Kereta Cepat Jakarta Bandung Tembus Surabaya Menyimpan “Horor” di Masa Depan

Ilustrasi Horor Kereta Cepat Jakarta Bandung yang Bakal Tembus Surabaya (Pixabay)

Ilustrasi Horor Kereta Cepat Jakarta Bandung yang Bakal Tembus Surabaya (Pixabay)

Jika semua berjalan sesuai rencana, kereta cepat Jakarta Bandung akan beroperasi pada pertengahan 2023. Proyek ambisius itu belum juga berjalan, muncul wacana bahwa jalur kereta cepat akan dilanjutkan sampai tembus ke Surabaya. Berbagai keresahan langsung muncul.

Beberapa keresahan yang saya temukan antara lain masalah mobilitas penduduk dan pemerataan pembangunan. Seperti yang sama-sama kita pahami, dampak dari pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung belum terukur. Oleh sebab itu, ketika dampaknya terhadap mobilitas masyarakat dan pemerataan pembangunan belum terukur, bukankah aneh jika pembangunannya diteruskan sampai Surabaya?

Belum lagi kalau kita memikirkan pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa. Apakah membangun jalur kereta cepat tembus Surabaya itu sebuah prioritas? Akses di luar Pulau Jawa saja masih berantakan.

Kecepatan bukan solusi

Iya, Pulau Jawa memang menampung paling banyak penduduk Indonesia. Jakarta, Bandung, dan Surabaya adalah kota besar dengan jumlah penduduk yang juga besar. Faktanya, kendaraan pribadi masih menjadi moda paling favorit. Sebuah fakta yang membuat kemacetan di momen-momen tertentu tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu, moda transportasi massal memang dibutuhkan. Salah satunya adalah kereta cepat Jakarta Bandung.

Harapannya, kecepatan menjadi salah satu solusi memecah kemacetan. Apalagi ketika jalur kereta cepat akan diteruskan sampai Surabaya. Namun, ada banyak aspek yang perlu disentuh selain memikirkan kecepatan saja.

Sederhana saja. Seberapa sempurna kereta cepat Jakarta Bandung yang akan dilanjut sampai Surabaya? Proyek yang pertama saja belum ada uji dan evaluasi, kenapa nekat lanjut ke ujung timur Pulau Jawa? Ngebet banget, sih? 

Menurut saya, kondisi kereta api jarak jauh saat ini sebenarnya sudah memadai. Namun, dari pengamatan di berbagai media, salah satu hal yang dikeluhkan adalah kualitas layanan. Secara spesifik, misalnya, kursi untuk kereta ekonomi. Masih banyak yang merasa kursi ekonomi untuk jarak jauh itu sangat menyiksa punggung. Meningkatkan kualitas dari hal-hal kecil seperti ini yang kadang terlalu lama untuk dilakukan.

Pertimbangkan juga soal ongkos, dong

Kedua, selain kecepatan, ongkos perjalanan kereta cepat Jakarta Bandung yang lanjut ke Surabaya, kemungkinan, sulit dijangkau orang kebanyakan. Okelah, fasilitas kereta cepat ini pasti akan jauh lebih oke dan canggih. Selain itu, ceruk pasar moda ini jelas bukan ceruk yang sangat besar.

Namun, menurut saya, kita juga harus memikirkan sebuah moda transportasi massal yang murah dan nyaman. Ini kalau kita mau meminggirkan dulu aspek kecepatan. 

Jangankan kereta cepat Jakarta Bandung tembus Surabaya, kebanyakan orang masih harus berpikir dua kali untuk menggunakan kereta api jarak jauh tipe eksekutif, apalagi luxury. Masih banyak yang hanya bisa membayar ongkos ekonomi, paling banter bisnis. Dan mereka-mereka ini yang kadang kehilangan rasa nyaman. 

Duh, bahkan ada kereta eksekutif yang kursinya sudah agak rusak; sedikit miring, berderit, dan kadang sandaran kepala susah diatur. Di masa mudik, misalnya, para perantau rela berebut kelas ekonomi dan berdesakan di dalamnya agar mampu menyisihkan lebih banyak uang di kampung halaman.

Moda transportasi laut apa kabar?

Kalau soal kecepatan, pesawat terbang masih menjadi pilihan ideal. Setiap kota besar memiliki bandaranya masing-masing. Namun, untuk moda ini juga perlu perbaikan besar-besaran. Mulai dari manajerial maskapai, pengawasan, dan fasilitas penunjang sehingga layanan penerbangan di Pulau Jawa lebih memuaskan konsumen. Salah satu aspek yang banyak dikeluhkan adalah keterlambatan.  

Menurut saya, sebagai negara kepulauan, sudah terdengar aneh ketika proyek kereta cepat Jakarta Bandung tembus Surabaya terlihat lebih penting daripada proyek transportasi lainnya. Masalah mobilitas tidak hanya dialami oleh masyarakat di Pulau Jawa, tetapi juga mereka yang berusaha menyeberang ke pulau lain. 

Layanan transportasi kapal laut masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Bahkan kadang terlihat dianaktirikan dibandingkan proyek transportasi lainnya. Tidak heran jika masyarakat masih enggan bermukim bahkan skeptis dengan kondisi di luar Pulau Jawa ketika melihat aksesnya saja belum mendukung. Sementara itu, Pulau Jawa bakal dibuat “semakin seksi” dengan kereta cepatnya.

Indonesia masih negara maritim, kan?

Jika semboyan negara ini memang negara maritim, transportasi laut adalah salah satu proyek yang harus diutamakan. Jika negara ini menganggap laut sebagai pemersatu bukan pemisah, alat untuk menyeberanginya juga harus tangguh. Kalau masih begini saja, masalah moda transportasi massal hanya jadi horor yang tak terjawab. Mau sampai kapan?

Tugas besar pemerataan pembangunan tentu tidak hanya didukung dengan bangunan-bangunan yang megah di pulau tujuan, tetapi juga kemudahan akses untuk mencapainya. Kemudahan akses juga tidak hanya sekadar jalan yang mulus atau transportasi yang cepat. Faktor lain seperti keamanan, kelayakan, biaya yang terjangkau, dan efisiensinya harus diwujudkan.

Penulis: Ahmad Sulton Ghozali

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version