Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Buku

Kebiasaan Coret-coret Buku Sendiri Nggak Salah, Kenapa Harus Heran?

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
19 Mei 2022
A A
Kebiasaan Coret-coret Buku Sendiri Nggak Salah, Kenapa Harus Heran Terminal Mojok

Kebiasaan Coret-coret Buku Sendiri Nggak Salah, Kenapa Harus Heran (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saat tulisan ini saya buat, Hari Buku Nasional baru lewat dua hari dan rasanya belum telat-telat amat untuk “merayakannya”.

Kali ini, saya ingin “merayakan” Hari Buku Nasional dengan mengeluarkan unek-unek saya sebagai seorang pembaca buku yang punya kebiasaan mencoret-coret buku. Coret-coret yang saya maksud di sini tentu saja bukan coret-coret ala anak balita, ya. Namun lebih kepada coret-coret buku dengan memberi catatan, mewarnai, atau menggarisbawahi—menggunakan pulpen berwarna atau highlighter—kalimat-kalimat yang saya anggap penting.

Kategori kalimat pentingnya bisa apa saja. Bisa berupa hal yang bersifat pengetahuan baru bagi saya, bisa juga berupa (sekadar) kutipan yang rasanya “gue banget”. Pokoknya selama ada dorongan dari dalam hati untuk nge-highlight, ya saya lakukan.

Coret-coret buku pakai highlighter (Unsplash.com)

Meski kebiasaan tersebut terasa sangat menyenangkan bagi saya pribadi, nyatanya tidak semua orang bisa ikutan senang melihatnya.

Buktinya, oleh segelintir orang—khususnya sesama pembaca buku—kebiasaan saya itu dianggap sebagai perbuatan yang buruk. Lebih jauh, bisa dikategorikan sebagai sebuah bentuk perusakan buku. Banyak yang menyayangkan, tidak sedikit pula yang merasa heran, kok bisa-bisanya ada orang seperti saya yang setega itu sama buku? Apa tidak kasihan kalau bukunya jadi kotor karena dicoret-coret?

Mereka heran, saya pun heran. Mereka bertanya-tanya, saya pun bertanya-tanya. Yah, kalau mereka merasa heran dan bingung kenapa saya “tega” mencoret-coret buku, saya sendiri juga heran dan bingung kenapa mereka bisa heran dan bingung?

Maksud saya itu begini. Itu buku kan punya saya, ya? Buku pribadi saya. Buku yang bisa saya miliki tanpa harus merepotkan mereka. Lantas, kok mereka bisa merasa sedih? Kenapa mereka mau-maunya gitu, lho, menyayangkan sesuatu yang tidak merugikan mereka?

Ilustrasi buku yang bersih tanpa coretan (Unsplash.com)

Terkait keheranan saya itu, suatu waktu saya pernah bertanya kepada seseorang—atau lebih tepatnya sebuah akun—yang mengungkapkan betapa ia tidak tega melihat buku yang saya baca dihiasi dengan beragam warna tinta. Pertanyaan saya waktu itu cukup simple, “Apa salahnya mencoret-coret buku?”

Baca Juga:

Alasan Gramedia Tidak Perlu Buka Cabang di Bangkalan Madura, Nggak Bakal Laku!

Surat Terbuka untuk Para Penimbun Buku di iPusnas, Apa yang Kalian Lakukan Itu Jahat  

Jawabannya juga sederhana, “Kalau aku sih nggak tega coret-coret buku, sayang sama bukunya.”

Jawaban tersebut membingungkan bagi saya. Kalau tidak mencoret buku dirasa sebagai bentuk rasa sayang pada buku, apa itu berarti saya tidak sayang sama buku karena mencoret-coretnya?

Yah, tidak apa-apa juga, sih, kalau dianggap tidak sayang. Toh, anggapan itu tidak akan menghilangkan kenyataan bahwa saya ini kategori pembaca buku yang belum bisa bebas belanja buku kapan pun dan sebanyak apa pun yang saya mau. Saya ini sobat misqueen, Bestie.

Intinya, saya bukan ingin mendebatkan anggapan bahwa kebiasaan mencoret-coret buku itu sama artinya dengan tidak sayang pada buku. Saya cuma heran, kenapa orang lain bisa merasa sedih padahal yang dicoret-coret bukan buku miliknya (atau mereka)? Kenapa mau report-repot membuat suasana hati jadi tidak nyaman karena satu hal yang sebenarnya tidak merugikan diri sendiri sama sekali?

Kalau pinjam buku di perpustakaan ya jangan dicoret-coret (Unsplash.com)

Kenapa saya bilang tidak merugikan, ya karena buku yang saya coret adalah buku saya sendiri. Buku yang saya beli/dapatkan dengan usaha sendiri. Beda cerita kalau yang saya coret-coret adalah buku yang saya pinjam. Kalau begitu, sih, sangat pantas untuk dihujat!

Membaca buku itu adalah aktivitas personal. Setiap orang punya titik nyamannya masing-masing. Kalau memang merasa buku itu tidak bisa dicoret-coret, ya tidak apa-apa. Namun, tidak perlu juga untuk heran apalagi sampai sedih kalau melihat orang lain membaca sambil mencoret bukunya sendiri.

Dunia ini isinya bukan cuma tentang apa yang kita sukai, Bestie. Ada yang namanya agree to disagree.

Ketimbang buang-buang energi dengan merasa sedih padahal tidak mengalami kerugian sama sekali, ada baiknya energi positifnya dipakai untuk membabat TBR yang sudah memanggil-manggil dari pojok kamar, wqwqwq.

Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 6 Buku yang Cocok Dibaca untuk Self Healing.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Mei 2022 oleh

Tags: Bukucoret-coret
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

Bookstagrammer

Bookstagrammer, Selebgramnya Pencinta Buku

16 Mei 2019
buku pelajaran jurnalistik pelajaran jurnalisme untuk pemula mojok.co

3 Buku Jurnalistik untuk Kamu yang sedang Belajar

20 Agustus 2020
pedagang buku penjual buku online toko buku online Segalau-galaunya Hubungan Tanpa Status, Masih Lebih Galau Tak Kesampaian Beli Buku di Tanggal Tua

Sisi Manis Pedagang Buku Online, Profesi yang Bikin Saya Banting Setir Sekian Tahun Lalu

30 April 2020
palasari surga buku bandung mojok

Palasari, Wisata Buku Bandung yang Terlupakan

28 Juli 2021
4 Hal yang Patut Anda Cantumkan dalam Resolusi Tahunan

4 Hal yang Patut Anda Cantumkan dalam Resolusi Tahunan

29 Desember 2019
Guru dan Siswa Nggak Sempat Baca Buku: Guru Diburu Berkas, Siswa Diburu Tugas

Guru dan Siswa Nggak Sempat Baca Buku: Guru Diburu Berkas, Siswa Diburu Tugas, Literasi Kandas

16 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.