Orang boleh jadi nggak kenal nama-nama tetangganya, tapi pasti tahu Kangen Band. Band ini adalah band yang bisa dibilang paling dikenal selama dua dekade belakangan, entah dalam tone yang positif atau negatif. Tapi, tak mengagetkan juga jika mereka terkenal, sebab mereka cukup produktif. Dari gosip yang beredar, mereka menciptakan 472 lagu. Kira-kira sama banyaknya dengan nama-nama kebijakan pemerintah yang sering gonta-ganti.
Dari banyaknya lagu, yang kalian tidak sadari Kangen Band seringkali menggunakan kata “bintang” pada beberapa lagunya. Total delapan lagu yang mengandung kata bintang, lagu tersebut yakni “Bintang 14 Hari”, “Cinta Yang Sempurna”, “Doi”, “Selingkuh”, “Kembali Pulang”, “Bintang Jatuh”, “Adakah Jawabnya”, dan “Tentang Bintang”. Entah mengapa saya bingung kenapa Kangen Band suka menggunakan kata bintang pada lagunya. Saya mencoba mulai mencari dan membaca pada lagu “Tentang Bintang”, eh bukanya jawaban yang saya dapat tapi justru perasaan mellow yang menggeliat. Sebab, emang nggak membahas bintang sama sekali.
Apakah Kota Bandar Lampung sendiri memiliki spot bintang yang bagus, sehingga Kangen Band terinspirasi dari keindahan tersebut untuk membuat lagu dengan banyak menggunakan kata bintang. Menurut saya tidak, karena biasanya spot melihat bintang adalah di padang sabana yang minim polusi. Sedangkan Lampung sendiri kota industri dan merupakan jalur perdagangan sehingga tidak mungkin minim polusi, jadi lebih cocok disebut kota begal aja. Menggunakan bintang sebagai bentuk personifikasi dan hiperbola dari sebuah lagu memang sudah biasa digunakan, namun jika digunakan berulang-ulang justru membuat eneg untuk didengar.
Kebingungan saya membawa ke kolom pencarian Google untuk mencari mengapa Kangen Band banyak menggunakan kata bintang. Namun, bukannya jawaban yang saya temukan, tetapi justru hal yang patut diapresiasi. Ternyata lagu lagu Kangen Band ini dijadikan subjek penelitian internasional dengan artikel yang berjudul “Longing Band Play at Beautiful Hope” yang kemudian dirilis di International Journal of Cultural Studies edisi Mei 2013. Selain penelitian luar negeri ternyata ada juga skripsi dari Mahasiswa Universitas Airlangga yang meneliti lirik lagu Kangen Band dengan judul Analisis Gaya Bahasa Pada Kumpulan Lagu “Doi” Kangen Band. Untuk ukuran band yang sering di-bully dan dikatain alay bisa menjadi objek penelitian sungguh sangat bagus, ternyata banyak orang yang menaruh perhatian dengan band ini.
Lirik lirik lagu Kangen Band memang sungguh sangat bagus, kebanyakan mengisahkan keputusasaan dalam bercinta, yang kata netizen dikemas dengan poni miring, celana ngondoy, kepala gesper besar, dan t-shirts berwarna cerah. Namun, percayalah, dengan lirik puitis tersebut mampu menyihir pendengarnya, yang bahkan nggak hafal lagunya bisa ikut menyanyi. Kalau saya bilang penulisan lirik lagu lagu Kangen Band ini sudah mencapai level makrifat. Sehingga saya berkesimpulan ciri ciri orang munafik ada empat, pertama jika berkata dia dusta, kedua jika berjanji, dia ingkar, ketiga jika diberi amanat dia khianat, dan yang keempat jika dengar lagu Kangen Band dia pura pura nggak hafal lirik.
Di balik itu semua, kenapa justru banyak yang mencaci band ini, dibilang band alay, kampungan, selera musik rendahan, dan masih banyak lagi. Menurut saya sendiri justru menampik stigma tersebut. Andika (vokalis Kangen Band) emang bisa nyanyi, suara dia emang bagus dari sananya, dia lahir dengan bakat nyanyi, dari musik. Tapi, cuma style mereka, daan fisik personelnya nggak sesuai dengan standar orang-orang yang kebanyakan menilai penyanyi dari penampilannya.
Ah, biarkan pertanyaan itu dijawab oleh orang yang mau menjawabnya. Yang jelas, kalau sekali lagi Kangen masih bikin lagu pake kata bintang, sebaiknya Pak Jokowi berbuat sesuatu. Contohnya? Ya ndak tau, kok tanya saya.
BACA JUGA ‘Juminten’ Adalah Lagu Kangen Band Paling Tidak Masuk Akal dan tulisan Wikan Agung Nugroho.