Kawasaki W175: Opsi Terbaik untuk yang Pengin Nostalgia dengan Motor Tua, tapi Takut Mogok

Kawasaki Athlete 125, Motor Ayam Jago Jadi-jadian kawasaki ninja 150 r kawasaki klx150 kawasaki w175

Kawasaki Athlete, Motor Ayam Jago Jadi-jadian (Jonathan Weiss via Shutterstock.com)

Kawasaki W175 ini, gimana ya, motor yang menurut saya agak “aneh”.

Kenapa? Oke saya jelaskan. Pertama, tak ada yang istimewa dari Kawasaki W175. Seakan Kawasaki hanya ingin menonjolkan, bahwa rasa tempo (dulu hanya) bisa dirasakan kembali dengan teknologi yang juga sederhana. Nggak perlu ada fitur-fitur canggih yang hanya memunculkan sisi modernitas dan kemudahan. Tapi di saat yang sama, Kawasaki W175 (terlihat) tidak mau menjual tampang klasik dan fitur terlewat canggih.

Kalian mumet? Sama. Saya nggak paham sama motor ini, sampai saya bingung nulisnya gimana.

Kawasaki seakan-seakan enggan masuk ke ruang bermain yang ramai oleh kompetitor. Ia – Kawasaki serasa punya tempat bermain sendiri. Kalau pabrikan lain berlomba-lomba meluncurkan varian motor matik, Kawasaki acuh dan tak ikut-ikutan.

Alih-alih FOMO dan menelurkan varian matik, Kawasaki masih saja bangga akan motor laki yang diberi nama W175. Motor ini adalah versi mini dari MOGE Kawasaki bernama W800.

Sekilas tentang Kawasaki W175

Semburat visualnya bernuansa motor jadul. Bentuknya selayaknya motor berkonsep retro kebanyakan, tradisional dan simpel. Bahan bodi hampir keseluruhan terbuat dari plat besi. Hanya ada beberapa bagian yang memakai plastik. Fitur-fitur yang disematkan juga nggak menonjolkan kecanggihan.

Jangan harap menemukan port USB yang bisa digunakan men-charge hape. Atau berharap ada pengereman yang sudah dilengkapi ABS. Nggak ada hal kayak gitu. Rem yang digunakan Kawasaki W175 biasa saja. Rem belakang masih drum brake, sementara pengereman depan meski memakai kaliper dua piston tapi diameter disc-nya lumayan kecil untuk motor bermesin 177 cc.

Sementara di bagian suspensi juga gitu-gitu saja. Kenyaman berkendara hanya dipasrahkan pada suspensi teleskopik berdiameter 30 mm di depan, dan suspensi ganda di belakang.

Selain itu, untuk perlampuan baik headlamp, lampu stop dan sein Kawasaki W175 masih mempergunakan bohlam biasa, belum tipe LED. Dan saat menaikinya, semakin terlihat nuansa klasik dari area speedometer. Kawasaki W175 serasa mau mengajak nostalgia dengan speedometer, ampere bensin analog dengan jarum naik turun alih-alih mempergunakan speedometer digital yang bisa diakses lewat smartphone yang marak digunakan seperti sekarang.

Riding position nggak bikin gampang pegal

Tapi harus diakui, riding position Kawasaki W175 itu menyenangkan. Posisi stang stang yang agak meninggi membuat pengendara nggak gampang pegal. Ditambah busa joknya yang tebal memanjang dijamin bikin siapa pun betah berlama-lama mengendarai.

Begitu juga ukuran tangki gedenya yang enak-enak aja ketika dengkul menghimpitnya. Posisi footstep depan tepat berada di tengah, alhasil nggak akan berasa duduk. Mengendarai W175 santai kayak duduk sofa brader.

Oh iya, posisi pembonceng pun bisa digolongkan nyaman. Apalagi melihat letak footstep belakang yang tak terlalu tinggi. Alhasil, kaki pembonceng jadi nggak bakal pegal.

Masih karburator, jadi mudah perawatannya

Di masa sekarang ini, amat lumrah mendapati motor-motor menggunakan teknologi injeksi. Selain karena sisi efisiensi, motor yang sudah injeksi dirasa memiliki performa lebih powerful dan stabil dibandingkan motor-motor yang masih memakai karburator.

Namun saya kira Kawasaki pengin kaffah menjual W175 yang berkonsep retro dengan rasa-rasa tempo dulu, motor sederhana yang belum ada fitur neko-neko. Lantas, alih-alih menggunakan mesin injeksi yang lebih efisien, W175 tetap menggunakan pencampuran bahan bakar model karburator. Jadi sensasi motor jadul akan tetap terasa ketika menaiki Kawasaki W175.

Selain itu, mesin W175 yang masih karburator bisa dibilang sederhana dalam perawatannya. Bengkel mana pun pasti bisa melakukan perbaikan, nggak harus ke bengkel resmi. Tentu saja, biaya maintenance-nya murah. Nggak perlu risau soal pompa bensin yang mendem di tangki, nggak pusing kalau injektor rusak atau ngelus dada melihat harga ECU yang mahal itu.

Kawasaki beneran menjual motor yang apa adanya, dan menawarkan nostalgia pada W175. Tidak ada gimmick, tidak ada fitur canggih, harga tidak kelewat mahal, atau apalah itu. Benar-benar apa adanya. Kalian tertarik? Tertarik lah, pasti, tapi nggak ada duitnya kan? Ketebak.

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Fitur Kawasaki KLX150 Boleh Jadul, tapi Perkara Kualitas, Mantap Betul!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version