Omo eottoke! Lee Jae Suk idaman banget. Udah baik, ganteng, perhatian! Sisain satu buat aku.
Drama korea (drakor) menjadi hiburan tersendiri bagi sebagian orang. Mulai dari remaja hingga ibu-ibu rumah tangga. Mereka rela berjam-jam menonton drakor dan rela begadang sampai pagi untuk menyelesaikan episodenya. Kisah cinta yang berliku hingga didukung visual pemain menjadi magnet tersendiri.
Kebanyakan dari pecinta drakor ini, sering kali bertansformasi jadi bucin. Mereka tergila-gila dengan “oppa-oppa Korea”, hingga lupa segalanya. Ibu-ibu rumah tangga yang sering lupa kalau sedang masak karena nonton drama. Remaja yang pura-pura lupa kalau besok harus ujian. Mereka lebih senang dengan kisah Lee Seung Gi dan Suzy di Vagabond dari pada belajar fisika.
Semakin fanatiknya penggemar K-Drama membuat industri hiburan Korea mampu menguasai pasar. Sebut saja Indonesia, Malaysia, Jepang, dan masih banyak lagi. Namun K-Drama jangan dibandingkan dengan Hollywood karena keduanya mempunyai sasaran audiens dan budaya yang secara frontal berbeda. Meskipun begitu, drakor bisa mengambil ruang tersendiri khususnya di Asia dan kini terus merambah pasar Amerika dan Eropa.
Bukan sesuatu yang tabu, jika Drama Korea lebih bagus dari sinetron Indonesia. Mulai dari judul, properti yang digunakan, hingga latar. Drama Korea selalu totalitas dan mampu membius penontonnya seolah-olah itu nyata. Berbicara masalah aktor dan aktrisnya, tidak diragukan lagi dalam memainkan sebuah drama. Mereka seperti menyatu dengan perannya. Berbeda dengan sinetron Indonesia yang cenderung dipaksakan.
Bukan tidak mendukung produk lokal. Tapi bukankah begitu nyatanya. Banyak sinetron Indonesia yang mengandalkan rating untuk melanjutkan naskah episode esok hari. Dan memasukkan iklan yang menurut saya hard dan frontal. Ya, tidak ada yang perlu disalahkan, media memang membutuhkan komersialisasi dalam produksi. Yang perlu dilakukan lebih pada memperbaiki.
Dalam perkembangannya, pecinta drakor terus meningkat jumlahnya. Tapi karena fanatiknya mereka, hingga lupa bahwa segala sesuatu itu mempunyai dampak. Tidak terkecuali menonton drama korea. Banyak yang mengatakan menonton drakor membuat penontonnya berhalusinasi.
Kenapa bisa begitu, ya? Kebanyakan nonton drakor, membuat seseorang berpeluang tinggi untuk berhalusinasi atau berkhayal. Efek setelah nonton drakor dari yang pengin dipacari oppa-oppa Korea sampai semua aktornya dianggap suami sendiri. Beberapa drama memang mampu membuat penontonnya menjadi drama lovers. Yang berdiri di garis terdepan mendukung artis-artis korea. Menjadi fans fanatik dan rela berkorban uang berjuta-juta agar dapat menghadiri jumpa fansnya si artis.
Halu ini menjadi masalah besar. Kebanyakan penontonnya akan menganggap kalau realita kehidupan ya seperti di drama. Pacaran, ada konflik dari cinta segi tiga sampai segi empat, akhirnya bersatu, nikah dan hidup bahagia. Setiap pagi ada yang kiss, ngucapin selamat pagi. Terus olahraga bareng naik sepeda tendem. Malamnya dinner dibawah winter, terus dipeluk.
Beberapa halu ini disebabkan karena jalan cerita yang menyentuh dan gagal move on dari semua seluk beluk drama. Pemainnya yang kharismatik, baik yang utama atau second lead. Tidak jarang pemain second lead ini mampu menghipnotis penontonnya dan berakhir gagal move on. Kalau pemainnya baik, pinter, rendah hati, dan setiap senyum membuat adem. Muncul khayalan, “Seandainya dia jadi jodohku, Ya Tuhan sisakan satu untukku”.
Setelah nonton drama sering berurai air mata. Ini yang disebut baper. Mereka menganggap ini biasa. Toh, karena ceritanya juga sedih. Awas, baper ini bisa berakhir buruk. Mulai dari semangat yang menurun dalam menjalani hari dan marah-marah kepada orang sekitar. Padahal mereka tidak melakukan apa-apa. Penyebabnya, kebanyakan drakor bisa mengubah mood seseorang. Yang semula senang menjadi sedih. Yang semula sedih jadi tambah sedih.
Pencinta drakor pasti pernah mengalami over ekspektasi. Dan ketika ekspektasi tidak sesuai dalam drama, dapat menyebabkan sedih yang berkepanjangan. Bagi sesama pecinta drakor, ini adalah hal biasa. Tapi berbeda dengan anti drama. Mereka akan menganggap ini bukan sesuatu yang biasa lebih kepada sifat aneh. Jangan sampai para drakor lovers dianggap tidak waras, ya. Perasaan dari ketidaksesuaian ekspektasi dan realita ini sama seperti ketika kita sedih melihat korban bencana. Kurang lebih seperti itu, meskipun tidak bisa disamakan sepenuhnya.
Maraton nonton drakor, membuat produktifitas menurun. Saking antusiasnya, 10 episode bisa ditonton semalaman. Bisa menahan kantuk demi drama. Paginya bukan tidak mungkin mereka akan merasa mengantuk luar biasa. Apalagi ketika hari kerja atau sekolah. Kehadiran diri hanya hadir tanpa ada hasil kerja. Namun, beberapa orang menyiasati ini dengan menonton di hari libur. Ini cukup ampuh selama bisa menahan untuk tidak menonton selama hari kerja. Selamat menonton drakor, judul apa nih yang terbaru?
BACA JUGA Emak-Emak Pencinta Drakor VS Emak-Emak Anti Drakor atau tulisan Novi Setya Ningrum lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.