Kereta Panoramic memang cantik dan unik, tapi syarat dan ketentuan berlaku.
Saya sangat suka naik transportasi umum. Saking sukanya, kalau sedang libur kerja dan bosan di rumah, saya akan berkeliling Surabaya dengan Suroboyo Bus atau Transsemanggi tanpa tujuan. Saya hanya duduk di dalam bus sambil baca buku atau sekedar melamun sambil melihat pemandangan. Itu healing terbaik bagi saya.
Oleh karena itu, saat mengetahui PT KAI memiliki layanan gerbong panoramic atau biasa disebut kereta panoramic, saya semangat untuk mencobanya. Gerbong kereta panoramic didesain dengan tampilan kaca-kaca lebar. Fungsinya, agar penumpang dapat leluasa melihat panorama alam selama perjalanan.
Jujur saja, sebelum mencoba kereta panoramic, saya sudah membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan menarik. Akan tetapi, semua keindahan yang sudah saya imajinasikan tersebut pudar saat saya sudah berada di dalam kereta. Tentu saja ini bukan salah PT KAI, mungkin memang salah saya sendiri lantaran berekspektasi terlalu tinggi. Di bawah ini beberapa kekecewaan yang saya rasakan:
Daftar Isi
- #1 Gerbong cantik dan layanan baik. Wajar, harga tiketnya selangit
- #2 Gerbong kereta panoramic memang cantik, tapi pandangan terbatas
- #3 Kursi bisa diputar 360 derajat, tapi…
- #4 Kereta panoramic memang cantik, tapi silau
- #5 Tidak memiliki bagasi atas bikin repot
- #6 Sedikit tips untuk kamu yang akan naik kereta panoramic
#1 Gerbong cantik dan layanan baik. Wajar, harga tiketnya selangit
Gerbong panoramic berada dalam satu rangkaian dengan kereta Argo Wilis atau Turangga, tergantung tujuan kita mau ke mana. Oleh karena itu, dari segi waktu tempuh, tidak ada bedanya naik kereta panoramic seharga Rp1,2 juta dari Surabaya ke Bandung dengan naik kereta Argo Wilis kelas eksekutif seharga Rp600.000 dengan tujuan yang sama. Perbedaan utamanya ada pada interior, fasilitas, dan pelayanannya.
Gerbong kereta panoramic dibuat cantik dengan gaya klasik, kursinya tebal dengan lapisan berbahan kulit berwarna maroon untuk mendukung kesan klasik dan mewah. Jarak antar kursinya lebar. Bagian depan kursi dilengkapi footrest agar kaki tidak capek. Lalu ada colokan listrik di samping kursi yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi daya ponsel, tapi jangan digunakan untuk menyalakan rice cooker, ya. Penumpang kereta panoramic tidak perlu takut kelaparan karena setiap tiket yang dibeli sudah termasuk makanan dan minuman.
Di bagian depan gerbong kereta terdapat layar lebar yang bisa dipakai untuk memutar video. Setiap melewati objek tertentu, petugas di kereta akan menginformasikan tentang tempat tersebut kepada penumpang. Ya, konsepnya mirip bus wisata.
Pada bagian pintu belakang gerbong panoramic terdapat mini bar yang menyediakan minuman seperti teh, kopi, dan jus kemasan. Tepat di sebelah mini barnya ada toilet yang luas, kira-kira dua kali lipat ukuran toilet kereta api standar.
Secara tampilan, kereta panoramic memang cantik dengan pelayanan yang baik. Akan tetapi, saya tidak begitu terkesan dengan hal tersebut mengingat harga tiketnya yang memang mahal. Menurut saya, wajar saja kalau interior dan pelayanannya bagus.
#2 Gerbong kereta panoramic memang cantik, tapi pandangan terbatas
Ketika naik kereta ini, saya merasa agak kecewa. Keinginan saya naik kereta panoramic agar bisa melamun sambil melihat pemandangan alam secara leluasa ternyata tidak tercapai. Saya duduk di kursi 6A, tepat di sebelah jendela, tapi saya kurang puas melihat pemandangan di luar. Sebabnya, pandangan saya terhalang oleh teralis atau sekat kaca.
