya homemade, dan suasananya klasik banget. Duduk di sini rasanya kayak balik ke masa kolonial, tapi dengan harga dan pelayanan zaman sekarang.

Selain Tip Top, di sepanjang Kesawan juga banyak jajanan jalanan yang nggak kalah menggoda. Ada nasi goreng Mawar, sate padang khas Medan, bakso legendaris, dan tentu saja, kopi Medan yang aromanya khas banget. Kalau kamu jalan malam-malam, suara wajan dan aroma masakan bakal bikin kamu susah menahan lapar walau perut udah kenyang.

Jejak sejarah di tengah modernitas

Kesawan juga menjadi bukti bahwa Medan bukan cuma kota besar yang sibuk, tapi juga punya akar sejarah yang dalam. Dari kawasan inilah dulu aktivitas ekonomi Deli dimulai. Para pedagang Belanda, India, Arab, dan Tionghoa berkumpul di sini, membentuk cikal bakal kota Medan modern.

Sampai sekarang, semangat itu masih terasa. Di balik gedung-gedung tua, muncul banyak kafe modern dan galeri seni. Anak muda Medan menjadikan Kesawan sebagai ruang kreatif, tempat nongkrong sekaligus tempat berkarya. Mungkin ini yang bikin Kesawan punya daya tarik kuat. Ia bukan hanya tempat untuk dilihat, tapi juga tempat untuk dirasakan.

Kesawan vs Malioboro: dua suasana, satu jiwa

Kalau kamu bandingkan, Malioboro dan Kesawan sebenarnya punya jiwa yang sama, sama-sama tempat orang berkumpul, berbagi cerita, dan menikmati kehidupan kota. Cuma bedanya, Malioboro lembut dan syahdu, sedangkan Kesawan berkarakter dan energik.

Malioboro cocok buat kamu yang suka suasana romantis, lampu jalan yang hangat, dan musik akustik pelan. Kesawan cocok buat kamu yang suka suasana ramai, aroma kopi, dan percakapan keras tapi hangat khas orang Medan. Dua-duanya bikin rindu, tapi dengan cara yang berbeda.

Kesawan Medan, jantung yang masih berdetak

Medan mungkin nggak punya Malioboro, tapi punya Kesawan, jalan yang menyimpan sejarah, budaya, dan kenangan di setiap sudutnya. Di sinilah Medan menunjukkan jati dirinya: keras di luar, tapi hangat di dalam. Tempat di mana masa lalu masih bernapas di tengah gedung-gedung tinggi dan lampu kota yang tak pernah padam.

Jadi kalau suatu hari kamu ke Medan, jangan cuma cari durian atau kopi. Datanglah ke Kesawan. Jalanlah pelan-pelan, hirup udara sore, dengar tawa pedagang dan musik jalanan. Karena di situlah kamu akan tahu, kalau Jogja punya Malioboro, Medan pun punya Kesawan. Dan keduanya sama-sama punya cara unik untuk membuatmu jatuh cinta.

Penulis: Zainura Afla Rambe
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Nonton Film Horor di Mall “Mati”: Pengalaman Unik di Mall Hermes Place Polonia Medan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version