Kecamatan Kartasura mungkin kecamatan terbaik di Kabupaten Sukoharjo. Daerah ini lebih “hidup” dibanding ibukota kabupatennya, Kecamatan Sukoharjo. Letak kecamatan yang strategis menjadi salah satu keunggulannya. Lokasi ini membuat Kartasura lebih ramai dan punya fasilitas memadai dibanding kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Sukoharjo.
Bagi yang belum tahu, Kabupaten Sukoharjo adalah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Solo di sisi utaranya. Sementara, di sisi timurnya berbatasan dengan Karanganyar. Untuk sisi selatan berbatasan dengan Wonogiri dan Gunungkidul, serta sisi barat berbatasan dengan Klaten dan Boyolali.
Kabupaten Sukoharjo terdiri atas 12 kecamatan. Dan, di antara 12 daerah itu, Kecamatan Kartasura yang paling strategis. Di kecamatan ini terdapat persimpangan jalan negara Surabaya–Ngawi–Solo–Yogyakarta dan Solo–Semarang. Posisi yang strategis ini menjadikan Kecamatan Kartasura sebagai kota satelit bagi Solo.
Kecipratan perkembangan Kota Solo
Di antara kecamatan lain, posisi Kecamatan Kartasura yang paling mepet dengan Kota Solo. Itu mengapa, kecamatan ini banyak “kecipratan” perkembangan dari Kota Batik itu. Kecamatan ini juga banyak jadi “pelarian” bagi orang-orang. Jadi, kebanyakan dari mereka yang nggak kuat dengan harga properti Solo yang kian melambung, lebih memilih pindah ke Kartasura. Lebih murah, lebih luas, tapi tetap dekat.
Kartasura pun punya segalanya bak kota besar. Ada kampus UMS yang mahasiswanya puluhan ribu. Kampus ini bukan kampus sembarangan lho. UMS sangat luas dan menjadi incaran mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.
Di sana juga ada Hartono Mall yang lebih besar dibanding mal-mal lain di sekitarnya. Di mal ini kamu bisa nonton bioskop, belanja baju branded, makan di restoran mewah, hingga beli perabotan rumah tangga yang lengkap. Tidak ketinggalan Solo Grand Mall yang dulu sempat jadi tempat nongkrong hits anak muda se-Soloraya sebelum akhirnya kalah pamor sama mal-mal baru yang lebih kekinian.
Belum lagi deretan hotel, rumah sakit, showroom mobil, sampai dealer motor yang berjejer sepanjang jalan protokol. Kartasura bahkan punya SPBU yang jumlahnya lebih banyak dari beberapa kecamatan lain digabung. Bank-bank besar juga pada buka cabang di sini, dari BCA, Mandiri, BRI, sampai bank syariah lengkap. Kalau mau bikin ATM tour, Kartasura tempatnya.
Restoran dan kafe juga menjamur kayak jamur di musim hujan. Mulai dari warteg pinggir jalan sampai restoran all you can eat yang harganya bikin dompet mahasiswa nangis. Mau makan apa aja ada. Soto, nasi goreng, ayam geprek, sushi, steak, Korean BBQ, sampai bubble tea yang lagi happening.
Kecamatan Kartasura mulai muncul persoalan khas kota
Kedekatan dengan Kota Solo banyak berdampak positif. Namun, di sisi lain, Kartasura perlahan mulai mengidap penyakit-penyakit perkotaan. Ambil contoh, kepadatan penduduk dan kemacetan.
Saya beri sedikit gambaran ya, setiap hari saat jam berangkat dan pulang kerja, jalan raya Kartasura berubah jadi arena parkir raksasa. Kendaraan berhimpitan dari Pabelan sampai pertigaan Makamhaji. Motor, mobil, bus, truk, angkot yang ugal-ugalan, semua bercampur jadi satu. Bahkan, ambulans pun harus bersabar dalam antrian panjang ini.
Yang bikin tambah stres, trotoar yang seharusnya buat pejalan kaki malah jadi tempat parkir motor dan lapak pedagang kaki lima. Jadinya pejalan kaki terpaksa jalan di pinggir aspal, bersaing sama motor dan mobil yang lagi ngejar waktu. Hidup memang penuh risiko.
Belum lagi soal infrastruktur. Jalan raya utama di Kartasura memang lebar dan diaspal mulus, ada marka jalan yang jelas. Tapi, begitu masuk gang-gang, kondisinya langsung berubah drastis jadi jalan desa yang sempit dan kadang berlubang. Bahkan ada beberapa gang yang masih berupa jalan tanah yang kalau hujan langsung jadi kolam lumpur.
Drainasenya juga masih amburadul di beberapa titik. Kalau hujan lebat dikit, langsung banjir dan genangan di mana-mana. Jalan protokol yang biasanya ramai kendaraan berubah jadi sungai dadakan. Motor-motor pada mogok, mobil-mobil nekat menerobos air sampai knalpotnya nyembur asap. Pemandangan yang sangat perkotaan kan?
Mungkin suatu hari nanti Kartasura bakal meninggalkan status kecamatannya dan “naik kelas” jadi kota secara administratif. Semoga saja, proses apapun itu, warga lokal atau siapa saja yang tinggal di sana bisa menikmatinya. Tidak tersingkirkan oleh status “kota” atau “perkembangan” seperti yang bisa disaksikan di banyak daerah.
Penulis: Alifia Putri Nur Rochmah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Solo, Kota yang Hanya Ramah ke Wisatawan, tapi Tidak ke Warga Lokal.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
