Scudetto nomor 9 harus ditunda perayaannya setelah Juventus kalah dari Udinese dengan skor 1-2. Padahal, Nyonya Tua sudah unggul lebih dulu lewat sepakan jarak jauh Matthijs de Ligt di babak pertama. Sebuah gol yang membuat komentator berteriak: “On their way….” Yah, meskipun, pada akhirnya menjadi “On their way…menuju juara yang tertunda.”
Punya beberapa peluang bagus di sepanjang pertandingan, Juventus terkadang hobi menunjukkan dirinya sebagai biang drama di Serie A. Memasuki menit alkhir, ketika konsentrasi lesap, Fofana mencetak gol kemenangan untuk Udinese. Skor akhir, sekali lagi adalah 1-2 untuk tuan rumah.
Kekalahan ini menjadi lanjutan performa buruk Juventus setelah kompetisi dimulai lagi. Sebelum kalah dari Udinese, mereka hanya bisa mencatatkan satu kemenangan dari lima pertandingan. Dominasi yang terasa sebelum jeda karena pandemi hilang entah ke mana. Cedera pemain? Kelelahan? Saya rasa tidak bisa dijadikan alasan.
Mungkin, satu-satunya alasan kekalahan Juventus adalah wasit tidak memberikan penalti. Lho, jangan bilang saya berkhayal. Bukankah Juventus adalah kekasih semua entitas di Serie A? Dari tukang parkir stadion, komite wasit, sampai petinggi Serie A mendukung Juve.
Eits, ini bukan saya yang bilang, lho. Saya cuma mencuri komentar Milanisti tempo hari. Ya masak kamu nggak percaya sama omongannya fans Milan yang tingkat kecintaannya sudah sampai level freak. Itu level tertinggi. Sudah makrifat. Makrifat menuduh Juventus selalu dibantu wasit dan menjadi kekasih semua orang.
Kalau fans Milan yang udah sampai level freak bersabda, sebaiknya semua fans mendengarka dengan takzim. Kalau perlu cium tangan wolak-walik kelak ketika ketemu. Kebenarannya sudah sundul langit. Fans lain cuma numpang hidup di dunianya yang sempit dan penuh kebencian itu.
Ahh…indah sekali kehidupan fans Milan yang sudah level freak. Fans Internazionale itu hidupnya pasti tidak bahagia. Apalagi fans Juventus. Wah, pasti penuh kekesalan karena tidak mendapat hadiah penalti. Padahal, hadiah penalti itu sangat dibutuhkan demi mengejar Scudetto nomor 9, demi menegaskan kalau Juventus adalah tim terbaik di Eropa. Punya DNA Eropa, je.
Oleh sebab itu, saya rasa, kekalahan Juventus tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Milanisti. Saya takut, tidak lama lagi, Milanisiti akan membuat petisi, turun ke jalan, kampanye lewat Kitabisa minta sumbangan karena nggak punya duit. Saya takut mereka akan protes ke otoritas Serie A.
Isi protes mereka adalah menuntut pertandingan Udinese vs Juventus untuk diulang. Pokoknya, kalau di laga ulang itu Juve nggak dapat penalti, pertandingan kudu diulang terus. Kalau bisa, tiap 15 menit, Juve dapat penalti. Dengan begitu, Milanisti bisa tidur siang dengan nyenyak dan nggak cerewet lagi.
Oya, dear Milanisti, mbok jangan terlalu sering protes sama wasit begitu. Kalian, kan, tahu kalau protes sama wasit itu jatahnya fans Arsenal. Dasar, sudah kehidupannya enak banget, nggak kayak fans Internazionale, eh masih ngambil jatah protes fans Arsenal. Dasar serakah. Berbagi, dong. Nggak sekalian ngambil tingkat mediokernya Arsenal?
Tolong sampaikan surat pendek ini kepada otoritas Serie A, ya. Sampaikan kalau kekalahan Juventus itu tidak sah karena nggak ada penalti. Mari kita jaga perasaan Milanisti. Fans paling bahagia di dunia. I love Milanisti.
BACA JUGA Milan Kalahkan Juventus, tapi Dapat Penalti, Milanisti Kecewa dan tulisan Yamadipati Seno lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.