Jalan rusak, saluran air tak layak, adalah beberapa kekurangan yang saya rasakan selama tinggal di Kelurahan Magersari, Rembang
Membaca tulisan di Terminal Mojok yang berisi keluh kesah tinggal di suatu daerah membuat saya juga tertarik menuliskan keluh kesah yang saya alami. Keluh kesah saya kali ini adalah keluhan saya tinggal di sebuah kelurahan di wilayah kabupaten Rembang.
Sebenarnya saya tinggal di kota penghasil garam ini sejak lama, Januari 2006. Tepatnya setelah saya menikah. Cukup lama juga, kira-kira 400 tahun kurang banyak lah. Saya tinggal bersama keluarga baru saya di sebuah kelurahan, tepatnya Kelurahan Magersari, Rembang. Sebagai sebuah kelurahan dan dipimpin oleh lurah dan seluruh aparat pemerintahannya adalah ASN, membuat saya agak sedih. Sedihnya tuh, kok ya tidak seperti dengan desa yang pemimpinnya dipilih oleh rakyat sendiri gitu.
Sebagai sebuah kelurahan, ada hal-hal yang tidak menyenangkan selama saya tinggal di wilayah tersebut. Mungkin sobat Mojokiyah memiliki keluh kesah yang sama dengan saya. Berikut hal-hal yang tidak menyenangkan yang saya alami selama tinggal di Kelurahan Magersari, Rembang.
Daftar Isi
Jalan rusak dan berlubang
Seperti daerah lain di wilayah negeri ini, rakyat membutuhkan jalan yang layak untuk dilalui. Namun, jalan di kelurahan Magersari, Rembang, tempat tinggal saya, rusak dan berlubang. Padahal jalan tersebut merupakan jalan utama bagi masyarakat di sekitar kelurahan saya. Jalan tersebut dilalui siswa banyak siswa dan masyarakat yang melakukan aktivitas bekerja. Jalan tersebut juga jadi jalan alternatif jika lalu lintas di jalan Pantura terjadi kemacetan.
Sudah lama jalan di kelurahan kami rusak dan berlubang. Sampai kini, tak terlihat ada upaya perbaikan dari pihak kelurahan. Jika ditanya, jawabannya, menunggu persetujuan dari kecamatan dan Dinas Pekerjaan Umum dan harus dianggarkan dulu.
Pertanyaannya, sampai kapan?
Padahal ya ada dana desa. Eh, itu dana desa kan ya. Kalau dana kelurahan, ada nggak?
Saluran air yang tidak layak
Hal tak menyenangkan yang saya alami di Kelurahan Magersari, rembang, adalah saluran air yang tak layak. Saluran air yang ada sebagian besar tersumbat oleh tanah, material sampah, dan rumput. Selain itu banyak yang sudah pecah dan rusak. Ditambah saluran tersebut kecil dan dangkal sehingga jika terjadi hujan, airnya melimpah ke jalan. Akibatnya sudah bisa ditebak: banjir. Bahkan jika rumahnya rendah, air masuk ke dalam rumah. Kasihan kan?
Jika kalian tanya pernahkah ada perbaikan, jawabnya ada, tapi sudah lama sekali. Sudah bertahun-tahun yang lalu. Belum lagi kesadaran masyarakat yang menutup saluran air karena merasa tanahnya tidak luas. Mereka menutup saluran air dan mendirikan bangunan di atasnya. Jika ada rapat dan membahas saluran air, selalu saja mentah sebab banyak yang tidak setuju jika tanahnya dilalui saluran air yang dilebarkan. Jadinya, ya saluran air tidak layak dan mampet.
Jalan seperti got atau saluran air
Jalan rusak dan saluran air mampet bikin air meluber ke jalan sehingga menjadikan jalan seperti got atau saluran air jika musim penghujan. Begini, air yang menggenang bisa bikin jalan cepat rusak dan berlubang. Jika dibiarkan terus menerus dan tanpa ada perbaikan jalan dan saluran air, jalan akan tetap rusak dan membuat pengguna jalan tidak nyaman.
Jika sudah musim kemarau, jalan berdebu dan membuat kotor rumah dan pakaian kita terkena angin yang berdebu. Kan, jalan yang rusak memang bikin hidup makin ruwet.
Perbaikan sangat lama dan tidak sesuai
Jika ada perbaikan jalan dan infrastruktur di kelurahan Magersari, prosesnya sangat lama. Prosedurnya bener-bener bertele-tele. Katanya perlu proposal ke kecamatan, menunggu di-ACC oleh yang berwenang. Belum lagi nunggu tender proyek dan turunnya dana. Pokoknya lama banget.
Pas pengerjaannya pun, nggak sesuai standar. Sulit, sulit.
Aparat kurang cepat tanggap
Keluh kesah yang lain adalah tanggapan aparat terhadap masalah yang kurang cepat. Ini disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya, aparat kelurahan Magersari bukan berasal dari wilayah setempat, seperti halnya desa. Oleh karena bukan warga sekitar, kepedulian terhadap lingkungan terasa kurang. Beda jika aparat berasal dari wilayah yang sama. Apakah di tempat jamaah Mojokiyah juga sama dengan yang saya rasakan?
Bangun rumah mepet jalan
Ini umum terjadi di berbagai wilayah, nggak hanya di Kelurahan Magersari, Rembang. Tidak di kota atau pun di desa terpencil. Banyak orang yang membangun rumah mepet jalan. Takut tanahnya digunakan untuk jalan atau saluran air. Mungkin disebabkan oleh harga tanah yang tinggi dan pajak yang harus dibayarkan. Jika diingatkan, jawabannya, kok repot. Wong tanah-tanahku dhewe. Arep dak kapakke ya karepku.
Jika sudah demikian, jalan ditutup dan saluran air tidak ada. Otomatis yang terjadi jalan berubah fungsi dari tempat lalu lintas manusia menjadi saluran air.
Demikian keluh kesah saya tentang lingkungan di mana saya tinggal. Mohon maaf jika kurang berkenan. Semoga kritik saya didengar.
Penulis: Rusdi Ngarpan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jejak Mbah Brawud: Sosok Adipati Lasem yang Makamnya Jadi Tempat Mencari Pusaka
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.