Kena Nutmeg Saat Bermain Sepak Bola Itu Lebih Menyebalkan Dibanding Kalah Saat Bertanding

nutmeg Lionel Messi tarkam sepakbola anak-anak mojok.co

nutmeg Lionel Messi tarkam sepakbola anak-anak mojok.co

Barangkali bagi saya, teman-teman, mungkin juga kebanyakan orang, sepak bola adalah olahraga yang terbilang sederhana dan sangat menyenangkan saat dimainkan. Main di lapangan tanpa sepatu pun jadi. Bahkan, tanpa gawang dengan ukuran tidak pasti pun tetap bisa dimainkan. Seperti saya juga kebanyakan orang lainnya yang pada masanya menggunakan sandal sebagai tiang gawang dan langkah kaki untuk mengukur lebar gawang.

Saat bermain sepak bola, selain menciptakan peluang sebanyak-banyaknya, mencetak gol, dan mengincar kemenangan, ada hal lain yang menyenangkan untuk dilakukan kepada pemain lawan, tapi sangat menyebalkan jika kita menerimanya, yaitu “dikolongin”. Atau bahasa Jaksel-nya, sih, kena nutmeg.

Saya cukup yakin, bagi siapa pun yang pernah bermain sepak bola atau futsal sampai dengan saat ini, pasti pernah merasakan sensasi betapa bahagianya melakukan nutmeg atau bagaimana menyebalkannya kena nutmeg. Mau bagaimanapun, hal ini memang sulit dielakkan saat bermain sepak bola.

Pada titik yang paling ekstrem, saat bermain dalam suatu pertandingan sepak bola, teman saya selalu berpikir bahwa celah antara kaki kanan dan kiri harus diperhatikan, harus dijaga sebaik mungkin seperti sedang menjaga harga diri, biar nggak kena nutmeg.

Kena nutmeg itu kadang nyakitin dan ada perasaan gedeg sendiri aja gitu. Rasanya kayak ingin pura-pura pingsan, pura-pura cedera, atau diganti sama pemain lain aja. Malu soalnya. Saya atau kalian yang suka bermain bola pasti pernah merasakan hal serupa. Minimal, setelah dikolongin, pasti suka senyum-senyum sendiri. Antara ngerasa lucu dan mangkel gitu.

Nggak percaya? Coba tonton banyak video di YouTube dengan kata kunci “nutmeg”. Pasti akan ada banyak cuplikan pemain bola, mulai dari pemain profesional sampai dengan para pemain di Sunday League, yang cengengesan sendiri setelah kena nutmeg. Nggak sedikit juga yang merasa kesal, nggak terima, lalu melancarkan serangan balik. Melakukan tackle atau pelanggaran keras kepada pemain yang berhasil mengolongkan bola ke antara dua kakinya.

Kena nutmeg memang terkadang semenyebalkan itu. Apalagi yang berhasil gayanya tengil setengah mampus. Apa nggak makin bikin kesal?

Ketika bermain sepak bola, di posisi apa pun, siapa pun punya potensi yang sama kena nutmeg. Dari kiper sampai penyerang.

Saat masih aktif di sekolah sepak bola selama satu tahun sewaktu kelas 6 SD, saya selalu diberi arahan oleh pelatih agar nggak mudah di-nutmeg pemain lawan.

Saya masih ingat arahannya sampai dengan saat ini, “Saat one by one dengan pemain lawan, miringkan sedikit posisi badan biar sela-sela kaki menyempit dan sudut pandangnya tertutup. Kalaupun kegocek, kalian siap ngejar lagi.” Itu yang pelatih sampaikan berulangkali kepada para pemain outfield.

Sedangkan untuk kiper, saat sedang berhadapan dengan pemain lawan, sebisa mungkin rendahkan posisi salah satu kaki (bisa kaki kiri atau kanan) sampai seakan membentuk siku-siku. Tujuannya untuk memperkecil peluang dikolongin dan posisi lebih siap untuk menghadang bola.

Tentu saja antara teori, pemahaman yang baik, dengan praktik di lapangan tidak selalu sejalan. Tetap saja saya dan pemain lainnya terkadang sulit sekali luput dari nutmeg. Ujung-ujungnya kena lagi, kena lagi. Mangkanya, nggak heran saat latihan, pelatih selalu memberi punishment kepada setiap pemain yang kena nutmeg untuk melakukan push-up lima kali. Kalau sekali-kali, sih, nggak apa-apa. Yang repot kalau kena nutmeg berkali-kali. Capek fisik dan batin, Coach.

Tanpa disadari, cara seperti itu terbilang ampuh dalam meminimalisir kena nutmeg. Baik saat latihan maupun ketika bertanding. Paling tidak, saya jadi terbiasa untuk melakukan nutmeg kepada pemain lawan meskipun sering kali gagal, selain harus mengantisipasi kena nutmeg.

Selain itu, mental dan pola pikir saya juga seakan terasah secara perlahan. Karena yang ada di benak saya, kalau nggak mau push-up ya jangan sampai dikolongin. Betul-betul strategi sederhana yang ampuh, coach. Apa yang disampaikan pun masih saya ingat sampai dengan saat ini. Jadi, kalau lagi main bola atau futsal, masih bisa diterapkan. Hehehe.

Barangkali di antara kalian punya cara lain dalam meredam nutmeg saat bermain sepak bola, tentu sangat boleh diinfokan. Biar sama-sama nggak sering kena nutmeg. Sebab pada titik tertentu, dikolongin itu bisa jadi lebih menyebalkan dibanding kalah saat bertanding.

BACA JUGA Film Bokep Adalah Tontonan dengan Skenario Paling Membosankan yang Pernah Ada dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version