Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kebodohan Acara Televisi Indonesia Memang Sudah Semestinya Dirayakan

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
8 Desember 2020
A A
Kebodohan Acara Televisi Indonesia Memang Sudah Semestinya Dirayakan terminal mojok.co

Kebodohan Acara Televisi Indonesia Memang Sudah Semestinya Dirayakan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai generasi yang insya Allah update soal berita terkini, saya dan yang baca tulisan ini tentu pernah begitu ingin merayakan kebodohan acara televisi Indonesia. Citra televisi sebagai media paling konvensional, namun paling banyak tipu-tipu setidaknya sudah jadi pemafhuman. Apalagi setelah internet makin murah.

Saya nggak perlu lah menyebut nama reality show cringe yang sampai sekarang masih aja punya rating. Modusnya dari dulu sama, menjadikan kemiskinan sebagai komoditas, belas kasihan sebagai daya tarik, dan drama tidak masuk akal sebagai pegasnya. Orang miskin begitu estetik tampil di dalam frame, seolah mereka dapat keberuntungan luar biasa didatangi kru televisi. Rumahnya direnovasi, dikasih uang, dan diajak menginap di sebuah hotel mewah. Padahal yang mereka berikan kepada kru televisi lebih dari itu: harga diri. Lalu, jangan coba tanya berapa jumlah revenue iklan yang didapatkan televisi dibanding hadiah yang si miskin dapatkan. Yang akan kalian dapat cuma ironi.

Pun acara penuh drama berkedok menyampaikan kejujuran. Metode membakar tisu seolah hipnotis yang ampuh untuk membuat seseorang tidak berkata bohong. Gini lho, kalau Uya Kuya beneran wangun, mbok yang dibegitukan anggota Kabinet Indonesia Maju aja. Pandemi begini udah banyak aja kasus korupsinya. Kalau metode ini berhasil bukan tidak mungkin kita bisa tahu siapa pembunuh Munir.

Kebodohan acara televisi Indonesia ternyata tidak berhenti pada reality show, tayangan yang seharusnya imajinatif dan tidak terpenjara oleh tekanan realitas seperti sinetron dan film televisi malah sama gobloknya. Tidak semua, tapi yang jelas sebagian besar. 

Saya pernah gedhek banget sama sinetron Anak Jalanan yang jauh dari realitas bocah nongkrong zaman sekarang. Hampir semua tokohnya kaya raya. Tokoh utamanya udah ganteng, soleh, pinter berantem, tampang badboy tapi hati malaikat, wes ra mashok blas. Sinetron kayak gini bisa menciptakan khayalan-khayalan pada masyarakat tentang standar hidup. Akhirnya value seorang laki-laki cuma dilihat dari tampang, tunggangan, dan hantaman. Mbok standar cowok itu kayak redaktur Mojok yang sregep aja cukup.

Kebodohan acara televisi Indonesia makin menjadi manakala “wasitnya” juga sedikit keblinger. Kita harus ingat bagaimana sinetron berlatar belakang azab dibebaskan oleh KPI, lembaga yang katanya udah kerja keras pol. Saya nggak akan lupa sih sama Ibu Nuning Rodiyah yang mempertanyakan, “Letak tidak masuk akalnya (sinetron azab) di mana?” di acara QnA Metro TV. Jutaan pasang mata nonton lho bos. Kalau ternyata punggawa KPI saja punya logika yang benar-benar nyentrik begini, gimana bisa tayangan bobrok ditenggelamkan dan kreativitas kreator lokal punya kesempatan?

Alhamdulillah, gregetan saya lumayan terobati ketika warga Twitter sudah ada yang membuat akun satire dan mengunggah kumpulan kebodohan acara televisi. Respek buat akun @tvindonesiawkwk. Mulai dari adegan mati terlilit shower, sampai kabel infus yang cuma dicantolin bisa sama-sama kita tertawakan. Meski sejujurnya menertawakan kebodohan itu tidak cukup membuat seseorang jadi pintar, setidaknya perlahan kita tahu bedanya acara televisi yang goblok banget dan yang bikinnya niat.

Jika orang-orang di balik acara televisi berdalih bahwa tayangan yang sarat kebodohan ini dibuat dengan “terpaksa” karena kekurangan biaya, lama-lama saya juga nggak bisa terima. Iya, sistem revenue dan iklannya kacau, sistem ratingnya juga nggak begitu valid. Masalahnya kalau sudah tahu begini, kenapa main terabas aja sih? Harus ada yang benar-benar turun gunung buat mengatasi semua kegundahgulanaan ini. Damage dari acara televisi yang bodoh itu nggak pernah main-main.

Baca Juga:

Preman Pensiun 9 Sebaik-baiknya Sinetron Ramadan, Bikin Saya Nonton TV Lagi 

5 Alasan yang Membuat Sinetron Indonesia Semakin Membosankan. Produser dan Sutradara Perlu Lebih Kreatif!

Saya pernah benar-benar pengin kerja di stasiun televisi. Penasaran sama ilmu broadcasting sampai kuliah di jurusan yang kayaknya nyambung sama pertelevisian. Sayangnya makin saya tahu televisi, makin saya nggak pengin kerja di situ. Kecuali kalau programnya waras.

Makanya saya percaya banget kebodohan acara televisi di Indonesia permasalahannya sistemik. Nggak selesai dengan menyalahkan satu pihak, misalnya penulis skenario sinetron yang bikin adegan Hello Kitty direbus atau nyalahin Stefan William yang berperan jadi Boy di sinetron Anak Jalanan. KPI yang bentuknya lembaga saja punya aturan yang katanya udah kompleks, tapi masih ruwet dan belum mencakup semua keresahan publik.

Gini aja deh, selama yang diundang ke televisi itu orang kontroversial yang viral di medsos, selama itu juga kebodohan dilanggengkan jadi sebuah pertunjukan. Selamat menikmati!

BACA JUGA Saya Akui, Saya Masuk Jurusan IPS demi Terlihat Edgy dan artikel Ajeng Rizka lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Desember 2020 oleh

Tags: program televisiSinetron
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Pekerja media. Tinggal di Jakarta, hati tetap di Jogja.

ArtikelTerkait

SCTV Mending Menayangkan Kembali Hell's Kitchen Indonesia ketimbang Sinetron

SCTV Mending Menayangkan Kembali Hell’s Kitchen Indonesia ketimbang Sinetron

16 Februari 2023
saran terbuka untuk my lecturer my husband season 2 mojok.co

Saran Terbuka untuk My Lecturer My Husband Season 2

25 Januari 2021
Aktor Indonesia yang Bikin Kamu Pengin Selingkuh dari Nicsap dan Reza Rahadian Part 2 terminal mojok

Aktor Indonesia yang Bikin Kamu Pengin Selingkuh dari Nicsap dan Reza Rahadian Part 2

13 November 2021
'Anak Band' Adalah Sinetron dengan Judul Paling Aneh yang Pernah Ada terminal mojok.co

‘Anak Band’ Adalah Sinetron dengan Judul Paling Aneh yang Pernah Ada

15 Oktober 2020
Belajar dari Kang Bahar di Preman Pensiun: Preman yang Juga Punya Sisi Humanis Kenapa Sih Orang Suka Berkomentar dan Terbawa Suasana Pas Nonton Sinetron?

Belajar dari Kang Bahar di Preman Pensiun: Preman yang Juga Punya Sisi Humanis

21 Mei 2020
5+1 Alasan Menulis Skenario Sinetron Layak Jadi Pilihan Karier (Pixabay)

5+1 Alasan Menulis Skenario Sinetron Layak Jadi Pilihan Karier

19 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.