Kasta Tempat Berdiri di Lapangan Sepak Bola Tarkam

Kasta Tempat Berdiri di Lapangan Sepak Bola Tarkam terminal mojok.co

Kasta Tempat Berdiri di Lapangan Sepak Bola Tarkam (Unsplash.com)

Belakangan ini, kasta tempat duduk merambah ke segala ranah. Ada kasta tempat duduk di warung kopi, di bioskop, bahkan yang paling baru adalah kasta tempat duduk di stadion sepak bola. Sebagai contoh, ada kasta tempat duduk di Stadion Sultan Agung Bantul, Gelora Bung Tomo Surabaya, hingga Stadion Kanjuruhan Malang.

Saya, sih, mewajarkan hal itu, lantaran olahraga sepak bola memang menjadi tontonan favorit masyarakat Indonesia. Tapi, yang jadi permasalahannya adalah, “Lha nek daerahnya nggak punya stadion dan hanya bisa lihat sepak bola tarkam kepiye? Kan, di sana nggak ada tempat duduk, adanya tempat berdiri? Apakah juga ada kastanya?”

Jawaban atas pertanyaan tersebut akhirnya saya dapatkan ketika beberapa minggu lalu ada kejuaraan sepak bola antar kampung (tarkam) di kecamatan saya. Dari kejuaraan atau turnamen tarkam itu, ternyata, ketika menonton sepak bola bukan hanya ada kasta tempat duduk saja, tapi juga ada kasta tempat berdirinya. Seperti apa? Berikut ulasannya.

#1 Belakang gawang

Tempat berdiri paling ramai, berisik, dan yang paling “panas” untuk para penonton adalah di belakang gawang. Biasanya, tempat ini bukan tempat sembarangan, lho, Gaes, melainkan tempat khusus untuk masing-masing supporter tim. Meski begitu, para supporter tarkam jangan dianggap kaleng-kaleng.

Pasalnya, untuk mendukung timnya itu, para supporter juga ada yang membawa banner, set drum, hingga seperangkat alat pendukung lainnya. Uniknya lagi, mereka ini berbeda dengan supporter sepak bola yang ada di stadion. Khusus untuk tarkam, jika pergantian babak, para supporter pun juga ikut berpindah posisinya.

#2 Sebelah panitia (sisi barat)

Kebanyakan stadion atau lapangan sepak bola pasti menghadap ke selatan dan ke utara. Bukan karena ada mitos-mitos khususnya, tapi karena memang itulah posisi yang pas untuk lapangan sepak bola. Lantaran jika posisinya menghadap ke timur dan ke barat, kasihan penjaga gawangnya, “Silau, Ndes!”. Jangan salah, untuk sepak bola sekelas tarkam pun lapangannya juga didesain dengan standar yang memadai, lho.

Biasanya, di sisi barat lapangan ada pos panitia, bench official tim, sekaligus tempat berdiri para penonton VIP. Eits, di sepak bola tarkam nggak ada tiket masuk, lho, ya. Paling mentok karcis parkir. Alasan unik disebut tempat berdiri VIP lantaran jika ingin menonton dari situ, para penonton harus berangkat lebih awal. Jadi, misal pertandingannya pukul 2 siang, kita harus sampai di sana setidaknya setengah jam sebelumnya.

#3 Sebelah papan skor (sisi timur)

Jika tadi di sisi barat ada pos panitia yang juga berisikan orang-orang official klub yang bertanding, di sisi timurnya biasanya ada papan skor. Papan skor yang kalian bayangkan bukan seperti papan skor yang ada di stadion-stadion, lho, ya. Beda jauh, Boss!

Namun, nggak tahu kenapa, banyak orang yang suka berdiri menonton dari situ. Padahal, tempat berdiri di sekitaran papan skor bukanlah suatu tempat yang recommended. Soalnya, pertandingan tarkam biasanya dilaksanakan sore hari. Jadi, orang-orang yang melihat dari sisi timur itu tentu akan silau terkena cahaya matahari sore. Nggak enak wes pokoke!

#4 Di atas pohon atau pagar

Sudah nggak perlu saya jelaskan panjang lebar tentang kasta tempat berdiri VVIP ini. Soalnya, paling enak nonton tarkam itu memang dari atas, khususnya dari atas pohon atau pagar. Apalagi posisinya menghadap ke timur, sudah nggak silau, nggak desak-desakkan, nggak perlu berjinjit, dan yang paling penting seluruh pertandingan terlihat dengan jelas. Jos!

Lapangan sepak bola tarkam sejatinya memang nggak ada tribunnya, Ndes. Tapi, sangat worth-it kalau kalian mau nonton dua olahraga jadi satu sekaligus, yakni sepak bola dan kungfu. Saran saya, sih, sebelum kalian nribun ke stadion, coba dulu lah nonton tarkam ke daerah saya. Pasti merasakan vibe tersendiri. Dijamin.

Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version