Mau nyalahin Pendatang?
Rakyat yang disebut pendatang di Papua datang dengan tujuan mengadu nasib, bekerja, bahkan diantaranya ada yang ikhlas ingin berdakwah serta melakukan pengabdian untuk masyarakat pedalaman. Memberikan ilmu dan kasih sayang untuk meningkatkan pengetahuan warga Papua demi meningkatkan kesejahteraan hidup warga. Menggerakan perekonomian, mewarnai kehidupan, berbaur dengan warga lokal sampai ada yang menganggap Papua adalah rumahnya.
Tapi hari ini mereka terusir dan terbunuh di sana. Ditangan saudara bangsa sendiri, mereka bersimbah darah. Kehilangan harta, keluarga bahkan nyawa. Tak seorang manusiapun yang pantas ditimpa tragedi seperti mereka.
Mau nyalahin Orang Asli Papua?
Jangan kita menutup mata bahwa ada penindasan dan ketidakadilan yang menimpa mereka bertahun-tahun. Bagai hidup di ladang gandum, namun mati kelaparan. Kampung halaman digarap korporasi namun malah meminggirkan mereka dari nikmat hidup yang sewajarnya mereka peroleh sebagai warga asli. Hajat hidup mereka dikangkangi manusia rakus pemegang legalisasi.
Mereka terjajah di negeri sendiri. Sampai sebagian dari mereka tak tahan ingin melepaskan diri. Mereka ingin memegang kendali atas wilayah mereka dan menentukan nasibnya sendiri. Konflik antara mereka dengan Negara sudah berlangsung lama. Dan hari-hari ini mereka melakukan hal yang tidak manusiawi. Membantai saudara sebangsa sendiri tanpa ampun, brutal dan tak terkendali.
Tidak, saya tidak sedang memberikan pembenaran ataupun pemakluman terhadap perbuatan mereka. Tapi rasanya terlalu gegabah mengutuk mereka tanpa mencoba mengetahui latar belakang masalah. Apalagi ketika kita menarik tragedi ini ke ranah sentimen agama, suku atau hal yang berbau SARA lainnya. Karena banyak kesaksian yang saya baca bahwa yang dibantai adalah pendatang, yang tidak hanya beragama Islam. Pendatang yang tidak hanya berasal dari suku tertentu. Bahkan ada juga kesaksian bahwa ada beberapa orang asli Papua yang membantu menyelamatkan dan mengevakuasi para pendatang dari pembantaian.
Mau nyalahin Pemerintah?
PERCUMA….PERCUMAA…..PERCUMAAAA ???
Bahkan seorang Jokowi yang menang pemilu dengan telak di Papua pun belum terdengar suaranya. Baik gebrakan solusi pemecahan masalah maupun ucapan belasungkawa untuk warga yang tertumpah darahnya di tanah Papua.
Saya yakin beliau pun sedang kebingungan sekarang. Maju kena, mundur kena, berdiam diripun sama saja. Semua kepala menoleh kepada beliau. Semua mata menatap beliau. Menunggu gebrakan solusi dari orang yang didapuk pengagumnya sebagai putra reformasi.
Entah, apa maksud media yang malah mengabarkan aktivitasnya bersepeda ria. Yang bukan tidak mungkin malahan bisa menggores luka di hati para keluarga korban. Sungguh berita norak dan tidak bikin adem suasana.
Wajar jika ada warga awam yang membaca lalu beropini bahwa Sang Presiden tak sedang melirik konflik yang terjadi di berbagai daerah. Tak melihat bahwa ada segelintir warga yang mulai menghembuskan isu perang untuk membalas kemalangan warga daerahnya ataupun seruan ingin jihad di kalangan sebagian netizen yang tak kuasa melihat pembantaian saudaranya.
Kalau saya sedih mikirin negara lantas memilih bercanda dengan Panda itu sih B ajah, karena saya bukan siapa-siapa.
Wong Yasona saja yang seharusnya menjadi pembantu utama presiden dalam mengatasi masalah hukum dan HAM mundur begitu saja. Yasonna malah memilih jadi anggota badan yang lagi didemo mahasiswa. Mungkin baginya lebih enak ketiduran di dalam ruangan daripada dipaksa maju ke medan pertempuran. Mungkin loh ya. Untuk kepastiannya, ya silahkan tanya sendiri ke orangnya.
Terus salah siapa jadinya?
Salah saya? Salah kawan-kawan saya?
Kalau begini rasanya saya ingin berlari saja.
Mau ke pantai lalu belok ke hutan ya hayuks saja.
Lumayan lebih membakar kalori dibanding bersepeda!!! (*)
BACA JUGA Papua Oh Papua atau tulisan Aisha Rara lainnya. Follow Facebook Aisha Rara.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.