Di Kediri ada mitos soal Lembu Suro yang bersumpah bahwa kelak Kediri akan jadi kali (sungai). Dan terbukti, kini banjir menghantui kota ini.
Ngomongin soal sejarah, Kediri punya cerita yang tak habis-habis untuk dibicarakan. Mulai dari cerita kerajaan hingga cinta-cintaan ada di sini. Kali ini, kita akan membicarakan sejarah soal cinta-cintaan di Kediri. Tapi, kisah cinta yang satu ini agak berbeda karena terjadi pada masa lampau dan cenderung diyakini sebagai mitos.
Di kalangan masyarakat Kediri, ada mitos tentang seseorang berkepala lembu atau sapi yang ditipu dan dibunuh oleh seorang putri raja. Seseorang berkepala lembu ini biasa dipanggil Lembu Suro. Ceritanya kurang lebih begini…
Dahulu kala ada seorang putri dari Kerajaan Jenggala yang memiliki budi pekerti dan kecantikan layaknya bidadari bernama Dewi Kilisuci. Karena kecantikannya, Dewi Kilisuci dilamar oleh dua raja yang berasal dari bangsa bukan manusia. Kedua raja tersebut adalah Raja Lembu bernama Lembu Suro dan Raja Kerbau bernama Mahesa Suro.
Sebenarnya, Dewi Kilisuci tidak mau dinikahi oleh mereka berdua. Akan tetapi, dia tidak berani menolak ekduanya secara langsung. Sebab, jika dia menolak bakal memicu amarah besar.
Daftar Isi
Membuat siasat agar tidak dinikahi
Akhirnya Dewi Kilisuci mengadakan sayembara membuat dua sumur di atas Gunung Kelud. Gunung yang secara administratif milik pemerintah Kediri ini memang menyimpan kisah misteri. Sumur yang diinginkan Dewi Kilisuci harus selesai dalam waktu satu hari satu malam. Keduanya juga harus berbau wangi dan amis.
Lantaran dibantu pasukan jin, Lembu Suro dan Mahesa Suro berhasil menyelesaikan permintaan Dewi Kilisuci. Begitu tahu siasat pertamanya gagal, Dewi Kilisuci membuat siasat baru. Dia meminta Lembu Suro dan Mahesa Suro untuk membuktikan apakah kedua sumur itu benar-benar berbau amis dan wangi dengan cara masuk ke dalam sumur. Saat kedua raja jin itu masuk ke dalam sumur, Dewi Kilisuci memerintahkan prajuritnya untuk menguruk sumur tersebut dengan tanah hingga keduanya mati.
Sebelum mati, Lembu Suro mengucapkan sumpah dari dalam sumur. Sumpah tersebut berbunyi begini: “Mbesok bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping. Yaiku, Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung.” (Suatu saat akan mendapat balasanku yang teramat besar. Yaitu, Kediri akan menjadi sungai, Blitar menjadi daratan, dan Tulungagung menjadi cekungan air yang sangat besar).
Baca halaman selanjutnya: Sumpah Lembu Suro yang dipegang betul sama masyarakat Kediri.
Masyarakat Kediri memercayai sumpah Lembu Suro
Sumpah Lembu Suro tersebut hingga saat ini masih diyakini oleh masyarakat Kediri. Masyarakat sekitar Gunung Kelud juga mengadakan ritual berupa upacara adat untuk tolak bala sumpah Lembu Suro yang dilakukan di kawah Gunung Kelud setiap satu tahun sekali di bulan suro. Ritual ini diberi nama wage keramat. Bahkan sekarang ini pelaksanaan ritual wage keramat banyak didatangi wisatawan dari dalam dan luar Kediri.
Sedikit bergeser dari cerita mitos mengenai sumpah Lembu Suro di atas, dalam rentang waktu dua tahun terakhir, Kediri mulai menjadi sungai saat musim hujan tiba. Di beberapa titik di pusat kota, saat hujan turun lumayan deras, air selalu menggenang 3-4 jam setelah hujan reda.
Salah satu lokasi genangan air yang cukup tinggi hingga di bawah lutut ada di depan kampus saya, Universitas Islam Kadiri. Banjir yang terjadi di beberapa titik di pusat kota Kediri ini disebabkan sistem pembuangan air yang tidak berjalan baik serta minimnya daerah resapan air.
Mrican dan Tarokan, dua daerah langganan banjir di Kediri
Di Kabupaten Kediri, ada daerah langganan banjir saat hujan tiba, yakni di daerah Mrican dan Kecamatan Tarokan. Banjir yang terjadi di Kabupaten Kediri bagian barat ini terjadi semenjak ada pembabatan hutan untuk kebutuhan pembangunan Bandara Kediri.
Setelah daerah resapan air dibabat habis, sebenarnya sudah ada upaya pembuatan resapan buatan, namun daerah resapan yang dibuat tetap tidak mampu menampung lebatnya air hujan. Air pun meluap ke sawah-sawah dan permukiman penduduk yang bertempat tinggal di daerah bawah proyek bandara, yakni Kecamatan Tarokan dan Mrican.
Melihat kondisi Kediri yang sudah mulai menjadi sungai saat musim hujan, apakah pembalasan Lembu Suro yang akan menjadikan Kediri sebagai kali benar-benar terjadi? Tapi, kali ini Lembu Suro tidak dibantu oleh jin seperti saat membangun sumur dalam satu malam. Kini dalam pembalasan dendamnya Lembu Suro dibantu oleh pemerintah dan investor proyek Bandara Kediri.
Penulis: Bima Prakosa
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Nongkrong Sore di Sungai Brantas Kediri Sudah Nggak Nyaman Lagi Gara-gara Ini.