Commuter Line atau sering disebut Kereta Rel Listrik (KRL) salah satu moda transportasi publik di Jabodetabek yang sangat membantu. Apalagi untuk perantau seperti saya yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Selama 3 tahun merantau di Jakarta, saya merasakan betul betapa menolongnya moda transportasi yang satu ini. Terlebih, mulai banyak stasiun KRL yang terintegrasi dengan moda transportasi lain, Transjakarta misalnya.
Persoalannya, bukan hanya saya yang mengandalkan transportasi publik ini, tapi juga ribuan orang lain di Jabodetabek. Sudah begitu, gerbong KRL hanya 1.150 unit atau 110 trainset. Itu mengapa KRL maupun stasiunnya selalu ramai, terutama di jam-jam berangkat dan pulang kantor. Kenyataan ini memunculkan anggapan stasiun KRL yang tidak manusiawi saking ramainya. Bahkan, sepertinya tidak berlebihan menyebutnya sebagau “stasiun KRL neraka” saking tidak masuk akal padatnta. Di bawah ini beberapa stasiun KRL neraka versi saya.
#1 Stasiun KRL Manggarai, kasta paling tinggi stasiun KRL neraka
Predikat pertama stasiun yang benar-benar membuat warga menguras emosi adalah Stasiun KRL Manggarai. Kalau mau belajar sabar, kemudian merefleksikan diri dengan rasa syukur, stasiun ini tempat yang cocok. Stasiun sentral transit yang menghubungkan berbagai rute, stasiun ini benar-benar sangat padat. Bayangkan, sehari ada 700 perjalanan yang melalui stasiun ini. Penumpangnya dalam satu momen, misalnya pada jam kerja, bisa mencapai ribuan orang. Total penumpang hariannya rata-rata mencapai 100 ribu.
Pernah suatu hari mengantarkan manajer saya dulu ke stasiun ini pada jam pulang kerja. Dari luar saya bisa melihat manusia berdesak-desakan di loket masuk dan peron-peron stasiun. Wajah mereka sayu, lelah, dan harus berkutat dengan aroma prengus para penumpang lainnya. Saya tidak membayangkan kalau ada momen keterlambatan kereta. Penumpang jelas semakin menumpuk di stasiun.
Setelah direnovasi, stasiun ini memang memiliki fasilitas yang lebih modern, tetapi transisi ke sistem baru kadang membuat penumpang mengalami kebingungan. Terlebih kalau kalian adalah pelancong atau pengunjung dari luar Jabodetabek.
#2 Di Stasiun Tanah Abang harus berbagi tempat dengan bawaan penumpang dari pasar
Stasiun Tanah Abang berstatus sebagai stasiun transit yang menghubungkan beberapa rute, misalnya Rangkasbitung dan Cisauk. Total terjadi 337 perjalanan KRL melalui stasiun ini. Setidaknya ada lebih dari 100 ribu orang yang lalu-lalang di sana setiap harinya. Sudah terbayang betapa padatnya kan?
Hal lain yang membuat stasiun ini layak menyandang status stasiun KRL neraka karena terletak di kawasan Pasar Tanah Abang. Itu mengapa lalu lintas maupun lalu lalang manusia di stasiun dan sekitarnya begitu padat. Kombinasi ini menciptakan suasana khas KRL Tanah Bang, yakni penumpang pekerja bercampur dengan penumpang pedagang dan pembeli yang membawa banyak barang berukuran besar. Kalau sudah menghadapi situasi seperti itu, kalian harus banyak sabar dan dzikir supaya tidak misuhi keadaanmu yang terhimpit di dalam stasiun maupun di dalam gerbong.
Baca halaman selanjutnya: #3 Stasiun Sudirman yang …