Tempo hari saya pernah cerita kalau saya mau pulang kampung dari Kediri ke Mojokerto biasanya melewati banyak jalan problematik. Nah, selain Jalan Mastrip Jombang yang pernah saya tulis di Terminal Mojok, ada jalan penghubung lainnya yang nggak kalah berbahaya. Lokasinya ada di Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Kecamatan Pagu Kediri ini merupakan jalur penghubung Kediri-Jombang. Jika dibandingkan dengan Jalan Mastrip Jombang, jalan di Kecamatan Pagu lebih berbahaya. Kalau kalian melintasi kecamatan ini, terutama saat pertama kali, seketika dibikin ingat kematian. Sebab, Kecamatan Pagu Kediri punya tiga jalan yang karakteristik bahayanya berbeda-beda. Dan saya merasa ketiga jalan itu seolah-olah tersambung sebagai jalan pengingat kematian.
Daftar Isi
Perempatan di Jalan Totok Kerot ramai kendaraan dan nggak ada pak ogah
Jalan problematik pertama Kecamatan Pagu Kediri ada di perempatan Jalan Totok Kerot, tepatnya 50 meter setelah Simpang Lima Gumul. Perempatan ini cukup ramai kendaraan karena menjadi jalur keluar masuk pedagang dan wisatawan Simpang Lima Gumul (SLG). Kendaraan motor, mobil, hingga bus kerap melintasi perempatan ini.
Saya nggak jengkel dengan kondisi padatnya kendaraan di perempatan tersebut. Sebagai jalur utama wisatawan SLG, wajar jika kondisinya begitu. Saya cuma heran, kenapa di situ nggak ada pak ogahnya. Padahal kalau ada, saya yakin, perempatan di Jalan Totok Kerot itu bisa menjadi ladang rejeki sekaligus pahala buat pak ogah. Kenapa? Karena perempatan itu cukup sering bikin antarpengendara cekcok hingga kecelakaan.
Saya pun selama melintasi perempatan itu sudah berkali-kali misuhi orang sekaligus dipisuhi. Karena memang angel, Lur. Meskipun situasinya sepi dan sebelumnya klakson sudah berbunyi, kadang ada saja pengendara yang tiba-tiba menerabas perempatan itu.
Saya nggak tahu pengendara di sana itu hobinya gopoh atau bodoh. Yang jelas, kalau kalian melewati perempatan di Kecamatan Pagu Kediri ini perlu ekstra hati-hati, terutama kalau masih kali pertama melintasinya.
Gundukan aspal di Jalan Totok Kerot dan minimnya penerangan jalan
Masih di Jalan Totok Kerot. Setelah melewati perempatan sepanjang satu kilometeran, di sana jalannya minim sekali penerangan. Saya pribadi sebenarnya nggak terlalu masalah dengan itu. Yang menjadi masalah utama adalah jalannya. Ada gundukan aspal di beberapa titik jalan.
Yang bikin saya stres tiap lewat sini adalah gundukan aspalnya cukup tinggi. Kalau standar polisi tidur jenis speed bump tingginya sekitar 5-9 cm, gundukan aspal di Jalan Totok Kerot ini sekitar 9-13 cm lah. Ngerinya lagi, sudut kelandaiannya itu langsung anjlok!
Coba bayangin, misalnya kalian pertama kali berkendara di jalan yang mulus dan minim penerangan. Awalnya kalian masih cukup senang karena jalanan mulus. Tapi tiba-tiba di depan jalan ada beberapa gundukan aspal tinggi. Wes pasti motor kalian bakal ngetrail dan kalian jantungan. Sudah pasti itu. Wong saya yang sering lewat sini saja kadang masih astagfirullah, astaghfirullah gitu, kok.
Jalan Trunojoyo minim jeglongan, tapi sepi dan gelap banget
Setelah melewati Jalan Totok Kerot, jalan selanjutnya di Kecamatan Pagu Kediri yang bikin pengendara istighfar adalah Jalan Trunojoyo. Jalan dengan panjang sekitar dua kilometer ini cukup menyeramkan. Sebenarnya satu kilometer pertama masih aman-aman saja. Aspal jalan mulus dan di kanan kiri masih ada banyak rumah serta toko.
Akan tetapi satu kilometer setelahnya, barulah Jalan Trunojoyo ini menunjukkan keseramannya. Sebab, di sebelah kanan kiri jalan sudah nggak ada permukiman warga dan sama sekali nggak ada lampu penerangan jalan. Benar-benar sepi dan gelap gulita kayak masa depan Ferdy Sambo. Sudah gitu di sana juga ada beberapa jeglongan yang amat dalam.
Yah, meski penerangan jalan bisa dibantu sama lampu motor, tetap saja kengerian di Jalan Trunojoyo ini masih terasa. Ban motor saya pun sudah dua kali bocor akibat menggilas jeglongan yang amat dalam itu.
Jalan Pamenang adalah jalan paling problematik di Kecamatan Pagu Kediri
Setelah melewati Jalan Trunojoyo, kalian akan disambut Jalan Pamenang. Jalan satu ini benar-benar paling problematik menurut saya. Banyak aspal yang keropos, minim penerangan, truk yang berkendara secara ngawur dan ugal-ugalan, sudah gitu langganan banjir pula. Benar-benar kombinasi jalan neraka paling nyata.
Dari sekian banyak masalah itu, yang paling nggak bisa saya maklumi tiap lewat sini adalah aspal keropos dan truknya. Aspal yang keropos di Jalan Pamenang ini kebanyakan ada di pinggiran. Sementara kalau saya mau berkendara ke tengah, jelas nggak bisa. Sebab, di sana selalu ramai truk trailer dan tronton yang ngawur.
Truk-truk ini kalau menyalip dari arah berlawanan selalu kayak nggak peduli mau ada pengendara motor atau nggak. Pokoknya diterabas gitu saja bahkan tanpa ada aba-aba klakson. Dalam kondisi seperti itu, mau tak mau saya akhirnya lewat jalan keropos. Dan terpaksa saya merasakan kontur jalan yang nggak karuan sambil misuh-misuh. Asu lah pokoknya kalau lewat jalan satu ini.
Siapa pun kalian, entah mahasiswa atau perantau, kalau melewati jalanan di Kecamatan Pagu Kediri ini, kalian harus ekstra sabar, fokus, dan hati-hati. Sebab, kalau hilang salah satunya, bukan tak mungkin kalian berada dalam bahaya. Saran saya, kalau mau melewati ketiga jalan di atas naik motor, mending jalan malam hari. Paling mentok lewat sini jam 5 sore lah. Nggak usah tanya alasannya. Saya kira penjelasan di atas sudah cukup menjelaskan kondisi jalan yang sebenarnya.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Ruas Jalan di Kota Kediri yang Menyimpan Bahaya dan Wajib Diwaspadai Saat Turun Hujan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.