Sekitar bulan Agustus tahun lalu, saya mulai bekerja dekat pasar yang menjadi salah satu pusat oleh-oleh di Jogja, yaitu pasar Pathuk. Di sekitar pasar Pathuk bertebaran toko bakpia dengan beragam nama. Beberapa di antaranya menggunakan angka seperti Bakpia 75, 45, 25, 69, 99, dan ada juga yang menggunakan nama pemiliknya langsung.
Cita rasa yang disajikan pada masing-masing produsen bakpia tentu mempunyai ciri khas masing-masing. Ada yang bertekstur tebal pada kulitnya, tebal pada isinya, maupun tebal pada harganya. Bila menerangkan mboko siji tiap toko bakpia akan memakan waktu saya untuk menjelaskan pendapat saya mengenai jasa pengantar konsumen bakpia pathuk.
Seperti karyawan baru pada umumnya, awalnya saya hanya fokus bekerja tanpa memedulikan keadaan sekitar. Beberapa minggu kemudian saya mulai berkenalan dengan teman kerja yang beda tempat, tepatnya di seberang jalan namun masih satu owner.
Setelah beberapa kali, saya mendapati tiap orang asing yang hendak berjalan ke arah pasar Pathuk selalu dihampiri dan diajak ngobrol satu patah dua patah kata oleh seseorang. Akhirnya, saya bertanya pada teman kerja yang sudah cukup lama bekerja di sekitar pasar Pathuk. Blio lalu menjelaskan kepada saya mengenai kerja sampingan dengan membuka jasa pengantar konsumen bakpia yang bisa dilakoni siapa saja, kecuali si empunya toko dan pegawai toko bakpia itu sendiri.
Beberapa orang seperti tukang parkir, preman pasar, tukang becak, karyawan, hingga orang yang bekerja di dekat pasar akan dengan sigap menghampiri para wisatawan dan mengajukan pertanyaan yang intinya sama, “Mohon maaf, mau ke mana, ya?”
Ketika wisatawan itu menerangkan bahwa dirinya sedang mencari oleh-oleh, maka jasa pengantar bakpia otomatis akan mengarahkan para wisatawan untuk membeli bakpia ke toko yang memberi mereka komisi. Tanpa ada paksaan, para pengantar hanya menjelaskan tentu dengan beberapa kata-kata promosi agar wisatawan tertarik dan bersedia diantar ke toko bakpia langsung.
Dalam hal ini, produsen bakpia telah mampu menerapkan strategi pemasaran dengan baik, di mana pihak produsen mengajak komponen eksternal untuk ikut berkontribusi. Salah satunya peran masyarakat sekitar dalam memasarkan produk yang dibuat oleh produsen tersebut.
Masyarakat yang berhasil mengantarkan konsumen ke toko akan mendapat komisi Rp5.000 per kotak bakpia yang konsumen beli. Jadi, tergantung jumlah bakpia yang dibeli konsumen. Semakin banyak konsumen membeli, maka semakin lumayan juga komisi yang didapatkan si jasa pengantar.
Selain itu, ada dua hal yang bisa kita pelajari saat melakoni kerja sampingan menjadi pengantar ke toko bakpia. Hal tersebut saya kira tidak disadari oleh masyarakat karena mereka cenderung lebih fokus pada insentif yang didapat dari kerja sampingan tersebut.
Pelajaran pertama adalah proses pemasaran (marketing) yang dilakukan oleh masyarakat sewaktu menjelaskan keunggulan bakpia yang hendak dituju. Sebenarnya gampang-gampang susah meyakinkan minat konsumen untuk membeli di satu toko bakpia yang berani memberikan bonus komisi kepada pengantarnya. Seperti yang kita ketahui, di sana banyak bermacam-macam toko lain, sehingga persaingan bisnis yang terjadi semakin ketat. Dalam situasi tersebut, konsumen memiliki lebih banyak opsi oleh-oleh untuk dibawa ke daerah asal. Dengan demikian, peranan para pengantar juga penting dalam memberikan penjelasan terkait kualitas yang dimiliki oleh toko bakpia tersebut. “Ke bakpia situ saja, Bu. Rasanya terjamin anjim banget.”
Sedangkan pelajaran kedua adalah kepedulian sosial terhadap orang asing yang terlihat celingak-celinguk kebingungan. Dengan adanya program pemberian komisi pada tiap jasa pengantar konsumen bakpia itu, masyarakat menjadi lebih melek kepada orang asing. Meskipun memang tidak semua orang yang kelihatan bingung mencari sesuatu itu sedang mencari toko oleh-oleh.
Tapi justru itulah sebab terciptanya kepedulian sosial. Di mana penduduk di sekitar pasar Pathuk menjadi ramah kepada orang asing. Hal ini memudahkan pemuda tersesat atau siapa saja yang kesasar tak perlu pusing-pusing mikirin peribahasa yang berbunyi “Malu bertanya sesat dijalan”. Bagaimana tidak, tanpa mereka bertanya dahulu orang-orang sekitar pasar sudah menyodorkan pertanyaan tentang maksud kedatangan mereka. Kurang enak piye jal?
Dari tulisan ini juga saya berharap dapat menginformasikan bahwa ketika Anda sedang berada di sekitar pasar Pathuk dan ada orang yang mengikuti kemudian bertanya, mereka adalah orang baik bukan klitih yang ingin membacok Anda. Terakhir, maaf kepada seluruh wisatawan yang kurang nyaman kalau sedang dibuntuti seseorang yang merupakan pengantar jasa konsumen bakpia. Harap maklum, sejak pandemi ini banyak yang randedet randue yang.
BACA JUGA Tipe Kepribadian Pendatang di Jogja dari Merek Bakpia yang Dibeli dan tulisan Muhammad Mawin Asif Hakiki lainnya.