Jadi begini, gerbong kereta panoramic tidak full kaca seperti akuarium, tapi setiap dua kursi ada sekatnya. Nah, lantaran saya duduk di kursi genap, pandangan mata saya terhalang oleh sekat tersebut. Akhirnya saya tidak bisa melihat pemandangan dengan bebas, rasanya malah seperti tidak ada bedanya melihat pemandangan dari gerbong panoramic dan gerbong eksekutif.
Memang sih, di bagian atas gerbong panoramic diberi kaca agar penumpang bisa melihat pemandangan bagian atas, tapi kacanya kecil dengan bentuk memanjang sehingga kurang enak digunakan untuk melihat langit. Bahkan, menurut saya, lebih lega melihat langit dari sunroof mobil ketimbang gerbong kereta panoramic.
Baca halaman selanjutnya: Kursi bisa diputar …
#3 Kursi bisa diputar 360 derajat, tapi…
Kursi pada kereta panoramic sebenarnya bisa diputar 360 derajat. Jika ingin melihat panorama alam leluasa bisa memutar kursi menghadap jendela. Sayangnya, kursinya tidak bisa diputar satuan. Sebagai contoh, ketika saya duduk di kursi nomor 6A dan memutar kursinya, maka kursi di sebelah saya (6B) ikut berputar. Kalau penumpang sebelah adalah saudara atau teman kita sih enak-enak saja meminta izin memutar kursi. Kalau orang lain kan sungkan juga. Masa kita harus merepotkan penumpang lain hanya untuk melihat pemandangan alam?
#4 Kereta panoramic memang cantik, tapi silau
Kalau melihat gambar yang beredar di internet, kereta panoramic dengan kaca-kaca yang besar menimbulkan kesan panas bagi penumpang. Nyatanya, suasana di dalam kereta nggak panas sama sekali kok karena ada AC. Rasanya ya seperti kalau kita naik mobil dengan pelindung kaca solargard gitu. Hanya saja, Hanya saja, kita tetap akan merasa silau dan ujung-ujungnya tidak bisa tidur karena sengatan cahaya matahari.
Kalau naik kereta panoramic dari Surabaya ke Jogja dengan jadwal pagi hari dan jarak tempuh hanya empat jam sih nggak masalah silau sebentar. Masalahnya saya naik dari Surabaya ke Bandung dengan perjalanan lebih dari 10 jam, Gaes. Alih-alih menikmati pemandangan alam, saya malah merasa seperti sedang menantang matahari, lama-lama sakit mata juga.
Sebenarnya kita bisa menutup tirainya sih, tapi sekali lagi, kalau kita tutup tirai sementara penumpang sebelah ingin melihat pemandangan, saya bisa apa? Masa ribut sama penumpang sebelah perkara tirai kan nggak lucu.
#5 Tidak memiliki bagasi atas bikin repot
Masalah lainnya yang mungkin akan timbul ketika naik kereta ini adalah tidak ada bagasi atas pada gerbong kereta. Jelas hal ini akan merepotkan mereka yang bepergian dengan banyak bawaan. Koper atau tas biasanya ditaruh di dekat kaki yang otomatis mempersempit ruang gerak kaki. Sebenarnya ada bagasi yang ada di setiap belakang gerbong, tapi akan sedikit merepotkan kalau penumpang akan turun. Selain itu, ada rasa was-was juga karena kopernya jauh dari pengawasan.
#6 Sedikit tips untuk kamu yang akan naik kereta panoramic
Kereta panoramic ini memang tidak didesain untuk kaum mendang-mending. Dengan uang Rp1,2 juta sebenarnya kurang worth to buy untuk melihat pemandangan alam yang masih bisa kita lihat di gerbong eksekutif. Apalagi kursi kedua jenis gerbong itu sama-sama empuknya.
Akan tetapi, kalau memang uang bukan masalah buat kalian. Saran saya, kalau ingin membeli tiket kereta panoramic pilihlah kursi di nomor paling belakang agar view-nya lebar. Kalian akan lebih puas memandangi panorama alam. Kalau ingin duduk di dekat jendela pilih huruf A dan D, karena yang C dan B posisinya ada di lorong. Selain itu, pastikan membawa penutup mata supaya bisa tidur tanpa silau.
Sekian dulu dari saya, semoga membantu.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Kursi Prioritas KRL Jogja-Solo, Cara Mudah Menguji Empati Seseorang
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.