Sering sekali saya mendengar kalimat larangan untuk memberi makan kucing liar yang datang ke rumah. Alasannya klasik, kalau memberi makan satu kucing, nanti di lain hari akan ada banyak kucing lain yang berdatangan. Tapi alasan seperti itu nggak sepenuhnya salah, soalnya prasangka kayak gitu memang akurat dan sudah terjadi di mana-mana. Bahkan fenomena kucing liar yang kemudian bawa pasukan di lain hari ini kerap dijadikan meme dan diiyakan dengan segenap kesungguhan oleh banyak orang.
Dulu di rumah saya pun begitu. Ada satu kucing yang main, lalu saya beri makan. Eh, di hari berikut nambah personel, dan hari berikutnya lagi jumlah anggota kucing liar yang berlangganan nebeng makan di rumah terus bertambah. Hingga kini, kucing yang tiap hari silaturahmi untuk makan di rumah saya ada sekitar 10-20 ekor. Kucing yang datang bukan hanya preman kompleks rumah saya bersama pengikutnya, melainkan dari kompleks sebelah sampai RW sebelah pun suka mampir berkunjung.
Awalnya saya termasuk manusia yang gumunan dengan fenomena semacam ini. Kenapa sih kucing-kucing ini bisa tahu kalau di teras rumah saya selalu tersedia dryfood dan air minum bersih? Padahal tembok dan pagar rumah saya lumayan tinggi, lho. Selain itu, banyak juga kucing sakit yang berdatangan ke rumah seolah rumah saya itu klinik gratis yang diakomodasi oleh pemerintah. Banyak sekali kucing yang sakit tiba-tiba sudah stay di teras dan nggak mau pergi. Sakitnya pun bermacam-macam, mulai dari sakit ringan hingga sakit parah seperti sakit ginjal.
“Cieh, kucing kok bisa sakit ginjal!” Begitulah komentar para netizen. Yaelah, memangnya yang bisa sakit itu manusia doang?
Dulu saya kira jaringan komunikasi antarkucing ini canggih sekali. Info apa pun segera cepat menyebar seperti halnya hoaks yang sering beredar di masyarakat kita. Tapi, memang sih dalam dunia perkucingan ini mereka punya bahasa sendiri dalam berkomunikasi.
Bagi orang-orang yang sering nonton animal communicator ngobrol sama kucing, mereka bakal mengerti ternyata kucing punya bahasa dan unek-unek layaknya manusia. Kitanya saja yang nggak ngerti, tahunya mereka meong-meong doang kayak kucing. Ternyata pada dasarnya nggak cuma manusia yang punya hobi gibah, kaum kucing pun memiliki tabiat yang sama. Pantas saja kalau ada info manusia yang bisa diporotin makanannya, mereka bakal bergerak cepat berbondong-bondong menuju TKP.
Percaya atau nggak, namun sebagian besar cat lovers percaya akan hal ini. Bahkan, cara tercepat mencari kucing yang suka minggat dan lupa jalan pulang itu adalah dengan ngobrol sama kucing liar. Kita bisa minta tolong pada kucing liar agar pesan kita disampaikan pada kucing peliharaan kita yang nggak pulang-pulang. Kelihatannya konyol, tapi nyatanya ini mujarab sekali! Kita nggak perlu capek-capek keliling kompleks sambil teriak-teriak, eh nggak lama si kucing pulang sendiri. Saya pernah mempraktikannya sendiri, lho.
Kita tentu sudah tahu ya bahwa hidup menjadi kucing liar itu bukan perkara yang mudah. Berat, Gaes. Hidup di jalanan, ditolak sana sini, nggak punya duit buat beli ikan pindang, masih harus menghidupi anak padahal lakinya malah minggat cari betina lain. Hadeh. Terlebih kasus abuse terhadap kucing liar juga masih sangat tinggi sekali.
Makanya ketika ada satu kucing liar yang dapat makanan gratis dari manusia baik, mereka mencoba untuk berbagi keberuntungan dengan kawan-kawan seperjuangan yang lain. Biar teman-temannya nggak hanya memakan makanan sisa di tong sampah. Kadang pas nggak ada kerjaan saya suka mikir, ternyata para kucing ini punya sifat welas asih juga ya ke sesama kucing. Mereka nggak egois atau serakah dengan menikmati kemudahan dalam memperdaya manusia sendirian.
Saat kita membagi makanan kepada para kucing malang yang kurang beruntung, maka hari berikutnya kucing itu akan datang dengan membawa pasukan. Yang mereka bawa nggak hanya kucing liar lainnya, tapi juga malaikat pembawa rezeki. Konsep semacam ini memang belum ada penelitian ilmiahnya, tapi kebanyakan orang percaya dengan teori semacam ini.