Daftar Isi
Leluhur Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh
Jalur yang menarik bagi SS adalah jalur Batavia-Bandung. Ini karena Bandung adalah kantor pusat SS dan menguntungkan karena ramai. Makanya SS harus menyediakan kereta terbaiknya.
Tapi kendalanya, jalur Bandung itu berupa pegunungan, jadi kereta nggak bisa diajak ngebut. SS mengakali dengan menghitung berdasarkan waktu tempuh bukan kecepatan, yaitu nggak boleh lebih dari 3 jam. Maka, SS meluncurkan 4 kereta express Batavia-Bandung pada 1939 yang punya waktu tempuh 2,5 jam. Inilah buyut dari Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh.
Tradisi kereta cepat Jakarta Bandung berlanjut ke masa PJKA. Kereta Parahyangan muncul dengan loko diesel BB 301-nya dan jadi kereta favorit penumpang rute Jakarta-Bandung karena perjalanannya selalu diutamakan. Kemudian, Parahyangan dipercepat lagi dengan mengganti loko yang lebih baru, yakni CC 201. Waktu tempuhnya jadi 2 jam 21 menit.
Ambisi yang nggak pernah padam
Walaupun kondisi serba terbatas, obsesi pada kecepatan nggak pernah padam. Ambisi yang kemudian “agak memaksa” kelahiran Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh.
Pada 1995, Perumka mewujudkan ambisi kereta tercepat Jakarta ke Surabaya dengan menghadirkan Argo Bromo. Ini adalah kereta eksekutif yang punya waktu tempuh 9 jam.
Argo Bromo sedikit banyak mengubah gambaran perkeretaapian Indonesia yang awalnya terkesan lambat dan kumuh. Lokomotif CC 203 juga dipesan khusus dari Amerika biar bisa diajak berlari 120 kilometer per jam serta armada kereta terbaru dipesan dari PT INKA, Madiun. Kemudian muncul brand-brand Argo lain yang menawarkan kenyamanan juga kecepatan.
Hadirnya lokomotif canggih CC 206 dan selesainya pembangunan double track di seluruh Jawa, juga memungkinkan untuk mempersingkat waktu tempuh perjalanan kereta api. PT KAI mulai melakukan uji coba untuk menaikkan kecepatan dari 120 kilometer per jam menjadi 160 kilometer per jam. Tapi ini perlu kajian dan uji coba lebih lanjut, apalagi ini menyangkut keselamatan perjalanan kereta api itu sendiri.
Dari ambisi menjadi obsesi
Obsesi untuk selalu jadi yang tercepat terus hidup dalam perkeretaapian Indonesia yang terbukti dengan adanya Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh. Walau ini adalah sebuah momen penting dalam satu setengah abad lebih kereta api hadir di Nusantara, tapi kebermanfaatannya masih sangat minim. Sudah begitu kerugiannya bisa sampai kiamat, kata Faisal Basri.
Pemerintah lebih baik melakukan pemerataan transportasi umum di seluruh Indonesia dulu baru membangun proyek semacam Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh. Saya sepakat dengan pendapat Mbak Tiara Uci di dalam tulisannya bahwa negara yang maju adalah negara yang punya transportasi umum yang baik dan terhubung ke semua wilayahnya.
Apakah obsesi kereta cepat ini akan sampai ke kota lain di Pulau Jawa dan luar Jawa? Biar waktu yang menjawab.
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.