Sebenernya kereta Matarmaja banyak kekurangannya. Tapi, kereta ekonomi ini tetap jadi primadona kebanyakan orang.
Beberapa hari lalu, saya pergi ke Bromo untuk sekadar refreshing dan cari angin. Untuk menuju ke sana, saya memutuskan naik kereta api. Saya pun naik kereta api dari Stasiun Semarang Tawang dengan tujuan akhir Stasiun Kepanjen. Berhubung bujet saya mepet, tentu saja saya memilih naik kereta api ekonomi yang terjangkau, yakni KA Matarmaja.
Disebut Matarmaja karena kereta ini merupakan singkatan dari Malang, Blitar, Madiun, dan Jakarta. Kereta Matarmaja termasuk kereta jarak jauh yang sudah ada sejak tahun 80-an. Hingga saat ini, kereta ekonomi ini masih jadi andalan banyak orang untuk bepergian, khususnya buat kaum mendang-mending kayak saya.
Daftar Isi
Bangku tegak bikin punggung menangis sepanjang jalan
Kereta Matarmaja merupakan kereta api yang rangkaian gerbongnya full membawa kereta ekonomi. Jarang sekali yang membawa gerbong eksekutif. Kalau nggak salah ingat, pada mudik tahun 2022 kemarin, kereta ini sempat membawa gerbong eksekutif. Namun di hari-hari biasa, kereta ini hanya berisikan gerbong ekonomi.
Tentu saja yang namanya ekonomi, kita nggak bisa berharap lebih dari kereta ini. Saat pergi ke Bromo kemarin, punggung saya dibuat menangis sepanjang perjalanan karena bangku penumpang kereta Matarmaja masih tegak lurus. Kayaknya kereta ini belum kebagian ganti kursi ekonomi terbaru makanya bangkunya belum nyaman. Sudah gitu, bangku yang berhadapan bikin badan makin kaku.
Baca halaman selanjutnya: Ada AC tapi nggak dingin…
Ada AC tapi nggak terasa dingin
Seperti yang kita tahu, kereta ekonomi identik dengan ndusel-nduselan alias ramainya minta ampun. Saking ramainya, kemarin waktu saya naik kereta Matarmaja sampai nggak kerasa AC-nya. Entah karena cuacanya yang lagi panas atau memang AC-nya kurang oke, yang jelas bagi penumpang yang gampang engap pasti nggak nyaman banget. Tapi kalau kalian sudah biasa panas-panasan sih kayaknya nggak masalah.
Kereta Matarmaja berjalan santai sampai tujuan
Dibandingkan kereta api lainnya yang memiliki tujuan akhir kota-kota di Jawa Timur, menurut saya, kereta Matarmaja ini cukup lambat. Mungkin karena kereta ekonomi berhenti di banyak stasiun, ya. Perjalanan dari Semarang ke Malang dengan kereta ini saya lalui hampir 8 jam. Beda dengan KA Brawijaya yang memiliki waktu tempuh 6 jam.
Meskipun lama di perjalanan, penumpang bisa melihat pemandangan indah sepanjang jalan. Mulai dari persawahan hingga rimbunan pepohonan.
Kekeluargaan sangat terasa dalam kereta Matarmaja
Kereta ekonomi identik dengan duduk berdempetan. Penumpang bakalan beradu dengku dan bahu di sini. Itulah yang membuat suasana yang awalnya canggung, perlahan mulai mencair. Penumpang yang awalnya sungkan, jadi bisa bercerita sepanjang perjalanan. Pokoknya kalau naik kereta ekonomi satu ini, siap-siap bakal ditemani celotehan penumpang samping kanan kiri sepanjang jalan, deh.
Meski banyak kekurangannya, kereta Matarmaja tetap akan menjadi primadona. Kereta ini punya trayek yang sangat jauh dan panjang. Orang-orang yang lebih suka menggunakan kereta ketimbang bus juga saya yakin bakal memilih moda transportasi satu ini. Tapi bisa kali ya kalau kereta ekonomi satu ini dapat jatah kursi yang baru? Biar penumpang yang naik nggak cenat-cenut lagi. Pegel juga, Bos!
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Matarmaja, Kereta Kebanggaan Warga Jawa Timur.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.